Tetap Semangat

1003 Words
"Sayang sepertinya kita harus menanbah lagi ice creamnya, rasanya enak banget sayang. Aku mau rasa lainnya," ungkap istriku Tiara dengan tersenyum. "Jangan sayang, jangan iya nggak boleh makan ice cream terlalu banyak. Nggak baik sayang," ucap aku dengan melarang istriku memakan ice cream terlalu banyak. "Tetapi Mas, aku mau nambah lagi. Boleh iya sayang?" pinta Tiara dengan tersenyum. "Ok sayang boleh, tetapi hanya satu sayang. Nggak lebih dari itu!" titahku kepada istriku Tiara dengan tersenyum. Aku dan Tiara, akhirnya kami berdua makan ice cream lagi secara bersamaan. Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada latihan penembakan darurat. Mau nggak mau, sebagai prajurit Marinir Yonif 01 kami harus siap sedia di mana pun kami berada. "Adrian kamu siapkan pasukanmu iya!" titah Bapak KASAL waktu meneleponku. "Siap Jenderal," jawabku dengan sangat tegas. Setelah aku mengakhiri teleponeku, istriku Tiara bertanya ada masalah apa? "Sayang ada apa?" tanya Tiara dengan tersenyum. "Aku beserta anggotaku, ada latihan penembakan secara dadakan. Aku akan pergi seminggu," jawabku dengan tersenyum. "Iya suamiku sayang, kau hati-hati di jalan iya. Aku sangat merindukanmu nantinya," keluh Tiara dengan memelukku. "Sabarlah sayang, waktu seminggu itu bukan waktu yang lama. Aku akan tetap kembali baik hidup maupun mati, aku adalah Prajurit waktuku, cintaku dan kesetianku sudah di beli oleh Negara. Aku bangga menjadi prajurit," ucapku dengan mengecup kening Tiara. "Iya sayang, aku sangat menyayangi dan mencintaimu melebihi apa pun itu. Aku bangga padamu suamiku," ungkap Tiara sebelum mengiringi kepergianku. Aku beserta prajuritku, kami semua melangkahkan kaki kami menaiki truk TNI dengan membawa senjata laras panjangku. Selama di hutan kami berlatih, untuk bertahan hidup maupun menembak dengan senjata laras panjang yang kami miliki. Aku selalu menyemangati anak-anakku, anak-anakku harus berbakat dan memiliki banyak prestasi. Supaya dapat mebghujam dunia. Dapat menutup siapa saja mereka yang meragukan kemampuan kami sebagai prajurit 01 Marinir. Aku juga sedang mencari mereka yang berbakat, untuk akan segera aku kirim ke Lebanon dan Negara lainnya untuk aku kirim ke luar Negeri baik ke Negara mana pun. Aku ingin anak-anakku sukses semuanya, aku tak mau mereka semua menjadi prajurit yang gagal. "Ayo semangat, makan yang banyak kita perlu banyak amunisi. Jadi makan yang banyak," titahku kepada semua anak buahku. "Siap Komandan!" jawab anak-anakku secara serempak. Aku beserta anak-anakku, kami memasak ikan bakar dan lauk pauk seadanya. Setelah selesai kami makan, aku dan anak-anakku makan sambal seadanya. Setelah selesai makan, kami melanjutkan kembali pekerjaan kami. Pekerjaan kami sebagai prajurit TNI. Dengan berlatih dan terus berlatih dan tak pernah lelah atau bosan untuk berlatih. Tidak terasa sudah satu minggu lamanya, aku berada di hutan. Aku dan anak-anakku masih tetap semangat. Walaupun kami capek dan letih, tetapi aku dan anak-anakku tak mau menunjukannya. Tiba-tiba Bapak Panglima TNI menghubungiku, tatkala kami di truk menuju Yonif 01 Marinir. "Halo Adrian," sapa Bapak Panglima TNI dengan sangat ramahnya. "Halo Jenderal," sapaku dengan sangat ramahnya. "Kamu sedang di mana Adrian?" tanya Bapak Panglima TNI. "Saya sedang di jalan Jenderal, di jalan dari Hutan menuju Batalion. Satu jam lagi sampai Jenderal," jawabku dengan tersenyum. "Ok Adrian, hati-hati di jalan. Jika sudah sampai hubungi saya," titah Bapak Panglima TNI dengan tersenyum. "Siap Jenderal," jawabku dengan ketegasan. Setibanya aku di kantor, aku lihat Tiara sedang sibuk. Sedang sibuk mengajari Ibu Jalasenatri memasak dan merajut, rupanya Tiara sekarang sudah mulai beradaptasi dengan para Ibu Jalasenatri. Tentu saja istriku Tiara, harus mampu beradaptasi secara kan Tiara adalah ketua Ibu Jalasenatri Yonif 01 Marinir. Aku langsung melangkahkan kakiku, menuju ruanganku. Setelah pintunya aku tutup. Aku langsung menelepon Bapak Panglima. "Halo Bapak Jenderal," sapaku dengan sangat ramahnya. "Halo Adrian, kau sudah sampai nak?" tanya Bapak Panglima dengan sangat ramahnya. "Sudah Jenderal," jawabku dengan sangat ramahnya. "Ada yang bisa saya bantu Jenderal?" tanyaku dengan menawarkan bantuan apa yang bisa akun lakukan. "Adrian tolong, besok saya dan KASAL ke Yonif 01 Marinir. Tolong siapkan para prajuritmu," ungkap Bapak Panglima TNI dengan tersenyum. "Siap Jenderal," jawabku dengan penuh ketegasan. Aku langsung memgerjakan pekerjaan aku, apa yang Bapak Panglima TNI suruh dan pinta. Aku langsung menyusun, sepuluh untuk ke Lebanon, Mongolia, Ukraina dan Afrika. Setelah pekerjaanku selesai, aku segera menghanpiri istriku Tiara. "Sayang kamu sudah selesai kegiatan bersama Ibu Jalasenatri?" tanyaku dengan tersenyum. "Belum sayang, aku masih mau menari dan mengaji para Ibu-ibu bernyanyi dan Berbahasa Prancis. Sayang aku mau mengajari mereka semua," ungkap Tiara dengan tersenyum. "Ok sayang, kamu semangat iya. Aku pergi sebentar ada urusan dengan para prajurit," ungkapku sebelum meninggalkan istriku. Aku langsung menuju ke mimbar, aku mengumpulkan mereka semua. Mereka semua berkumpul, menjadi satu. Aku menyampaikan mengenai aku akan mengirim 10 orang ke Lebanon, Mongolia, Hungaria, Prancis dan Afrika masing-masing sepuluh orang. Untuk yang nggak aku pilih, aku mau mereka berusaha lebih keras lagi. Karena aku mau, semua anak-anakku menjadi prajurit terbaik dan kompeten. Aku nggak mau mereka sampai salah jalan. Anak-anakku harus sukses selalu. Tak boleh menjadi prajurit yang lemah dan tak memiliki konmpeten. Setelah selesai, aku kembali menghampiri istriku. Karena tak terasa sudah hampir jam enam sore. Aku dan Tiara pergi menyempatkan diri ke laut, karena Tiara memintaku untuk menangkap ikan di laut. Tetapi aku menolaknya dan memintanya untuk ke pasar saja. "Sayang kita ke laut yugh!" ajak dan pinta Tiara dengan memohon. "Ke laut, mau ngapain sayang?" tanyaku dengan tersenyum. "Aku mau ikan, sangat menginginkan ikan. Aku mau kamu yang memancingnya dari laut," ucap dan pinta Tiara dengan memohon. "Sayang ini udah mau magrib, cari aman saja iya. Kita belinya di pasar saja," ucapku dengan membujuk istriku Tiara. Tiara tersenyum, lalu berucap. "Ok sayang, tetapi beli ikan yang paling enak dan mahal. Aku sangat menginginkanya," ungkap Tiara dengan tersenyum. "Ok sayang, memangnya kamu mau ikan apa?" tanyaku dengan tersenyum. "Aku mau ikan kakap merah, udang dan cumi. Tolong belikan sayang," pinta dan memohon Tiara dengan tersenyum. "Ok aku belikan, ayo kita beli ke pasar. Kita membeli ikan sesuai permintaanmu," ucapku dengan tersenyum. Aku dan Tiara belanja ke pasar, aku membeli semua permintaan Tiara. Entah kenapa Tiara sangat menginginkan ikan? Aku sangat pusing dan bingung, di buatnya apa yang di inginkannya harus di beli. Jika tidak Tiara merajuk dan marah. Aku akhirnya menurutinya, asalkan Tiara senang dan tersenyum. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD