Hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk Davira adalah menemaninya berobat. Yeah, semuanya juga ditanggung Eshal. Lelaki itu tak pernah perhitungan atas segala sesuatu yang ia keluarkan. Juga tak pernah mengeluh meski kondisi Davira masih belum menunjukan kenormalan. Memang tak ada yang bisa mengubahnya dalam sekejab kecuali Tuhan. Eshal percaya akan itu. Ia rela bersabar menunggu. Tiga hari tiga malam, ia ikut menginap. Davira setidaknya mulai tak begitu histeris. Maksudnya, tak separah awal-awal dulu. Ia sudah agak tenang meski terkadang ditinggal bersama Emmi. Mungkin karena mulai mengingat sosok Emmi yang sangat dekat dengannya ketika masih sering datang untuk mendengarkan curhatnya. Emmi menarik nafas dalam ketika akhirnya Davira tidur. Eshal mengurus pekerjaan terakhirnya di kampus.

