Bungkam Mulut Mereka Dengan Prestasi

1016 Words
Tetapi ya sudahlah, aku tak mau ribut dan mencari masalah. Sudah seminggu setelah kejadian itu berlalu, tetapi Iwan masih saja menggangguku. Dia masih saja menggaguku, dia selalu jahat dan julid denganku. Aku nggak tau, harus bagaimana lagi. Ya Allah, dia selalu saja mencari masalah. Tetapi untungnya aku memiliki sahabat-sahabat yang sayang denganku. Mulai sekarang, aku akan hiraukan dan abaikan saja. Tetapi aku akan terpacu menunjukkan diriku siapa. Menunjukkan jati diriku ini. Aku harus menunjukkan, keahlian aku dan potensi aku dalam bidang apa. Berjuanglah Adrian, jangan pantang menyerah. Kamu harus selalu berusaha. Jangan sampai kamu jadi lemah Adrian, jika ada orang yang tidak suka itu merupakan hal yang wajar. Seperti halnya hari ini, Adrian mendapatkan hadiah uang lima belas juta karena berhasil memenangkan lomba Sepak bola. Adrian membaginya secara adil dan rata. Iwan yang kalah, dia menatap tak suka ke arahku. Tatapannya seakan tak suka. Aku hanya tersenyum menatapnya. Aku tersenyum dengan sangat ramahnya. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata yang menghubungi adalah Papiku. Papi terdengar dari suaranya sangat gembira sekali. Ternyata aku mendapatkan kabar bahagia, jika Mami baru saja melahirkan bayi kembar yang sangat lucu dan menggemaskan. Papi bertanya aku akan menamai Bayi tersebut apa? Soalnya Papi menungguku memberikan aku nama. “ Halo, selamat sore. Adrian sayang putraku apa kabar kamu nak?” tanya Papi dengan sangat ramahnya. “ Halo, Papi selamat sore. Adrian sehat Pap, Papi dan Mami apa kabar? Sehat kan, tolong lihat kondisi Ayah dan Ibu Pap. Apakah Ayah dan Ibu Adrian sehat?” tanyaku kepada Papi. “ Papi dan Mami sehat anakku, Ayah dan Ibu kamu sehat. Kami sekarang sedang berada di rumah sakit nak Mami baru melahirkan,” ungkap Papi dengan senyuman penuh kebahagiaan. “ Wah selamat iya Pap, Pap aku boleh berbicara dengan Ayah dan Ibuku? Saya sangat merindukan Ayah dan Ibu,” ungkapku sambil tersenyum. “ Tentu saja boleh nak, Masa nggak boleh. Kalau begitu Papi panggilkan Ayah dan Ibumu, tetapi mereka masih di kantin nak. Apakah kamu bersedia menunggu Ayah dan Ibumu nak?” tanya Papi kepadaku. “ Yes Papi, i’m willing to wait for mom and Dad. Because i miss them both so much,” jawabku dengan senyuman. “ Nak tolong berikan nama, untuk dua anak kembar sepasang. Papi menunggu kamu yang memberi nama,” pinta Papi kepadaku. “ Alright Papi, i will name my twin Sisters. Which are male and female, i will name Denisha and David,” ungkapku sambil tersenyum. “ Thank you my dear son, nices names for your younger siblings. Papi is very happy dear,” ungkap Papi sambil dengan senyuman. “ Sama-sama Papi, apakah Ayah dan Ibuku sudah kembali dari kantin?” tanyaku kepada Papi. “ Sudah nak, “ jawab Papi dengan tersenyum. Aku berbicara dari ke hati dengan Ayah dan Ibu, aku sangat merindukan Ayahku dan Ibuku. Tanpa sadar ketika aku sedang telepon, aku menitikan air mata. “ Kamu kenapa sayang?” tanya Ibu kepadaku. “ Tidak apa-apa Ibu, saya menangis karena saya sangat merindukan Ibu. Saya sangat rindu dengan Ibu, I Love you Ibu,” ucapku sambil menangis. “ Iya nak, kamu jangan menangis sayang. Kamu harus tersenyum,” ucap Ibu dengan senyuman manis menghiasi wajah cantiknya. “ Iya Ibu Adrian tidak akan menangis lagi, Adrian janji Ibu. Adrian akan segera pulang tunggu Adrian pulang kembali ke Indonesia,” ucapku sambil tersenyum. “ Sayang kamu jangan menangis nak, Ayah sangat sayang sama kamu nak. Ayah janji akan membahagiakan kamu,” ucap Ayah sambil tersenyum. “ Iya Ayah aku janji, aku akan membahagiakan Ayah dan Ibu karena aku sangat sayang kepada Ayah maupun Ibu . Aku sangat janji,” ucapku sambil tersenyum. “ Ayah dan Ibu, sudah dulu iya. Aku mau latihan menembak. Titip salam ke Mami, Papi dan Ibu,” ucapku sebelum aku mengakhiri panggilan Telepon. Aku berlatih menembak, bersama para prajurit lainnya dari tiga matra. Hari ini, aku tidak kerja di pabrik. Bahkan hari ini aku akan pergi ke sesuatu tempat yaitu pergi ke menjaga anak-anak kecil di wilayah konflik. Aku nggak mau, semuanya jadi seperti ini. Aku ingin menjaga anak-anak kecil yang menderita di wilayah perbatasan konflik ini. Mereka harus selalu tersenyum dan bahagia, aku tak mau anak-anak kecil itu menderita. Setelah selesai aku mengajari mereka melukis dan berhitung. Aku mengajak anak-anak tersebut bernyanyi lagu. Mereka sangat bergembira bernyanyi dan menari bersamaku. Aku dan anak-anak kini, sedang bernyanyi dan menari dengan gembira. Aku dan anak-anak menyempatkan diri ke toko kue bersama anak-anak kecil ini. “ Kalian mau kue?” tanyaku kepada mereka. “ Tidak Kapten, kami tidak mau merepotkan. Terima kasih Kapten akan kebaikan hatimu,” ucap anak-anak itu kepadaku. “ Sudahlah tidak apa-apa, aku akan membelikan kalian. Untuk satu anak ambil dua iya,” ucapku sambil tersenyum. “ Baik Kapten, terima kasih Kapten. We love you Kapten,” ucap anak-anak kecil ini dengan senyuman. “ Iya nak, anak-anak saya permisi dulu iya. Saya harus pergi. Permisi nak,” ucapku sambil memeluk anak-anak kecil ini. Ketika dalam perjalanan, aku bertemu Michele. Aku mengajak Michele untuk pergi mengunjungi moll. Karena aku ingin membeli dua kado untuk ke dua adik kembarku. “ Untuk siapa kado-kado ini bro?” tanya Michelle kepadaku. “ Aku membelikan hadiah untuk ke dua adikku, aku sangat bingung membeli hadiah untuk keduanya?” tanyaku sambil bertanya kepada Michele meminta pendapat kepadanya. “ Adik kembarnya lelaki, perempuan atau sepasang. Aku perlu tau jenis kelamin adikmu bro?" tanya Michele kepadaku. " Adikku sepasang bro," jawabku singkat. " Menurutku, bagusan yang ini untuk adik perempuan kamu lebih lengkap. Untuk adik laki-laki yang ini karena lebih keren dan trendi," ucap Michele dengan jawaban simple. Aku dan Michele membelinya, aku meminta mbak kasirnya untuk sekalian membungkus kado. Bungkus kado dengan rapih, ada jasa yang di sediakan. Barulah aku dan Michele menuju Ali Baban, untuk mengirim kado untuk ke dua adikku. Setelah selesai, belanja aku dan Michele kembali ke tempat kami masing-masing. Aku dan Michele mendapatkan kabar jika gosip kami, adalah pasangan kekasih sudah menyebar ke sekolah yang aku ajar. Begitu juga di tempat sekolah yang Michele ajar. Setibanya aku di asrama, Riki mengatakan jika aku di suruh menemui Komandan kami. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting, sehingga aku di panggil oleh Komandanku. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD