First Day Of Collage (1)

1873 Words
Hari ke hari kian berlalu sangat cepat, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Setiap kehidupan manusia pasti mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan, pasang surut kehidupan pun tak luput dilalui. Begitupun dengan Syahquita, gadis kecil itu sudah beranjak menjadi perempuan dewasa nan cantik. Saat ini perempuan itu telah menginjak usia 18 tahun begitupun dengan kedua sepupu kembarnya. Mereka bertiga bahkan sudah tamat dari sekolah menengah atas dan bersiap untuk terjun ke dalam dunia mahasiswa. Ketiganya memilih berkuliah di universitas yang sama yaitu Lund Universitas, Scania, Swedia. Padahal Charlie dan Sharon membebaskan ketiganya untuk memilih kampus mana yang menjadi minat mereka dan ketiga gadis itupun memilih fakultas yang sama yaitu ekonomi dan manajemen Lund. Sejak kecil ketiganya sudah terbiasa bersama dan akan terasa sangat aneh jika mereka harus berpisah di waktu-waktu tertentu. Maka dari itu mereka menentukan pilihan yang sama. Hari ini adalah hari pertama mereka menyandang status sebagai mahasiswa baru. Ketiganya begitu bersemangat untuk pergi ke kampus baru mereka sejak semalam. Ya, hal itu biasa terjadi ketika kita akan mendatangi tempat baru. “Syah, apa kau sudah siap?” teriak Jessie dari depan pintu kamar Syahquita. “Ya, I’m ready.” sahut Syahquita membuka pintu kamarnya. Ia menunjukan senyuman semangat pada kedua sepupunya yang berdiri di depan pintu kamarnya. “Ayolah kita turun.” kata Syahquita menarik kedua tangan sepupunya setelah menutup pintu kamarnya. Ketiganya berlari kecil saat menuruni tangga hingga langkah mereka terhenti di ruang makan. “Morning, Mom, Dad, Granny.” sapa ketiga gadis itu bersamaan lalu mengambil tempat mereka masing-masing. “Morning, Nak.” sapa balik ketiga orang tua itu secara bersamaan pula. Charlie menutup koran yang sedang dibacanya lalu memperhatikan satu per satu putrinya. “Hari ini hari pertama kalian menjadi mahasiswa, bukan?” Ketiga gadis itu mengangguk mantap. “Iyaph, Dad.” sahut Syahquita. “Jalanin hari ini sebaik mungkin. Jangan pernah menganggap remeh kehidupan mahasiswa karena Dad, Mom ataupun Granny menginginkan yang terbaik untuk kalian.” kata Charlie. “Baik, Dad.” “Baik, Paman.” Ketiga gadis itu menanggapi perkataan Charlie secara bersamaan. “Tetap jagalah semangat kalian yang seperti ini sampai kalian menyelesaikan study S1, okey?” Kali ini Sharon angkat bicara memberi nasihat pada ketiga gadis itu. “Kau tenang saja, Bibi. Kami akan tetap bersemangat menjalani hari-hari kami sebagai mahasiswa.” ujar Jessie menghentikan kegiatannya yang sedang mengoleskan selai pada rotinya. Sharon tersenyum penuh percaya pada ketiga gadis itu, ia yakin bahwa mereka akan melakukan yang terbaik. Ia juga berharap jika hari pertama berkuliah ketiganya menyenangkan agar mereka mendapat kesan yang bagus. “Morning, Mom, Dad, Granny, girls.” sapa Alfaz yang baru saja tiba di ruang makan. “Morning.” sapa balik semua orang. “Alf, ini hari pertama kami berkuliah. Kami tidak ingin terlambat karena dirimu, oke.” protes Syahquita karena Alfaz terlambat datang ke ruang makan sebab mereka akan diantar ke kampus oleh Alfaz. Alfaz menengguk cepat s**u hangat yang tersedia untuknya. “Ya, aku sudah selesai. Ayo.” “Tapi mereka baru saja makan, Alf. Habiskan lah dulu roti lapismu. Baru setelah itu berangkat.” ucap Sharon. “Maafkan aku, Mom. Tapi kita akan terlambat. Aku akan makan sandwich ini di jalan. Ayo, girls, kita harus berangkat sekarang.” Alfaz mengambil dua potong sandwich dari atas piring sarapannya dan satu botol air mineral. “Bye Mom, Dad, Granny.” pamit Alfaz. Ketiga gadis itu pun meminum s**u mereka dan menyudahi sarapan mereka. “Kami berangkat dulu, Mom, Dad, Granny.” ujar Syahquita. “Bye, Paman, bibi. Granny.” timpal Jessie dan Martha yang berjalan mengikuti jejak Syahquita dan Alfaz yang lebih dulu meninggalkan ruang makan. “Bye, Nak. Hati-hati di jalan.” Sharon terlihat cemas karena anak-anaknya sarapan terlalu cepat dan itu tidak bagus untuk lambung mereka. “Tenanglah, mereka akan baik-baik saja.” kata Charlie yang tahu jika istrinya mengkhawatirkan anak-anak nya. Sharon menoleh dengan tatapan sendu. “Tapi mereka sarapan terlalu cepat.” “Setidaknya mereka masih sarapan. Baiklah, aku juga akan berangkat ke kantor.” Charlie beranjak dari kursinya. Charlie memegang kedua lengan atas istrinya dari samping kiri perempuan itu. “Jangan cemaskan aku, sarapanku sudah habis.” Sharon menyenggol ke arah perut suaminya dengan siku kirinya. “Kau ini.” Charlie tersenyum kecil melihat ekspresi istrinya. “Baiklah, sampai nanti.” Ia mencium kening Sharon lalu mengambil tas kerjanya yang berada di kursinya dan pergi dari ruang makan. “Bye.” “Bye.” Charlie melambaikan tangannya ke Sharon sebelum tubuhnya menghilang di balik pilar yang ada. Anak dan suaminya pergi untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Sharon pun melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, membersihkan meja makan dan lain-lainnya.                                                                                              *** CIIIIITTTTTT… Ban mobil Alfaz berderit tepat di depan gerbang Lund University setelah mereka menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit. Ketiga gadis itu bergegas untuk keluar dari mobil meski mereka sedikit ragu terlebih Syahquita yang nampak gugup dan tak yakin. “Ayolah, keluar. Apa kau ingin terlambat masuk di hari pertama kuliah?” Tegur Alfaz pada Syahquita. Syahquita menoleh ke arah Alfaz sekejap lalu membuka seat-belt nya, “Thank you, Alf.” “Ingat jangan buat masalah apapun. Ini hari pertama kalian kuliah. Mengerti?” Alfaz mengingatkan ketiga gadis itu untuk menjaga sikap mereka meski ketiganya jarang terkena masalah saat di sekolah. “Sir yes sir.” sahut Syahquita. Tak lama setelah itu Alfaz kembali menancap gas kencang menuju kampusnya yang jaraknya lumayan jauh dari Lund University. Setelah mobil Alfaz menghilang di ujung jalan, ketiga gadis itu menatap gerbang di hadapan mereka. Untuk sesaat perut Syahquita terasa mulas karena rasa gugup yang melandanya berbeda halnya dengan kedua sepupunya yang terlihat sangat bersemangat menjalani hari pertama mereka menjadi mahasiswa. “Aku sangat gugup. Tidak bisakah kita kembali ke rumah?” Syahquita bersiap untuk memutar badannya akan tetapi Martha menahan bahu sepupunya itu. “Apa kau sudah gila? Kita sudah berada jauh dari rumah dan kau ingin kembali?” kata Martha menyadarkan Syahquita dari pikiran konyolnya. “Percayalah padaku, bukan hanya kau yang gugup tapi aku, Martha bahkan mahasiswa baru lainnya pun merasa demikian. Kita memasuki lingkungan baru merasa gugup itu hal yang wajar tapi kau tak perlu takut karena kau mengenal dua orang dari sekian banyak orang asing disini.” timpal Jessie. Syahquita menatap kedua sepupunya secara bergantian, ia memejamkan matanya sekejap lalu menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Hal ini ia lakukan untuk menghilangkan sedikit rasa gugupnya. “Oke, baiklah. Ayo kita masuk.” ucap Syahquita. Ketiga gadis itu melangkah mantap melintasi gerbang Lund University, mereka melewati koridor bawah yang banyak sekali berkumpul mahasiswa yang mereka yakini adalah para senior di kampus ini sebab mahasiswa baru pasti belum bergerombol seperti itu. Mereka terus melangkah mencari ruangan yang harus mereka masuki. Seperti kebanyakan Universitas pada umunya hari pertama kuliah mereka tidak langsung melakukan tatap muka dengan dosen, melainkan berkumpul bersama-sama dengan mahasiswa baru lainnya di suatu ruang agar menjalin hubungan baik sesama mahasiswa baru, dosen dan para senior (seperti makrab). Bukan hanya perkenalan mereka juga melakukan berbagai games seru yang akan membangun rasa kepercayaan, team work, dan pembentukkan jiwa bagi mahasiswa baru. Hari pertama mereka kuliah di berikan hal-hal yang indah agar mereka semua bersemangat menjalani kesibukkan mereka sebagai mahasiswa yang akan di mulai pada esok hari. Hari ini mereka hanya me-refesh otak agar tidak tegang saat kuliah yang sesungguhnya.                                                                                                 *** Satu hari cepat sekali berlalu bila dilalui dengan kebahagian dan kegembiraan maka tak akan terasa jika hari sudah berlalu. Hari ini hari kedua mereka dengan status mahasiswa Lund University. Tak berbeda jauh dari hari kemarin masih dengan kegugupan yang sama saat memasuki kampus terlebih hari ini mereka sudah memasuki tatap muka dengan dosen yang akan mengajar mereka selama 1 semester.  “Good morning, class.” sapa seorang dosen dengan perawakan tinggi dan aura yang humoris berdiri di depan kelas. “Good morning, sir.” sahut semua mahasiswa bersamaan. “Okee, welcome to Lund University. Perkenalkan namaku Bill Smith, mahasiswa senior biasa memanggil Mr.B atau Bill. Selama satu semester ke depan aku akan mengajar mata kuliah pengantar manajemen. Kalian mahasiswa baru semua, benar?” tanya dosen yang bernama Bill itu. “Yes, Sir.” “Tidak perlu tegang. Hari ini tatap muka pertama dalam mata kuliah ini jadi aku ingin melakukan perkenalan dengan semua mahasiswa yang mengambil kelasku ini, setuju?” “Setuju, Sir.” sahut mahasiswa lagi. Mr. Bill memperhatikan barisan depan mahasiswa, ia menunjuk mahasiswa di sudut kanan untuk memulai perkenalan diri itu. Syukurlah Syahquita dan kedua sepupunya duduk di barisan tengah jadi mereka bisa mempersiapkan diri dan menyiapkan kata-kata yang akan mereka ucapkan. Semua mahasiswa lebih tepatnya 47 mahasiswa memperkenalkan diri mereka sangat singkat namun Mr. Bill mempertanyakan hal yang membuat perkenalan itu sangat detail sehingga mengundang gelak tawa dari mahasiswa yang mendengarkannya.  "Oke, semua sudah memperkenalkan diri. Aku ingin membahas sedikit program mata kuliah Pengantar Manajemen selama satu semester." Mr. Bill menjelaskan kepada seluruh mahasiswa mengenai beberapa program atau agenda yang akan mereka pelajari selama satu semester untuk mata kuliah tersebut. "Baiklah, cukup sampai disini. See you later, class." ucap Mr. Bill sebelum keluar kelas. "See you, Sir." Tepat pukul 09.45 waktu Eropa  Tengah mata kuliah mr. Bill selesai. Syahquita dan yang lainnya sedikit lega karena ternyata dosennya sangat asik. Satu mata kuliah selesai.  Semua mahasiswa keluar secara bersamaan dari dalam kelas untuk ke kelas selanjutnya. Mereka semua masuk ke kelas Mr. Philip-dosen mata kuliah Perekonomian, dosen ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Mr. Bill pada tatap muka pertama. Dosen yang sangat asik dengan perawakannya yang masih muda membuat mahasiswa mudah beradaptasi dengannya. Selain itu wajahnya yang lumayan tampan menjadi idaman mahasiswa wanita (tidak dengan ketiga gadis spesial ini). Mr. Philip tidak berlama-lama di kelas karena ada urusan yang harus ia selesaikan maka dari itu semuanya bisa istirahat sejenak di kantin kampus. Syahquita, Jessie dan Martha masih menutup komunikasi dengan mahasiswa lain sebab mereka belum mengenal dan berkenalan secara langsung jadi mereka hanya bertiga-tiga saja menuju kantin. Ketika ingin ke kantin pun mereka kebingungan karena kampus yang begitu besar dan mereka belum mencoba untuk menjelajahinya. Tapi setelah bertanya pada salah satu senior yang baik hati (menurut Syahquita) akhirnya mereka bisa menemukan kantin kampus. Mereka kembali bingung sebab di sana banyak sekali senior yang berkumpul. Ketiganya saling menatap satu sama lain seakan satu pemikiran bahwa mereka harus kembali ke kelas atau itu hanya pemikiran Syahquita saja karena ia gugup. "Syah, kau cari tempat untuk kita. Aku dan Jessie akan memesan makanan. Kau mau apa?" tanya Martha berbaik hati. "Apapun yang bisa aku makan dan aku minum." jawab Syahquita karena ia tahu kedua saudaranya itu pasti mengetahui apa yang disukainya. Jessie dan Martha pergi memesan makanan sedangkan Syahquita masih berdiam diri, mengedarkan pandangan ke segala arah mencari meja yang kosong. Saat sedang mencari tiba-tiba saja ada seorang pria yang tersenyum kepadanya. Apa pria itu tersenyum kepadaku? batin Syahquita. Syahquita mengedarkan pandangannya ke sisi kanannya tapi semua tempat sudah penuh, ia kembali mengedarkan pandangan ke sisi kirinya dan pria yang tersenyum itu kembali tersenyum kepadanya. Tanpa memikirkan pria itu ia segera berjalan menuju meja yang kosong. Syahquita duduk dengan membelakangi pria itu karena pria itu sedang berdiri di depan salah satu kedai makanan. Syahquita menunggu kedua sepupunya cukup lama, ia sudah sangat risih karena duduk seorang diri. "Maaf, tempat kita membeli makanan sangat ramai dan tempatmu tertutup oleh yang lain." ucap Jessie yang membawa minuman untuk mereka bertiga. "Ini punyamu." Martha memberikan satu sandwich kepada Syahquita. "Thank you." kata Syahquita tersenyum. Mereka mulai menyantap makanan yang mereka beli, kali ini hanya mendapatkan sandwich karena mereka tak sempat melihat ke kedai-kedai lain. Syahquita menikmati sandwich-nya dengan menundukkan pandangannya karena gugup. "Hi. Apa aku boleh bergabung dengan kalian? Kebetulan di sini ada 1 kursi kosong." ucap seorang pria asing yang berusaha ramah kepada mereka. "Ya, boleh. Silahkan" respon Jessie. Kemudian pria itupun duduk bersama mereka lebih tepatnya di kursi depan Syahquita. Syahquita mengangkat pandangannya lalu matanya terbelalak ketika melihat pria di hadapannya. DEEEGGGGG... Syahquita terkejut luar biasa , kegugupannya bertambah dua kali lipat dari yang awal. Pria itu tersenyum kepada Syahquita. Itu pria yang tadi tersenyum kepadaku, batin Syahquita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD