Membujuk Toni And The Genks

1188 Words
Sekarang aku sudah tau, tempat persembunyian Toni and the genks. Aku di antarkan Mami dan Papi angkatku hingga sampai rumah. Setibanya di rumah, aku langsung beristirahat. Sementara Mami dan Papi angkatku sudah pulang. Badan dan wajahku tidak begitu sakit, ketika aku berobat. Aku terbangun pagi sekitar jam empat pagi, aku segera mandi. Setelah selesai mandi, aku segera berpakaian rapih. Tak lupa aku membuat sarapan sederhana untuk Ayah dan Ibuku. Aku sangat berharap, aku membuat menu simple nan sederhana. Aku memasak Nasi Goreng Seafood. " Ayo Ibu, ayo Ayah kita sarapan pagi bersama. Aku sudah memasak," ajakku kepada kedua orang tuaku. " Terima kasih nak sudah membuatkan Ibu sarapan," ungkap Ibu sambil mengecup keningku. " Sama-sama Ibu," ungkapku sambil tersenyum. " Terimakasih nak sudah buatkan Ayah sarapan," ucap Ayah sambil tersenyum. " Sama-sama Ayah," ucapku sambil tersenyum. Setelah selesai sarapan, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku. " Ayah, Ibu Adrian berangkat sekolah dulu iya. Maaf jika Adrian pulang telat, Adrian mau ke tempat Toni mau ajak Toni ke sekolah," ucapku sambil tersenyum. " Iya sayang tetapi hati-hati nak, jangan sampai kamu di pukulin lagi sama kawan-kawanmu lagi. Kamu harus waspada nak," ucap Ibu memperingatiku. " Baik Ibu, Adrian akan lebih waspada lagi. Ibu nggak perlu khawatir dan cemad lagi," ungkapku sambil tersenyum. " Nak kamu sekali-kali kamu perlu bales, perlakuan kawanmu yang telah kurang ajar. Jangan sampai kena pukul lagi," ucap Ayah menasehatiku. " Baik Yah, aku berangkat kerja dulu iya. Dah Ayah dan Ibu," ucapku sambil tersenyum. Aku berangkat sekokah dengan mengkayuh sepeda, setibanya di sekolah. Aku langsung memakirkan sepeda, aku berjalan memasuki ke kelas. Setibanya di dalam kelas, aku segera belajar. Banyak sekali tugas yang di berikan oleh guru. Guru-guru aku banyak yang bertanya akan kondisi aku yang penuh luka. Aku hanya tersenyum, setelah istirahat usai Guru Bk yang tak lain Ibu Sonya memanggilku. Ia memanggilku ke ruangan Bk, Ibu Sonya keheranan. Ibu Sonya bertanya, siapa yang melukai aku. Aku hanya tersenyum. Tetapi Ibu Sonya mendesak siapa yang memukuli wajahku hingga babak belur. " Adrian siapa yang lakukannya?" tanya Ibu Sonya kepadaku. " Bukan siapa-siapa Ibu," jawabku dengan tersenyum. " Ayo jujur sama Ibu! Siapa yang membuat kamu seperti ini?" tanya Ibu Sonya kembali kepadaku. " Saya di pukulin oleh musuhnya Toni, karena saya di sangka adalah mata-mata yang di matai oleh Toni. Untuk memata-matai mereka," ungkapku sambil tersenyum. Aku berusaha meyakinkan Toni and the genks, walaupun aku harus di pukulin mereka. Terpenting bagiku adalah mereka kembali ke sekolah. Mungkin aku sudah mati rasa, mengalami pemukulan dari Toni. Aku harus bertahan, aku harus mampu membuat si perundung dan pembuat onar ini kembali ke sekolah. Mereka harus ke sekolah. Aku tidak mau mereka tidak sekokah, Toni and the genks harus ke sekolah. Jangan sampai mereka nggak ke sekolah, jangan sampai mereka tidak lulus sekolah. Susah sekali aku membujuk mereka, sebenarnya mau mereka apa? Aku hampir pusing di buatnya, aku melihat Lono kawan Toni yang hampir ketabrak mobil. Aku berlari dengan sangat kencang. Demi menyelamatkan nyawanya. " Terima kasih Adrian, tetapi kenapa kau menyelamatkan aku?" tanya Lono keheranan. " Itu simple, karena kamu adalah kawanku. Sebagai seorang kawan aku akan menolongmu," ungkapku sambil tersenyum. " Terimakasih iya Adrian, " ucap Lono sambil tersenyum. " Sama-sama Lono," ucapku sambil tersenyum ke arah Lono. " Lono aku boleh minta bantuanmu, tolong aku iya. Kamu harus sekolah lagi ajak dan bujuk Toni beserta kawanmu," ucapku sambil tersenyum. " Baiklah akan aku usahakan, jika ia tidak mau juga besok kamu datang lagi aja. Besok kita bujuk sama-sama," ucap Lono sambil tersenyum. " Yasudah Lono, terima kasih iya. Aku pulang dulu iya," ucapku sambil tersenyum. Setibanya aku di rumah, aku segera mandi, setelah rapih. Aku memasak. Hari ini, aku sangat menginginkan sup ayam. Semoga saja masakannya enak, semoga rasanya enak. Sup Ayamnya rasanya enak sekali, aku memasaknya dengan wortel dan kentang. Banyak tomat, Ayam dan ceker, benar-benar menu sop Ayam kesukaanku. " Ayah dan Ibu dari mana?" tanyaku kepada ke dua orang tuaku. " Ayah dan Ibu sehabis melayat," ungkap Ayah dan Ibu sambil tersenyum. " Kamu habis memasak nak?" tanya Ayah dan Ibuku secara bersamaan. " Iya ayo kita makan!" ajakku kepada Ayah dan Ibuku. " Enak sekali sop ayamnya nak," puji Ayah kepadaku. " Rasanya enak, tetapi banyak banget ayamnya. Ibu jadi begah,"prores Ibu. " Enak Ibu Adrian sangat kepingin sup Ayam, rasanya enak dan menggugah selera. ' Iya nak, makan yang banyak. Semoga kamu jadi gemuk," ungkap Ibu sambil tersenyum. " Ibu aku mau belajar dulu iya," ucapku sambil tersenyum. Setibanya di kamar, aku langsung belajar. Aku membaca dan menulis, banyak sekali pelajaran yang aku kerjakan. Semoga saja, pekerjaanku. Terselesaikan. Aku ingin menyelesaikan semua prku. Karena besok aku akan berusaha membujuk Toni ke Sekolah, Lono sudah mau ke sekolah. Tinggal membujuk kepala genks dan kawan-kawan genksnya. Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku, sekarang aku tinggal tidur saja. Aku sangat mengantuk, saatnya tertidur. Aku terbangun pagi, sekitar jam lima segera mandi. Tak lupa aku berdandan dengan rapih, setelah rapih aku mengenakan pakaianku. Aku sarapan dengan bubur ayam, Ibu rupanya memasak bubur ayam dan ice kacang hijau. Sungguh perhatian sekali Ibuku. Ice kacang hijau ini sungguh rasanya sangat enak dan menghangatkan. Setelah aku sarapan, aku langsung berpamitan kepada Ayah dan Ibuku. " Yah, Ibu Adrian berangkat sekolah dulu iya. Permisi dulu iya," ucapku sambil tersenyum. " Iya nak, hati-hati di jalan iya sayang. Semoga selamat sampai ke sekolah," ucap Ibu sambil tersenyum. " Hati-hati di jalan nak, Ayah ada uang sedikit untukmu. Ini nak," ucap Ayah sambil memberikan aku uang. " Iya Ayah, terima kasih banyak. Adrian permisi," ucapku sambil tersenyum. Setibanya aku di sekolah, aku langsung masuk ke dalam kelas. Tetapi tidak ada Lono maupun Toni. Mungkin Lono gagal meyakinkan Toni. Saya sangat khawatir, baiklah nanti sepulang sekolah saya akan berusaha berjuang lebih ekstra untuk meyakinkan Toni. Pelajaran demi pelajaran, aku lalui semoga saja hasil ulanganku lebih baik lagi. Aku ingin mendapatkan nilai terbaik pada ulangan Matematika ini. Kita harus berjuang lebih ekstra walaupun aku agak benci pelajaran Matematika. Waktu istirahat sudah berbunyi, aku makan soto Bogor dengan banyak acar. Aku juga memesan dua juice tape. Aku hari ini sangat haus sekali. Entah mengapa aku sangat menginginkan dua gelas juice Tape. Bel sudah berbunyi, sekarang adalah pelajaran Biologi. Aku belajar dengan sungguh-sungguh. Karena ternyata, ada ulangan secara dadakan. Waktu terus bergulir, sudah waktunya pulang. Aku bergegas untuk ke tempat Toni membujuk Toni. Ketika aku datang ke tempat, sungguh aku tak menyangka Toni tega memukuli Lono. Ya ampun wajah Lono, sampai babak belur seperti ini. " Stop!" teriakku dengan membahana. Otomatis semua mata, menatap ke arahku. Toni mendekat, ia mulai menghardikku. " Adrian kamu mau sok jadi jagoan, kanu anak rumahan sebaiknya pulang saja. Jangan ikut campur urusanku," " Aku harus ikut campur, aku mau kamu dan kawan-kawanmu kembali ke sekolah. Aku ingin kalian lulus sekolah dengan aku, kita bersama-sama meraih cita-cita bersama. Aku ingin kamu semua dapat nilai terbaik," ucapku sambil tersenyum. " Tetapi aku mau saja ke sekolah, ada syaratnya?" ungkap Toni sambil tersenyum. " Baiklah aku akan turuti, apa itu syaratnya?" tanyaku kepada Toni and the genks. " Aku ingin kamu traktir kami selama seminggu," ucap Toni sambil tertawa terbahak-bahak. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD