Kerja Banting Tulang Bagai Kuda

1001 Words
"Ja, zoon, morgen zal papa proberen over te plaatsen, schat. Zeg alsjeblieft tegen mama dat je er niet te veel over nadenkt, papa probeer het geld van papa's vriend te lenen," ucapku dengan senyuman. (Iya nak, besok Papa usahakan transfer sayang. Tolong bilang ke Mama jangan terlalu di pikirkan Papa usahakan pinjam uang kawan Papa,) Setelah aku mengakhiri panggilan teleponku, aku mengutarakan niatkuy yang ingin meminjam uang kepada kawanku. Yaitu Hadi dan Soek Jin. "Bro do you have more money or not? Can I borrow money? I am for my child to be treated," ucapku meminta bantuan kepada dua kawanku. (Bro punya uang lebih atau tidak? Bisakah saya meminjam uang? Saya untuk anak saya berobat,) "There bro, who's sick bro? Is your child sick bro? How much do you want to borrow bro?" tanya Hadi menatapku. (Ada bro, siapa yang sakit bro? Anak kamu yang sakit bro? Mau pinjam berapa bro?) "There are ten or twenty-five million, if there is I can borrow. I really need it," ucapku dengan memohon kepada Hadi. (Ada sepuluh atau dua puluh lima juta, kalau ada saya boleh pinjam. Saya sudah sangat membutuhkannya,) "There is only use, you can replace the money when you have money. You have a friend, just use it bro," ucap Hadi dengan senyuman. (Ada pakai saja, kamu boleh mengganti uangnya ketika kamu ada uang. Kamu ada sahabat pakai saja dulu bro,) "I also have money bro, you can use my money first. I have ten million I transfer to your account," ucap Kim Soek Jin menawarkan bantuan kepadaku. (Aku juga ada uang bro, kamu bisa memakai uangku dulu. Aku ada sepuluh juta aku transfer ke rekeningmu,) Aku sangat bersyukur sekali memiliki kawan seperti mereka ber dua, bayangkan saja mereka mau memberika aku pinjaman tiga puluh lima juta.  Aku dapat pinjaman dari Kim Soek Jin sebesar sepuluh juta, sedangkan dari Hadi dua puluh lima juta. Aku langsung menstransfer ke putriku Debora, puji tuhan putraku Bayu dapat di selamatkan. Aku bekerja banting tulang di sini, kaki di kepala kepala di kaki. Aku sekarang sudah bekerja di Pabrik Roti sebagai kepala Securiti. Dalam waktu tiga bulan aku sudah membayar kepada ke dua sahabatku Hadi dan Soek Jin. "Thanks bro, I've transferred twenty million for you Hadi. I've also transferred ten million for you Soek Jin, thank you both for your kindness. You two are my best friends," ucapku dengan penuh senyuman. (Terima kasih bro, aku sudah transfer uang dua puluh juta untukmu Hadi. Aku juga udah transfer sepuluh juta untukmu Soek Jin, terima kasih atas kebaikan kalian ber dua. Kalian ber dua adalah sahabat terbaikku,) "You're welcome bro, we're friends. Friends should help each other," ucap Hadi dengan senyuman. (Sama-sama bro, kita sahabat. Sesama sahabat harus saling membantu,) "You're welcome bro, I'm very happy and happy bro can help and help you. You are my best friend," ucap Kim Soek Jin dengan senyuman. (Sama-sama bro, aku sangat senang dan bahagia bro dapat membantu dan menolongmu. Kamu adalah sahabatku,) Aku beruntung sekali dan bersyukur, dapat memiliki sahabat seperti mereka ber dua. Sahabatku Hadi sangat murung, karena surat cintanya belum di balas oleh Zovanka sang gadis pujaannya. Aku yang sangat penasaran sekali bertanya kepadanya. "what are you doing bro? Why is your face bent and your face gloomy?" tanyaku dengan sangat penasaran sekali. (Kau kenapa bro? Mukamu itu kok di tekuk dan wajahmu murung?) "I'm upset bro, you know Zovanka hasn't replied to my letter yet. I doubt, does he want to be serious and serious with me?" jawab Hadi dengan wajah murungnya. (Aku kesal bro, kau tau Zovanka belum membalas suratku. Aku ragu, apakah dia ingin serius dan sungguh-sungguh denganku?) "Be patient bro, maybe he's busy or there's a problem. I'm sure he'll come over later and reply to your letter." ucapku dengan senyuman. (Sabar bro, mungkin dia lagi sibuk atau ada kendala. Nanti aku yakin dia akan ke mari dan membalas suratmu,) " Amien bro, I hope Zovanka will come and reply to my letter. I miss him so much bro," ucap Hadi dengan tersipu malu. (Amien bro, semoga saja Zovanka ke mari dan membalas suratku. Aku sangat merindukannya bro,) "Yes, I hope so, I'll excuse myself. Want to take care of the factory first bro," ucapku dengan senyuman. Setelah berpamitan kepada ke dua sahabatku, aku langsung melangkahkan langkah kakiku ke pabrik. Setibanya aku di pabrik. Aku segera bekerja dengan rajin dan sungguh-sungguh. Aku bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh. Aku bekerja dengan sangat profesional, supaya aku dapat membahagiakan keluargaku. Aku sangat kelelahan dan keletihan, karena sedang bekerja. Aku yang sangat letih sekali sehabis bekerja. Di pabrik aku hampir saja tertabrak sebuah mobil. Untungnya aku dapat menghalaunya. Mungkin jika aku tak mampu menghalaunya mungkin aku akan mati dan meninggal. Ya Tuhan, engkau begitu sayang kepadaku. Mukzizatmu begitu nyata, mukzizatmu begitu indah Tuhan. Aku berjalan tertatih-tatih, menahan rasa sakit. Untungnya di jalan aku berpapasan dengan Kim Soek Jin. Aku di tolong oleh sahabatku itu, aku di tolong dengan baik olehnya. Bahkan dia menolong dengan sangat baik sekali, dia menolongku dengan sangat baik. "Kamu kok bisa seperti ini bro? Gimana kronologinya Bro?" tanya Kim Soek Jin heran. "Aku hampir tertabrak mobil bro, aduh sakit sekali bro. Jalannya pelan-pelan saja," ucapku dengan senyuman. "What kok bisa bro, saya khawatir mendingan ke klinik dulu bro. Lukamu di obatin dulu," ucap sahabatku Dengan senyuman. Kim Soek Jin sangat baik sekali, bahkan Kim Soek Jin membantu dan menolongku ketika aku di bawa ke klinik. Hadi dan Soek Jin juga membawaku pulang. Aku bersama dua kawanku, segera pulang kembali ke barak kami masing-masing. Aku dan mereka berdua segera memasuki ruangan. Kami segera memasuki ke kamar. Aku sangat mengantuk, pegal dan lelah. Aku paksakan untuk tertidur walaupunsakit dan perih melanda sekujur tubuhku. Tubuhku berasa sangat perih dan sangat sakit sekali, badanku sangat nyeri sekali. Aku terbangun jam empat pagi. Aku segera mandi dengan air panas.  Aku yang sudah rapih dengan mengenakan seragam PDL (Pakaian Dinas Loreng). Setelah rapih, aku segera berangkat kerja. Aku membawa senapanku menjaga anak-anak sekolah, supaya lebih aman lagi. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD