2. Beginning

717 Words
...Author POV... Setelah selesai bersiap-siap Jason segera berangkat ke cafe Melati dengan mobil sport putihnya. sebenarnya ia bertanya-tanya, apa alasan Olin menelfonnya dan memintanya untuk datang? "apa dia sedang hamil?" Tidak Olin tidak boleh hamil, jika Olin hamil maka dirinya harus bertanggung jawab dan jika ia bertanggung jawab maka ia harus menikahinya. Tidak dia tidak ingin menikah dengan Olin, ia mencintai Valeria dan ia ingin menikah dengan Valeria. Memikirkan hal itu membuat Jason merasa frustasi. Akhirnya ia memilih untuk tidak memikirkannya dan berkonsentrasi menyetir. **** ...Caroline POV... Akhirnya aku memutuskan untuk menelfon Kak Jason, bagaimanapun juga ia pernah bilang kalau ia akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi. Setelah hampir 1 jam aku menunggu disini, akhirnya aku melihat dia datang, ia langsung duduk di depanku dan menatapku dengan lekat. "kamu mau bicara apa? " Tanyanya setelah hampir 5 menit kami saling diam dan tidak berbicara. "aku hamil" Jawabku langsung. Aku melihat tubuhnya menegang, pasti dia kaget. "apa kamu bilang?? kamu hamil?" Tanyanya padaku. "sekarang bagaimana Kak? aku takut" Katakuku dengan lirih sambil mulai menangis lagi. Sial kenapa aku berubah menjadi wanita cengeng ketika di dekatnya, padahal biasanya aku tidak akan menyelesaikan masalah dengan menangis. "jangan menangis, tenanglah. aku akan tanggung jawab" Katanya lembut. Dan seketika itu juga tangisku berhenti, dia seperti bisa menyihirku. "tapi bagaimana?" Tanyaku kemudian. "aku akan menikahimu" Jawabnya pasrah. Mendengar kata-kata frustasi darinya membuatku sedikit ragu, aku ingin menikah tapi aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak kucintai. Berarti aku harus belajar mencintainya.... "ada apa?" Tanya Kak Jason setelah lama aku tidak merespon. "tapi aku tidak bisa" Jawabku pasrah. "apa kamu punya pacar yang sedang kamu tunggu untuk menikahimu??" Tanyanya tajam, dan itu membuat hatiku merasa sakit. "bukan itu" Jawabku kemudian. **** 1 Bulan kemudian ...Jason POV... "Lin, kamu sudah minum vitamin?" Tanyaku pada Olin yang sedang berada di kamarnya. "sudah" Jawabnya sedikit teriak Kami sekarang sedang ada di apartementku karna sudah hampir 2 minggu ini aku dan Olin menikah. Sebenarnya waktu itu aku memutuskan untuk tidak menikahinya. Flashback "bukan itu" Jawab Olin dengan lirih. Aku yakin ia tidak mau menikah denganku karna ia sudah punya pacar, aku juga tidak berhak untuk memaksanya menikah denganku. Bagaimanapun juga aku sudah merusak hidupnya jadi aku tidak boleh merusak masa depannya. "ikut aku" Kataku kemudian. Dia hanya menurut, sebenarnya jika dipikir-pikir Olin ini punya wajah yang cantik, bukan, manis lebih tepatnya, dia terlihat seperti gadis yang berusia 18 tahun. Entahlah berapa usianya tapi ia terlihat seperti gadis kecil yang rapuh. "kita mau kemana?" Tanyanya setelah lama diam di mobilku. "kamu nggak mau menikah kan, jadi ini satu-satunya cara agar kita tidak perlu menikah" Jawabku tanpa melihat ke arahnya. Setelah itu dia diam sampai kamu tiba di sebuah apotek. Aku keluar dari mobil karna akan membeli beberapa obat. Setelahnya aku kembali ke mobil dan mulai menjalankannya menuju apartementku. Kutengok ke samping, Olin tetap diam sambil menatap ke arah jendela. Setelah sampai di parkiran apartemenku aku segera menyuruhnya turun dan berjalan ke arah apartement yang selama 5 tahun ini ku tinggali. Aku membuka pintu apartement langsung masuk, tapi gadis itu tidak segera masuk hingga akhirnya aku menyuruhnya. "kita mau apa di sini?" Tanyanya bingung. "kalau kamu nggak mau menikah artinya kamu harus menggugurkannya" Jawabku mencoba sesantai mungkin, padahal hatiku sangat tidak rela. "APAAA?? Aku nggak mungkin membunuh anakku sendiri" Katanya dengan sedikit teriak. "kamu bilang tidak mau menikah" Jawabku enteng. "Tapi aku juga tidak mau membunuhnya, bagaimanapun juga di adalah anakku" Jawabnya sambil memeluk perutnya seakan mencoba untuk melindungi anaknya. "kalau begitu bersiaplah 2 minggu lagi aku akan menikahimu" Jawabku kemudian. Walaupun aku juga bingung bagaimana nasib hubunganku dengan Valeri, tapi aku tidak boleh egois, aku tidak mungkin meninggalkan Olin yang sedang mengandung anakku atau yang lebih buruk aku akan membunuh anakku sendiri. "tapi aku takut" Katanyanya lirih. Sebenarnya gadis ini takut pada apa?? kenapa dari tadi di cafe dia selalu bilang takut. "aku yang akan bicara pada orang tuamu" Katakuku setelah menebak apa yang sebenarnya ia takuti. "bukan mereka" "kalau yang kau takuti adalah pacarmu, aku yang akan bicara padanya" Kataku lagi. "aku tidak punya pacar bodoh!! " Teriaknya. Sialan, berani-beraninya dia memanggilku bodoh. "kalau bukan orang tua mu dan bukan pacarmu, kau takut apa?" Tanyaku selembut mungkin. "kakakku, dia pasti membunuh orang yang membuat aku hamil" Jawabnya. **** TBC I Hope You Like This Story Patrisia Arselita
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD