Kecewa

1500 Words
Terlambat menyatakan Berpotensi kehilangan -butiran rinso- ****   Libur sekolah, setelah wisuda berlangsung. Di sebuah cafe hits, tempat yang cukup instragamable. Tiga anak manusia sedang bergibah. "Lo denger gak, si kirana married tapi katanya dia dp duluan?" ucap Alfi berapi-api. "Maksudnya apa lo? bahas-bahas kirana!" seru Gilang, sedikit sensitif. Sedangkan Alfaro, ia sibuk dengan ponselnya sejak tadi. "Gak apa-apa si, ngasih tau aja," ucap Alfi tanpa dosa. Padahal jelas-jelas dia tahu, kalo Gilang naksir berat sama Kirana. "Gak peduli dia married, kawin kek, nikah atau apalah. Gue tetep setia sama dia, kutunggu jandanya!" Alfi mendesis, tak percaya dengan pemikiran sinting sahabatnya. "Al, lo ngapain si dari tadi gelisah?" tanya Alfi saat memalingkan wajah dan mendapati Alfaro tengah gelisah menatap ponselnya terus menerus. "Si Oca, gue wa dari tadi gak bales, gue telepon juga gak diangkat," jawab Alfaro masih fokus pada ponselnya. "Lo khawatir?" Alfaro menoleh pada Alfi. "Alah, kaya kagak tau si Oca, dia palingan juga masih molor biasa ngaret padahal yang nyuruh on time dia." ujar Alfi. Alfaro menekuk wajahnya, menyadari yang dilakukannya sia-sia.   Bener juga, ngapain juga gue khawatir. Dia Oca, Aeera ocean wiguna. Preman aja tobat ketemu dia. Alfaro menyesap kopi mochacino dihadapannya, berharap mampu menimalisir kekhawatirannya. "Tuh, yang lo gibahin dateng. Panjang umur juga," celetuk Gilang, sambil menunjuk Oca yang baru masuk dengan dagunya. "Ngapa lo, Dateng-dateng manyun?" tanya Alfi, saat Oca mendaratkan bokongnya di kursi. "Pms kali," sahut Gilang, tapi Oca tak bergeming, dia masih diam, dengan wajah ditekuk. "Lo kenapa? Gue dari tadi hubungin lo tapi gak lo angkat. Jangan suka bikin orang khawatir deh," ucap Alfaro saat melihat Oca diam saja, dengan pandangan kosong. "Ni bocah kesambet apaan si?" tanya Alfi, yang sudah gregetan. "Lo rukiyah coba Fi," sahut Gilang. "Lo kira gue Ningsih Tinampi." Gilang hanya terkekeh. Dan tiba-tiba saja Oca melempar undangan ke tengah meja, membuat ketiganya saling beradu pandang. "Apaan ni?" Gilang mengambilnya. "Undangan?" Dia menoleh menatap Oca, gadis itu masih manyun tanpa mau berbicara padahal biasanya ia yang paling comel diantara mereka berempat. "Lo mau married? lo gak tek dung duluan kan?" tanya Alfi penuh selidik, sedangkan Alfaro terdiam memandang nanar pada undangan itu. Calvin william sandress? "Gila kali lo, gue aja belom pernah ciuman apalagi ena-ena!!" teriak Oca, dengan luapan emosi yang sudah dia tahan sejak tadi. "Jangan teriak-teriak Ca, buset dah itu mulut ember banget. Liat noh pada ngeliatin." Gilang tersenyum kaku pada orang-orang disekitar. "Maap, maaap temen saya lupa gak minum obat, jadi sarapnya kumat." "Terus ini apa, Ca?" Kini Alfaro yang bersuara, menatap Oca dengan wajah penuh pertanyaan. "Gue dijodohin!!" jawab Oca.  "Lo kenal dia?" Oca menggeleng. "Kenapa gak lo tolak?" Oca menatap Alfaro dengan mata tajamnya. "Kalo gue bisa udah gue tolak! bahkan gue berencana buat kabur kalo gak bunuh diri. Tapi lo tau kan sekerasa apa bokap gue. Bahkan gue mati sekali pun dia gak bakal peduli, yang penting ego dia terpuaskan," sarkas Oca, bahkan tanpa sadar bulir air mata itu mengalir. "Maaf," ucap Alfaro sambil menyeka air mata Oca. "Udah kita gak usah bahas ini, tujuan kita ke sini kan mau bahas liburan," ucap Alfi mengalihkan topik pembicaraan. "Taraaaaaa, gue punya empat tiket gratis liburan ke bali." Dengan senyum lebar Gilang menunjukkan empat tiket wisata itu pada sahabat-sahabatnya, yang langsung mendapat apreasi bahagia dari mereka semua. —————— Bandara Ngurah rai bali.   Tidak sia-sia Oca menangis semalam suntuk di depan kamar papanya, akhirnya dengan air mata buaya dia bisa melengang ke bali bersama ketiga sahabatnya.   Oca ingin melupakan sejenak masalahnya yang pelik, ia ingin bersenang-senang dengan sahabatnya. "Bali ... i am comimmph ...." teriak Gilang, yang langsung dibekap Alfi. "Congor lo, malu-maluin kampret!" Gilang menghempas tangan Alfi. Sontak saja gadis itu menggerutu kesal. "Tangan lo bau terasi Fi." Gilang langsung berlari terbirit-b***t saat Alfi mengejarnya karena terlalu kesal dengan cowok itu. "Ayo." Alfaro mengulurkan tangannya pada Oca, yang langsung di sambut antusias oleh gadis itu.   Siang berganti sore, suasana pantai yang begitu indah. Beruntungnya Gilang dapat penginapan yang berada di tepi pantai. Bahkan terdapat kolam renang juga yang menjurus ke pantai. "Ca lama lo," teriak Alfi yang sudah siap dengan bikininya, ditemani Gilang yang hanya memakai celana boxer dan Alfaro yang mengenakan boxer dan kemeja surfing. "Bentar lagi," sahut Oca dari dalam. "Keburu ilang sunsetnya," teriak Alfi lagi. "Muncul juga belom," celetuk Gilang, karena waktu baru menunjukkan pukul 16.00. "Apa si lo! main nyahut aja." Alfi menatap sebal, yang di tatap malah cengengesan. "Lagian lo ngapain telanjang d**a, badan kurus krempeng kaya triplek gitu apanya yang mau dipamerin tokek!" ejek Alfi dengan tawa membahana. "Diem deh lo! gak tahu aja kalo cewek-cewek lihat gue kaya gini langsung pingsan," ujar Gilang dengan bangga. "Pingsan? Karena gak kuatnya lihat kejelekan lo."  Alfi langsung berlari, karena Gilang langsung mengejarnya. "Lah kok malah main kejar-kejaran si,". ucap Oca yang baru keluar. Sontak saja mereka menoleh. Membuat Gilang hilang arah karena terpesona oleh Oca dan menubruk punggung Alfi yang berhenti didepannya karena terpukau dengan penampilan sahabatnya. Gedebruuk   Dan keduanya terjatuh dengan posisi Alfi dibawah Gilang, Oca tertawa lepas menyaksikan dua sahabat konyolnya. Tanpa ia sadari Alfaro tengah menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. " Mau sampai kapan lo lihatin gue terus?" Alfaro langsung gelagapan saat menyadari Oca tengah menatapnya, dan ia ketahuan tengah menatap Oca. "Emms ... gak Ca. Tumben aja lo cantik." Alfaro mengusap tengkuknya. "Kenapa lo jatuh cinta sama gue?" Mendapat pertanyaan seperti itu Alfaro langsung terdiam, mati kutu tak bisa menjawab. Sedankan Oca malah terkekeh geli melihat ekspresi Alfaro. "Ca, lo cantik deh. Tau gitu dari dulu gue pacarin," celetuk Gilang yang berjalan menghampirinya. "Sayangnya gue gak suka maniak kaya lo," balas Oca, dengan ekspresi geli. "Iya, maniak kaya lo jangan ngarep dapet cewek perawan. Nyari yang janda aja sono, katanya lo mau nungguin jandanya karina." Alfi menoyor kepala Gilang, membuat cowok itu kesal dan kembali mengejarnya. "Lihat aja lo Fi, ketangkep gue telanjangi," teriak Gilang dari arah belakang. "Bodo, gak takut wlekk ...." Alfi menjulurkan lidahnya, dan terus berlari kearah pantai. "Ayo, gue pengen nyebur," ucap Oca yang langsung menarik lengan Alfaro, membuat cowok itu salah tingkah hanya karena genggaman tangan Oca. Jatuh cinta sama laper  itu sama. Sama-sama bikin badan gemeter. —————— Malam pun tiba, selesai makan malam Oca berjalan menuju kolam renang. Menjadi kebiasaanya berenang malam-malam. Padahal sesore tadi ia sudah berenang dengan ombak, namun tak juga membuatnya puas.   Semua orang tengah berada di ruang tamu mereka sedang menonton film. Film Tree idiots. Sejak tadi ruangan itu didominasi oleh tawa Alfi dan Gilang. Mereka cekikikan karena tingkah konyol tiga i***t dari negeri india itu.   Alfaro berjalan menuju kolam renang, menghampiri Oca dengan membawa gitar. "Hai," sapa Alfaro yang sudah duduk di tepi kolam dengan setengah kakinya yang sudah mencebur ke dalam air. "Haii ...." Oca berenang menuju Alfaro. "Mau gue nyanyiin?" Alfaro menawarinya dan Oca pun mengangguk. Cowok itu menyanyikan lagu milik samsons berjudul tak bisa memiliki. Dengan petikan gitarnya, membuat lagu itu kian terdengar menyedihkan menggambarkan curahan hatinya. Oca begitu terbuai dengan suara indah Alfaro, hingga lagu itu selesai. Gadis itu bertepuk tangan. "Apa itu?" tanya Oca, yang tengah menatap lekat Alfaro. "Isi hati gue." Oca terkekeh, mendengar jawaban Alfaro. " Lo lagi galau karena cewek, siapa?" Alfaro menangkup pipi Oca, membuat gadis itu terkejut dengan tindakan Alfaro yang tiba-tiba. "Lo." " Gue?" Tunjuk Oca pada dirinya, lalu menundukkan pandangannya, entahlah ini terlalu mengejutkan baginya. "Look at me?" Oca mendongak menatap mata sendu Alfaro. "Apa mata gue berbohong?" tanya Alfaro dan Oca menggeleng. "Gue suka lo Ca, tapi gue terlambat menyatakannya. Gue takut lo nolak gue dan hubungan kita akan berakhir canggung, gue gak bisa jauh dari lo." Oca terdiam, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa? Ini terlalu tiba-tiba baginya. "Gue gak peduli lo mau nikah, selagi gue masih bisa nunggu lo jadi janda." Dan tiba-tiba saja benda kenyal itu menempel pada bibir Oca membuat mata gadis itu membulat sempurna berbanding terbalik dengan Alfaro yang terpejam. Hanya sekilas, Alfaro melepas ciumannya. Oca masih terdiam ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi. "Ciuman pertama gue," beo Oca sambil memegang bibirnya. "Maaf." Satu kata yang meluncur dari mulut Alfaro, membuat Oca menoleh padanya dengan ekspresi tak terbaca. "Lo gak bakal cekek gue kan?" tanya Alfaro. Oca menaikkan sebelah alisnya menatap bingung cowok itu. "Maksudnya?" "Ya, gue masih ingat, gimana lo matahin tangan Elson, gimana lo nendang burung Tom, terakhir lo hampir bikin Leo patah leher karena pitingan lo. Itu semua terjadi karena mereka mau nyium lo. Dan kali ini lo gak bakal bikin gue mati muda, kan? gue belom ena-ena," jelas Alfaro dengan wajah memelasnya. "Dasar semprul!" seru Oca sambil menoyor kepala Alfaro. "Tapi gue seneng deh, bisa nyium lo. Sebagai yang pertama." Alfaro tersenyum dan kembali menangkup pipi Oca kembali mengecupnya dan berakhir dengan lumatan hingga Oca menarik tubuh cowok itu ke dalam air dan mereka masih dalam keadaan berpagutan. Tanpa pernah mereka sadari ada dua sejoli yang sedang menonton interaksi keduanya. "Kayanya mereka bakal affair," celetuk Alfi yang tengah menatap mereka dari balik dinding kaca. "Dan Alfaro bakal jadi pebinor," sahut Gilang. Keduanya masih menatap dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD