Suara Kencang Menggelegar

1003 Words
Putra kesayangan kami terbangun, aku langsung menenangkan putra kesayanganku. Aku memeluk dan mengecupnya, memberikan pelukan terbaik sebagai seorang Papa. "Cep Bayu sayang, jangan menangis nak. Suaramu kencang sekali nak. Sangat menggelegar," ucapku dengan mengecup kening putraku. Putraku sekarang sudah tidak menangis lagi, aku kini mengecup kening Tiara. Karena sudah malam, aku menidurkan istri dan anakku. Besok pagi aku akan berangkat pagi sekali, aku yang terbangun pagi sekitar jam empat pagi. Aku segera berangkat ke Bataliaon. Aku langsung melaporkan masalah ini kepada Komandan Batalionku. "Permisi Komandan, ada yang saya ingin bicarakan. Dengan Komandan masalah penting Komandan," ucapku dengan membawakan bukti yang mengarahkan tentang penghinaan Ragil kepadaku dan keluargaku. "Baik Apa yang ingin kamu sampaikan Adrian? Saya akan dengarkan, itu bukti apa Adrian yang kamu berikan ke saya?" tanya Komandan kepadaku. "Ini adalah bukti penghinaan Ragil kepada saya, yang telah menghina saya selingkuh dengan gadis bule sehingga saya memiliki anak bernama Debora Van Girl. Padahal kenyataannya bukan seperti itu," ungkapku dengan senyuman getir. "Ok saya akan lakukan tindakan, saya akan menyidak kawanmu Ragil. Saya sudah lihat ternyata apa yang di katakan Ragil adalah penghinaan," terang Komandan kepadaku. "Baik Komandan saya mengucapkan terima kasih banyak. Saya permisi Komandan," ucap aku sebelum keluar dari ruangan Komandan. Aku kini menuju ke pos penjagaan, aku kini sedang berjaga di pos penjagaan. Aku langsung duduk di pos penjagaan, aku berjaga dengan merapikan dan merawat senapanku. Aku sangat penat, hari ini. Mungkin jam empat sore, aku menyenangkan Debora putriku, mengajak Debora pergi ke sesuatu tempat, mengajak Debora pergi ke pertunjukan festifal music. Debora jam tiga sudah berada di ruanganku, dia dengan anggunnya mengenakan gaun berwarna hijau lengkap dengan topi biru. "Wil je op papa wachten, papa wil eerst naar het toilet. Hier is geld voor u om snoep of chocolade te kopen als u het in de kantine wilt kopen," ucapku dengan tersenyum. (Nak tunggu Papa, Papa mau ke toilet dulu. Ini ada uang untuk kamu jajan beli permen atau cokelat jika kamu ingin beli di kantin,) "Ja papa, bedankt papa. Ik zal op papa wachten," ucap Debora dengan tersenyum. (Iya Papa, terima kasih Papa. Aku akan menunggu Papa,) Aku menuntaskan hajatku, di toilet karena perutku sangat sakit sekali. Maklum aku habis makan sambal rujak, makanya aku menjadi sakit perut seperti ini. Aku yang sudah selesai, aku membawa ranselku. Anak gadisku sedang minum ice cream. Ya ampun dia makan banyak lima cup ice cream. "Debora jij drinkt ijs lieverd, waarom drink je tot vijf ijsjes veel, zoon. Dat is niet goed, mijn dochter, papa, ik ben bang dat je ziek bent, zoon." ucapku dengan tersenyum. (Debora kamu minum ice cream sayang, kenapa meminum ice cream banyak hingga lima nak. Itu tidak baik anak gadisku Papa takut kamu sakit nak,) "Ja papa, sorry papa, ik vind het echt leuk. Ik heb er maar vijf gegeten, niets meer," ucap Debora dengan memelas. (Iya Papa, maaf Papa aku sangat menyukainya. Saya hanya makan lima tidak lebih,) "Ja, papa, het spijt me, doe dit de volgende keer niet meer. Papa wil niet dat Deborah ziek wordt, zoon." ucapku dengan memberikan senyuman. (Iya nak Papa maafkan, lain kali jangan begini lagi. Papa tidak mau Debora sakit nak,) "Ja papa, kunnen we nu naar huis papa? Eigenlijk wilde ik in het volgende dorp naar een muzikale muziekshow kijken. Kan papa me meenemen naar de muziekshow?" tanya Debora dengan tersenyum. (Iya Papa, apakah kita dapat pulang sekarang Papa? Sebenarnya saya ingin menonton pertunjukan musical music di kampung sebelah. Dapatkah Papa mengajak saya menonton petunjukan musicnya?) "Natuurlijk, mijn lieve dochter, wil papa je ook meenemen naar een muzikale dramashow. Laten we nu gaan jongen!" ajakku kepada Debora putriku. (Tentu putriku sayang, Papa juga ingin mengajakmu menonton pertunjukan musical drama. Ayo kita pergi sekarang nak!) Aku mengajak putriku Debora, menonton pertunjukan musical music. Debora terlihat sangat bahagia dan senang. "je bent een gelukkige zoon, die naar deze show kijkt, zoon. Ben je een blije en blije zoon?" tanya Debora kepadaku. (kamu bahagia nak, menonton pertunjukan ini nak. Apakah kamu senang dan bahagia nak?) "Ja papa, ik ben heel blij papa. Bedankt papa dat je me meenam naar een muziekshow," ucap Debora dengan senyuman di wajah cantiknya. (Iya Papa, aku sangat bahagia Papa. Terima kasih Papa sudah mengajak aku pergi menonton pertunjukan music,) "Beiden zijn mijn kinderen, Papa is ook heel blij en gelukkig. Omdat je muziekfestivals kunt bezoeken en genieten...," ucapku dengan senyuman. (Sama-sama anakku, Papa juga sangat senang dan bahagia. Karena dapat mengunjungi festifal music dan mengajak kamu anakku,) Setelah selesai menonton pertunjukan music, aku dan Debora putriku bergandengan tangan. Kami bergandengan tangan, aku membelikan banyak makanan untuk nanti istriku makan. Aku sengaja memesan banyak makanan, semua jenis makanan aku beli untuk Debora dan Tiara. Untuk kami makan di rumah. Tiara sangat menikmati masakan dan kue yang aku belikan. Walaupun Tiara sempat protes dan marah, karena aku tidak mengajak Tiara pergi untuk menonton pertunjukan music. "Sayang maaf iya aku nggak ngajak kamu pertunjukan music, tadi aku hanya mengajak Debora. Maaf iya sayang," ucap aku dengan senyuman. "Iya nggak apa-apa sayang, aku nggak apa-apa sayang walaupun sebenarnya aku ingin pergi tetapi kamu nggak ajak aku," ucap Debora dengan tersenyum. "Iya maaf sayang, besok aku ajak kamu sayang. Asalkan jangan ngambek," ucap aku dengan tersenyum. Setibanya aku dan Tiara di dalam kamar kami, aku dan Tiara memeluk dan menidurkan Bayu. Aku sangat merindukan Bayu, Bayi kecilku yang sangat lucu dan menggemaskan. Bayu menangis, ia mengompol rupanya. Aku langsung membuang popok Bayu. Aku cebokin Bayu. Setelah Bayu bersih, aku mengecup kening dan ke dua pipi Bayu. Aku menggendong Bayu, aku menyanyikan lagu untuk Bayu. Aku menyanyikan Bayu bayiku dengan lagu menggemaskan. Bayu sangat senang dan bahagia, tatkala aku menyanyikan Bayu lagu enak dan merdu. Bayu tertawa girang, dengan bahasa bayinya Bayu tersenyum dan tertawa. Aku yang mulai mengantuk, tertidur dengan memeluk Bayu. Aku terbangun jam dua belas malam, karena Bayu menangis. Menangisnya sangat kencang banget, suaranya sangat menggelegar. Sangat menggelegar sekali, dan mampu menghentakan cakawala. Aku dengan sekuat tenanga, berusaha menenangkan Bayu supaya Bayu tertidur kembali. Tetapi Bayu masih tetap menangis. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD