Mami Anggelica Hamil

1043 Words
Setibanya di pom bensin, Papi langsung mengisi bensin. Sedangkan aku, memakan roti dan air mineral. Barulah setelah itu, aku dan Papi segera membawa Mami ke rumah sakit. Aku dan Papi, menunggu Mami harap harap cemas. Akhirnya dokter mempersilahkan Papi dan aku masuk. Dokter memberikan selamat, Dokter mendekati Papi. Papi sangat senang, bahagia. Ekpresi wajah Papi, selalu berbinar binar. "Selamat iya Pak, istri Bapak tengah mengandung. Usia kandungannya, sekitar dua minggu,"ucap dokter tersebut, sambil menjabat tangan Papi. "Iya dokter, terimakasih banyak dokter. Saya sangat berterimakasih, "ucap Papi sambil tersenyum. Papi dan Mami, bahagia sekali. Papi dan Mami memelukku, mereka berdua, membelikan aku mobil lamborgini berwarna merah. Tetapi, aku menolaknya secara halus. Tetapi Papi memaksaku, akhirnya aku menerimanya. Tidak terasa, aku sudah mau kenaikan kelas tiga. Papi dan Mami, hadir ke acara kenaikan aku. Mewakili kedua orang tuaku, karena mereka berdua sedang sibuk bekerja. Papi, mengajak aku dan Mami merayakan kenaikanku. Ke sebuah panti asuhan, kami berbagi nasi kotak dan sembako. Papi meminta supaya anak anak mendoakan kebahagian keluarga kami. Papi memberikan aku hadiah, ponsel keluaran terbaru. Thanks, Mami and Papi. We are spirit for me. Thanks Ayah and Ibu. Saya akan terus berjuang, untuk meraih cita cita saya. Aku kini sudah berada di rumah, aku membantu Ibu memasak. Ibu sedang tertidur. Kebetulan Mami sudah membelanjakan ayam. untuk keluarga kami. Aku memutuskan, untuk membuat Ayam Bakar Betutu. Sekali sekali, aku masak enak. Aku ingin menyenangkan Ayah dan Ibuku. Setelah Ayam Bakar Betutu, nasi matang. Aku memutuskan untuk membuat sambal mangga. Setelah matang, sepertinya ada yang kurang. Kira kira apa iya. Aku akhirnya membuat cah kangkung. Setelah hidangan tersaji, dengan sangat cantik. Aku mengajak Ibu dan Ayah makan bersama. Aku senang, Ayah dan Ibu menyukai masakanku. Padahal, aku hanya otodidak. Berlajar dari youtobe. "Gimana apakah rasanya enak?"tanyaku kepada kedua orang tuaku. "Enak nak,"puji Ibu, sambil mengacungkan jempol. "Enak sekali Adrian,"puji Ayah, sambil mengacungkan jempol. Setelah selesak makan, aku langsung mencuci piring. Aku lihat, gosokan menumpuk. Aku segera menyetrika pakaian, tetapi ibu menghampiri. Ibu meminta aku berhenti, biar saja Ibu yang mengosok pakaian. "Nak, kamu sudah jangan menggosok. Biar Ibu saja, kamu berlajar saja,"titah Ibu kepadaku. "Tetapi Ibu, biar saya saja. Yang mengosok, setelah selesai saya akan berlahar. Saya menggosok pakaian dulu,"ucapku sambil tersenyum. "Iya nak, terimakasih Adrian. Ibu masuk kamar dulu iya nak,"ucap Ibu dengan sangat ramahnya. Setelah selesai, aku menyetrika pakaian. Aku segera, berlajar. Aku berlajar dengan khusyu, aku mengantuk sekali. Aku terbangun, pagi sekitar jam empat pagi. Aku segera mandi, setelah itu aku berdoa kepada Tuhan. Semoga di perlancar, semoga di permudahkan. Setelah selesai, aku turun ke bawah. Aku membuat sarapan, untuk aku Ayah dan Ibuku. Aku membuat bubur Ayam spesial, setelah matang kami sarapan bersama. Setelah selesai, aku segera berangkat sekolah menaiki sepedaku. Maaf iya Pi, aku tidak menaiki mobil lamborginiku. Aku janji, setelah sukses aku akan menaiki mobil lamborgini pemberian Papi. Tetapi, untuk saat ini. Aku menaiki sepedaku dulu. Setibanya di sekolah, aku langsung masuk ke dalam kelas. Aku berlajar dengan sungguh sungguh, ketika Toni dan The Genksnya menghardik, menghinaku. Aku tidak mengubrisnya. Aku seakan cuek, dan acuh tak acuh. Aku makan siang, dengan Dimsum yang sudah di kirim oleh Mami melalui Gojek. Setelah selesai, aku kembali berlajar. Aku pulang sekolah sekitar jam tiga sore. Ketika di perjalanan pulang, tiba tiba Toni and The Genks menghalau dan menghadangku. Mereka ini, sebenarnya mau apa? Aku lagi males, untuk meladeni mereka. Mereka ini, semakin liar saja. Aku pun, langsung mengkayuh sepeda, tanpa menghiraukan mereka. Setibanya di rumah, Ibuku sedang mencuci pakaian tetangga. "Ibu, nanti Adrian bantu menyuci. Adrian ganti baju dulu iya. Bolehkan Ibu Adrian bantu?"tanyaku kepada Ibu. "Iya nak, boleh nak. Kamu ganti baju saja dulu. Kamu makan dulu,"ucap Ibu sambil tersenyum. Aku segera masuk ke kamar, aku segera menganti pakaianku. Aku segera makan, baru setelah itu. Aku membantu Ibu memcuci pakaian, Setelah selesai, aku pamit untuk mandi. Karena badanku, sudah sangat lengket sekali. Setelah selesai mandi, aku menghampiri Ibu. Aku membantu Ibu menggosok pakaian. Setelah selesai, aku ke kamar. Aku segera, berlajar. Sepertinya, Ibuku sakit. Soalnya Ibu, meriang. Aku membuatkan s**u jahe dan kue jahe untuk Ibu. Aku juga memijit, mengurut dan mengkerok Ibu. Ibu sangat berterimakasih kepadaku. Aku sayang Ibu, aku tidak mau Ibu sakit. Jadi tidak apa apa aku yang sakit. Asalkan Ibu, selalu sehat walafiat. Aku ingin Ibu selalu sehat. Begitu juga Ayah, aku ingin Ayah selalu sehat. Aku sangat senang sekali, ternyata ada murid baru pindahan dari Jogjakarta. Namanya Bagus. Bagus sangat baik, semoga aku dan Bagus dapat berkawan degan baik. Bagus sekarang, menjadi target pembulian Toni and the genks. Aku aneh, terhadap Toni dan genksnya. Kenapa masih saja merundung? Masih saja, membuat masalah. Aku dan Bagus, bersama sama. Melawan Toni and the genks. Tetapi bukan dengan kekerasan. Kami berdua, mengerjainya balik. Dengan cara cantik, kami mengerjainya. Aku dan Bagus, berharap mereka taubat. Mereka tidak lagi berulah, tidak lagi membuat masalah. Aku tidak ingin, mereka itu tidak sadar sadar. Aku dan Bagus, sama sama bercita cita ingin menjadi prajurit. Bedanya aku, aku ingin menjadi TNI AL. Sedangkan Bagus, ia ingin menjadi TNI AU. Kami berdua, berkawan baik. Kami berdua berjanji ingin sukses bersama dalam mengapai cita cita kami berdua. Aku dan Bagus, berlajar bersama. Aku dan Bagus, suka menghabiskan waktu di perpustakaan. Sabtu dan Minggu, aku menginap di rumah Mami dan Papi. Papi menyuruh aku untuk sering sering berenang. Karena Papi, ingin aku sukses menjadi prajurit TNI. Aku berlatih berenang setiap sabtu dan minggu, beruntung sekali aku memiliki Mami, Papi, Ayah dan Ibu yang selalu mensuprote aku. "Adrian sayang, makan dulu yugh! Mami sudah masak nak,"ajak Mami sambil tersenyum. "Baik Mi,"jawabku sambil tersenyum. Mami memasak, Ikan Cakalang pedas, Bakso Pentol iga dan Kwitiaw Siram. Sungguh rasanya, sangat enak. "Makan yang banyak Adrian, kamu harus sehat. Sebentar lagi, kamu lulus sekolah. Terus, kamu sebentar lagi. Akan mendapatkan nilai tertinggi," ucap Mami sambil tersenyum. "Iya Mi, terimakasih banyak Mi. Oia Mi, Adrian mau pergi ke Semarang minggu depan. Ada studytoor,"terangku sambil tersenyum. "Papi yang antar iya,"ucap Papi sambil tersenyum. "Iya Pi, terimakasih Pi. Tetapi apa itu, nggak berlebihan. Aku soalnya, naik bus dari sekolah," ucapku sambil tersenyum. "Nggak ada yang berlebihan, kan Papi yang antarkan. Papi udah transfer uang ke rekeningmu, selama kamu di Semarang,"ungkap Papi sambil tersenyum. Betapa terkejutnya, ketika aku lihat im bankingku. Uangnya dua puluh juta. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD