Siapa Ayahnya?

1040 Words
“Siapa ayah anak itu?” Suara pria berusia 50 tahun itu terdengar menggelegar dan marah. Ia menarik kunciran rambut putrinya yang berusia 20 tahun itu dengan kesal. Sang ibu berusaha menghalangi, tetapi amarah sudah menguasai suaminya. “Kau sangat membuat malu, kehamilanmu yang tanpa suami itu akan membuat desa ini terkena sial, aku tak mau terkena kutukan leluhur desa!” serunya. “Dean, hentikan! Dia putri kita!” hardik sang ibu. “Putri kita? Apa kau mau menanggung malu dan kutukan para leluhur?” tanya Dean dengan wajah memerah karena emosi sudah menguasai pria itu. Wanita yang mencoba melindungia Diane itu akhirnya terdiam. “Tapi Ayah…” “Pergi! Selamatkan martabatkan keluargamu, jika kau masih sayang pada kami!” Pria itu tak mau memandang ke wajah putrinya lagi kala itu, sementara ibunya menangis di sudut ruangan. Diane akhirnya diusir dari rumah dan pergi ke sebuah desa pengasingan bernama Desa Desire. Ia tinggal di sebuah gubug tua di pinggir sungai yang terletak di pinggiran desa. Hampir semua penduduk di desa pengasingan itu termasuk dalam keluarga miskin. Mereka mendapatkan makanan dari hasil bertani dan juga mencari ikan di sungai. Namun, meski berada di bawah garis kemiskinan, penduduk desa sangatlah baik dan ramah terhadap Diane. Wanita itu mengaku ditinggal mati oleh suaminya dan mengalami penipuan sehingga rumahnya tergadai. Diane terpaksa pindah ke desa tersebut. Ia akhirnya melahirkan seorang putra tampan yang ia beri nama Jason Smith. Lima tahun berlalu, ia mendengar kabar kalau kedua orang tuanya telah meninggal duniakarena kecelakaan. Seharusnya ia pergi berkunjung ke makam orang tuanya, akan tetapi kepala desa pasti akan mengusirnya. Wanita itu hanya bisa mendoakan agar kedua orang tuanya tenang di alam sana. Kini, Diane hidup bersama seorang putra tampan yang berusia lima tahun. Anak kecil itu tumbuh menjadi anak yang sehat dan pemberani sampai suatu ketika saat berada di sungai, seekor beruang hampir menerkamnya. “Mom, aku dapat ikan besar!” seru Jason yang berada di tepi sungai seraya menunjukkan ikan salmon besar hasil tangkapannya. Sepasang mata beruang cokelat besar terlihat bersembunyi dari balik semak dan siap menerjang anak itu. Perlahan kepala beruang Diane melihat sosok beruang itu dan berteriak histeris. “Jason, awas!” Anak itu kini bertatapan dengan sang beruang besar, tetapi tak ada yang terjadi. Beruang itu menghentikan aksinya dan menatap lekat ke mata biru anak kecil itu. Diane meraih kapak yang menancap di kayu dan bersiap menyerang beruang besar tersebut. Akan tetapi, sebelum wanita itu menuju ke arah si beruang dan melindungi anaknya, hewan itu sudah lari tunggang langgang kala menatap bola mata Jason yang berubah hitam. “Jason, kau tak apa-apa?” tanya Diane dengan raut wajah khawatir seraya mengusap rambut anaknya dan menciumnya. Anak kecil itu terdiam dengan tatapan kosong. Diane tersentak kala melihat warna bola mata yang berbeda itu. Jason akhirnya lunglai dan tak sadarkan diri dipelukan ibunya. “Mungkinkah kutukan leluhur itu…” Diane membawa putranya pergi menuju ke dalam rumah. Semenjak itu, ia selalu menjaga putranya lebih ketat lagi dalam mengawasi. Ia tak mau sesuatu yang ia khawatirkan akan terjadi kelak di kemudian hari. *** Jason kini berusia tujuh tahun, ia baru saja pergi bersama ibunya menuju ke sebuah sekolah bagi anak-anak kurang mampu yang berada di kota. “Kau senang, Nak?” tanya Diane. “Aku senang sekali, Mom, terima kasih.” Anak itu melompat-lompat kecil seraya bernyanyi. “Esok, karena kau harus bersekolah maka kau harus bangun lebih pagi.” “Mommy akan mengantarku, kan?” “Aku hanya mengantarmu sampai halte bus ini,” ucap wanita itu. “Hmmm perjalanan kita cukup jauh juga menuju rumah, Mom, aku letih mau minum,” pinta Jason. Tin..tin..! Suara klakson mobil itu mendadak mengejutkan Jason dan ibunya. Anak kecil berusia tujuh tahun itu langsung tersentak dan menepikan tubuhnya makin merapat mendekap sang ibu. "Ada apa dengan orang itu?" gumam Nyonya Diane yang menyentuh sikunya. Terlihat darah dari sikunya yang baru saja terkena hantaman kaca spion mobil sedan berwarna hitam tersebut. "Mommy, kau tak apa-apa?” tanya Jason. "Tidak apa-apa. Mommy pikir dia tak sengaja." "Bagaimana jika ia mencelakai orang lain? Dasar jahat!" Anak laki-laki itu masih memandang tajam pada mobil sedan warna hitam yang menepi tersebut. Rupanya ban mobil pengendara tersebut terlihat pecah. Seorang wanita turun dari dalam mobil seraya marah-marah dan menendang ban mobil tersebut. Lantas wanita itu meraih ponsel dan menghubungi seseorang. "Rasakan...!" umpat Jason. "Ayo kita ke Dallas, Mommy mau membeli obat untuk luka ini!" ajak Diane seraya menggenggam tangan putranya menuju ke dalam sebuah mini market bernama Dallas. Anak kecil itu masih saja menoleh ke belakang. Tatapan bola mata berwarna biru itu masih saja melihat ke arah pengemudi wanita berambut pirang yang memakai rok mini itu. Tiba-tiba sebuah truk besar melintas dan kehilangan kendali karena rem-nya yang blong. Sang sopir tak bisa mengendalikan laju truk yang dikendarainya sampai menabrak mobil si wanita pirang tadi. BRAK...! Truk besar itu menyeret wanita tersebut sampai truk itu berhenti. Wanita tersebut tersungkur ke aspal jalan. Kepalanya membentur batu besar di tepi jalan raya itu. Dia mengeluarkan darah segar dari tempurung belakangnya. Hidung dan telinganya juga mengalirkan darah segar. Tubuh wanita itu menggelepar sampai akhirnya ia tak sadarkan diri. Tangan kanannya masih mendekap ponsel yang masih terdengar suara seorang pria dari ponsel tersebut. Wanita itu akhirnya tewas seketika. "Jangan lihat, Jason!" Diane langsung menutup kedua mata anaknya. Sementara itu, pemilik toko dan dua orang pengendara motor datang menghampiri jasad wanita itu. Kejadian kecelakaan tersebut tepat berada di seberang Toko Dallas. Diane dan Jason kini tengah berdiri dari balik jendela dalam toko yang mereka masuki itu. Seorang pria membuka pintu truk dan turun melihat kondisi wanita itu. "Bagaimana ini, kita harus menolong wanita itu?" ucap pria yang panik itu sambil mondar - mandir menggigiti kukunya. "Sudahlah, ayo kita pergi!" seru seorang pria satunya yang berkepala botak dari dalam truk besar itu dengan penuh kepanikan juga. "Tapi..." "Tak ada tapi tapi, cepatlah ayo kita lari, aku tak ingin berurusan dengan polisi, apa kau mau dipenjara?" tanyanya. Pria gemuk itu menggeleng ketakutan, lalu ia masuk ke dalam truk tersebut dan melaju pergi dengan kecepatan tinggi. Dua orang pria pengendara motor tadi berusaha mengejar tetapi gagal. Jason tersenyum kecil melihat pemandangan tubuh wanita korban tabrak lari yang sudah tak bernyawa tersebut. Kedua bola mata anak itu berubah hitam. * To be continue…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD