“Ayo…” Fabian membukakan Bianca pintu mobil lalu mengulurkan tangan dengan senyum seperti biasa, selalu saja bisa membuat perasaannya menjadi luluh. Bianca menerima uluran tangan itu lalu keluar dari mobil sport hitam milik kekasihnya itu, lalu berjalan bersisian dengan tangan yang Fabian genggam dengan begitu erat. Dia dan Fabian bisa bernapas lega sekarang, setelah beberapa hari, hidup mereka dipenuhi dengan drama keluarga. Pertemuan dengan sudaranya, pertemuan dengan keluarga Fabian, bahkan bertemu dengan mamanya yang super duper menyebalkan itu berjalan dengan mulus. Rasanya sekarang, dia tak punya utang dengan keluarganya dan sudah memperkenalkan Fabian kepada mereka sebagai seorang kekasih. Walaupun, sebenarnya dia masih malu, mengingat betapa banyak kata-kata kasar yang dia tunj

