Pengangkatan Rahim

2147 Words
(Sayang apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu. Hanya kamu Tiara di hatiku,) "Iya sayang, aku percaya. Maafin aku yang telah membuatmu kecewa sayang. Aku ini penyakitan," ungkap Tiara dengan menangis. Aku tak tega, melihat istri yang sangat aku syangi dan cintai ini. Sangat menderita dan kecewa seperti ini, aku akan membahagiakannya apa pun yang terjadi. Aku akan menjadi lampion dan lentera serta cahaya bagi wanitaku. Wanita yang telah memberikan aku empat orang anak yang sangat lucu. " Bapak dan Ibu ada yang ingin saya sampaikan, Ibu sedang hamil. Tetapi maaf banget, Ibu harus memilih antara mempertahankan kehamilan atau nyawa Ibu melayang," ungkap dr. tersebut. Aku sangat senang sekali, tatkala mendengar kabar jika istriku hamil. Ini merupakan pilihan yang sangat sulit bagiku, aku tak mau istriku kenap-kenapa. Karena aku sangat encintai Tiara melebihi apa pun itu. "Sudahlah sayang, tak usah di pikirkan, aku tak ingin kamu mati. Maaf bukannya egois, aku tak ingin kammu pergi, mau nggak mau kita harus menyingkirkan anak yang ada di dalam kandunganmu," bisikku ke telingga Tiara dengan tersenyum. "***,****,******。***********īn'ài de, wǒ hǎo hàipà, wǒ pà nǐ zěnmeliǎo. Yīnwèi wǒ zhēn de hěn ài nǐ," ucap Tiara dengan menangis. (Sayang aku sangat takut sekali, aku takut kenapa-kenapa dengan kamu. Karena aku sangat mencintaimu,) Aku sangat sedih sekali, melihat istri yang sangat aku sayangi dan cintai ini sangat menderita sekali. Aku lebih baik istriku membaik daripada menderita. "Dokter lakukanlah yang terbaik, guna kesembuhan istri saya. Saya sudah putuskan untuk menggugurkan janinnya," jawab ku dengan menitikan air mata. Maafkan aku Tuhan, aku terpaksa melakukannya. Aku terpaksa menghilangkan jninnya. ini semua demi kebaikan bersama. "Ok baiklah, ini adalah jamu penggugur kandungan. Silahkan di minum rutin seminggu tiga kali, dua bulan Bapak dan Ibu ke sini lagi kita lakukan pengangkatan rahim," ungkap dr. tersebut menerangkan. Aku dan Tiara pulang ke rumah kami, setelah melakukan pemeriksaan. Tiara terkadang masih sibuk menjalankan perannnya sebagai istri, ibu dan Ibu Jalasenatri yang sangat baik. Anak-anak yang mengetahuinya, sangat sedih. sangat kecewa dan marah. Tetapi mau apa semuanya sudah terjadi? Kami kini sedang bersiap-siap untuk mengantarkan Tiara istriku, untuk operasi pengangkata rahim. Tiara di rawat selama satu minggu, aku sangat tak tega, Tiara hanya menangis. "Are you okay Beib?" tanyaku dengan memeluknya. ( Apakah kamu baik-baik saj sayang?") "*********,*******。****,******。*****, Kěxí wǒ de tiáojiàn tài chàle, zhēn de ràng nǐ shīwàngle. Wǒ bù wánměi, wǒ méiyǒu zǐgōngle. Wǒ bù zài wánměi," jawab Tiara dengan menangis. (Sayang kondisiku sangat buruk sekali, aku sungguh mengecewakanmu. Aku sudah tak sempurna, aku sudah tak memiliki rahim lagi. Aku tak sempurna lagi,) "****,*********。*******。***,****, Zài wǒ yǎn lǐ, nǐ shì nàme wánměi de bǎobèi. Méiyǒu xiácī huò xiácī. Fēicháng hǎo, fēicháng qīnqiè," jawab aku dengan terus memuji istriku. (Di mataku, kau begitu sempurna sayang. Nggak ada cacat dan celanya. Begitu baik dan sangat baik sekali,) Aku dan Tiara sudah tak mempermasalahkan lagi, aku nggak masalah. Yang penting kita dapat menjalani hidup ini dengan sangat baik, sehat dan bahagia. Walaupun sekarang aku sangat sibuk sekali, seperti saat ini aku sedang melakuka pengawalan. Karena Bapak Presiden dan Wakil n mengunjungi Yonif 01 Marinir. Tetapi saya tetap meminta Debora untuk selalu memantau kondisi kesehatan Tiara istriku, aku ingin Tiara benar-benar sembuh. Aku ingin Tiara sehat. Di waktu senggangku, aku menghubungi Debora. Ketika waktuku senggang. "****! Érzi nǐ hǎo!" sapaku dengan sangat ramahnya. (Halo nak!) "****! Nǐ hǎo bàba!" sapa putriku Debora. (Halo Papa!) "******,*****。***, Wǒ qīn'ài de nǚ'ér, bàba qǐng bāngmáng. Qǐng bàba," pintaku dengan memohon. (Putriku sayang, Papa mohon tolong. Tolong Papa nak,) "***********?***, Bàba yǒu shé me kěyǐ bāngmáng de ma? Shuō bàba," tanya Debora dengan sangat penasaran. (Ada yang bisa di bantu Papa? Katakanlah Papa,) "*********,*************。*************,******,**,**。***********ǒ qīn'ài de nǚ'ér dài bó lā, qǐng bāng wǒ jiāncè nǐ mǔqīn de jiànkāng zhuàngkuàng. Qǐng gěi nǐ qīn'ài de māmā shíwù hé yǐnliào, bùyào sìchù yóudàng, hǎo ba, érzi. Yīdìng yào zhàogù hǎo māmā," titahku dengan tersenyum. (Putriku Debora sayang, tolonglah nak kamu pantau kehatan Mamamu. Tolong berikan makan dan minuman untuk Mamamu sayang yang benar, kamu jangan keluyuran melulu iya nak. Harus jagain Mama,) "****,*********。********,*********,**************, Hǎo de bàba, bàba bùyòng dānxīn hé dānxīn. Wǒ huì hǎohǎo zhàogù māmā, yīnwèi māmā shì wǒ de māmā, xiàoshùn shì wǒ zuòwéi háizi de yìwù hé yìwù," jawab Debora dengan menenangkanku. (Baik Papa, Papa nggak perlu risau dan khawatir. Saya akan menjaga Mama dengan sangat baik, karena Mama adalah Mamaku, sudah keharusan dan kewajibanku sebagi ank harus tetap berbakti,) Aku akui Debora dapat di andalkan sebagai seorang anak dan seorang Kakak yang baik, Debora walaupun masih kecil, tetapi pemikirannya sangat Dewasa dan kritis sekali. Setelah selesai, aku dan Debora mengakhiri pangilan telepone. Aku kembali melakukan pengawalan. Aku harus kuat, aku harus tangguh. Aku tak boleh lemah, apa pun masalahnya. Aku harus dapat menghadapinya. Aku itu adalah pionnya, akulah pemimpinnya. Hadanglah dan halulah segalah rintangan. "WAHYU ayo kita kembali!" titahku kepada Wahyu anak buahku. "Baik Komandan!" jawab Wahyu dengan penuh ketegasan. "Ok sekarang kita kembalidengan membawa pasukan, tolonglah pimpin jlannya Wahyu!" titahku kepada Wahyu. Setelah selesai, aku dan sahabatku kini sedang menuju Kantor Marinir 01. Kami sangat riang, gembira dan penuh suka cita. Karena aku adalah seorang Prajurit TNI ALL. Setibanya aku di markas kami, Markas Marinir 01 Surabya. Aku beserta ajudanku, kini baris- berbaris dulu. Dengan sangat terpaksa saya, saya harus di Batalion selama seminggu lebih baru aku dapat pulang. Mungkin karena obat istriku habis, putriku Debora sangat khawatir. Karena Debora adalah putriku yang sangat khawatir, akan kondisi Mamanya. Makanya dia selalu menghubungiku. Aku yang sangat khawatir, akhirnya nelepone putriku Debora. " Halo nak!" sapaku dengan sangat ramhnya. "Halo Papa!" sapa putriku Debora dengan tersenyum. "Ada apa Nak? Apakah ada masalah sangat genting sayang?" tanyaku dengan penuh rasa khawatir. "Obat Mama habis Papa, jadi Debora minta tolong di transfer Papa. Debora ingin membelinya ke apotek," pinta Debora dengan memohon. "Ok nak, Papa transfer sayang. Sudah Papa transfer nak," jawabku dengan tersenyum. Setibanya di rumah, aku langsung menghampiri Tiara yang sedang minum obat. Mungkin itu adalah obat terakhir. "***,****?*******?******,*******。***********īn'ài de, nǐ zàijiā ma? Qīn'ài de nǐ chīle ma? Rúguǒ nǐ hái méi chī, wǒ kěyǐ gěi nǐ zuò fàn. Bǎobèi nǐ jiù zài zhè děngzhe," tanya dan ucap Tiara dengan tersenyum. (Sayang kau sudah pulang? Sayang kau sudah makan? Jika kamu belum makan, saya bisa masakan untukmu. Sayang kamu tunggu saja di sini,) "**,****,****,***,*****,***。***,*****,*****。**************, Shì de, wǒ de tóushì, wǒ dàojiāle, qīn'ài de, wǒ hái méi chī ne, qīn'ài de. Qīn'ài de, nǐ zuò zài zhèlǐ, wǒ zìjǐ zuò fàn. Nǐ bìxū shǒuxiān zhìyù hé huīfù nǐ de jiànkāng," ucapku dengan tersenyum ke arah Tiara. (Iya Tiaraku aku sudah pulang sayng, aku belum makan sayng. Kau duduklah di sini sayang, aku saja yang memasak sendiri. Kamu harus sembuh dulu dan pulihkanlah kesehatanmu,) Aku akhirnya, menuju dapur dan memasak Bubur Sehat yang penuh dengan sayuran dengan campuran wortel dan brokoli. Setelah matang, aku langsung menyuapi Tiara dan aku. Tiara hanya tersenyum dan tersipu malu, tatkala aku menyuapi Tiara. "******? Bǎobǎo gǎnjué rúhé?" tanyaku dengan tersenyum. (Sayang bagaimana rasanya sayang?) "*******,*****。***,************* hěn hǎo hěn hào chī, suīrán yǒudiǎn xián. Qīn'ài de, nǐ yán fàng duōle," jawab Tiara dengan tersenyum. (Rasanya sangat enak dan lezat, walaupun agak asin. Kamu terlalu banyak mempergunakan garam sayang,) "***,***,*********。***,************, Duìbùqǐ, qīn'ài de, wǒ zuò de shíwù wèidào hěn chà. Duìbùqǐ, rúguǒ wǒ de pēngrèn fēicháng lìng rén shīwàng," ungkapku dengan tersenyum. (Maaf iya sayang, masakan yang aku masak rasanya sangat tidak enak. Maaf jika masakanku sangat mengecewakan,) "*****,****。*********, Méiyǒu qīn'ài de, méiyǒu shīwàng. Xièxiè qīn'ài de wèi wǒ zuò fàn," ungkap Tiara dengan tersenyum. (Tidak sayang, tidak mengecewakan. Terima kasih sayang sudah masak untukku,) "Sama-sama Tiaraku sayang, saya sangat bahagia. Saya senang sekali dapat membahagiakanmu," ucapku dengan tersenyum. Debora putriku datang, dia menghampiriku. Dia berlari bak ank kecil dengan memeuk dan mengecup kedua pipku. "Asyik Papa sudah pulang!" sorak sorai Debora dengan tersenyum. " Iya putriku sayang, Papa sudah pulang nak. Kamu baru pulang dari apotek," ungkapku dengan tersenyum. "Iya Papaku, Papa jika besok nggak sibuk. Dapatkah Papa ke sekolahku?" tanya Debora dengan harap-harp cemas. "Papa sibuk nak," jawabku dengan tersenyum. "Memangnya ada apa Nak?" tanyaku dengan sangat penasaran dan atusias. "Papa lupa iya, besok kan aku ada jadwal pembagian rapor. Papa tolong ambilkan laporku," keluh putriku Debora dengan memanyunkan bibirnya. "Ya ampun nak, Papa minta maaf sayang. Papa lupa jika kamu ada jadwal pembagian lapor, maafin Papa nak. Jangan merajuk lagi nak," pintaku dengan memohon. "Baiklah Papa, Debora maafkan Papa. Tetapi Papa jangan ulangi lagi," pinta Debora dengan tersenyum. Setelah selesai aku berbincang dengan putriku, aku segera menghampiri Tiara. Aku langsung menggendong tubuh Tiara. Aku membawa Tiaraku ke kamar kami. Dengan penuh kelembutan, aku mengecup Tiara dan menyelimuti tubuh munggilnya. "Terima kasih sayang," ucap Tiara dengan penuh kelembutan sebelum dia menutup matanya. "Sama-sama sayng," ucapku dengan tersenyum. Aku mandi dan cuci muka dulu, barulahmenyusul istri cantikku. aku menutup mataku, aku terbangun sekitar jam empat pagi. Aku segera mengajak istriku Tiara untuk segera mandi. Kami mandi bersama denggan menggunakan air hangat, setelah selesai aku menggendong tubuh Tiara. Aku mengelap seluruh tubuh Tiara hingga kering. Setelang kering, aku memakaikan Tiara pakaian. "ขอบคุณ MAS Adrian ขอโทษ Mas ฉันเป็นภรรยาที่รบกวนคุณเท่านั้น ขอโทษ ฉันไม่มีประโยชน์ในฐานะภรรยา คุณก็แค่ดูแลคนตาย ที่รัก ยกโทษให้ฉัน K̄hxbkhuṇ MAS Adrian k̄hxthos̄ʹ Mas c̄hạn pĕn p̣hrryā thī̀ rbkwn khuṇ thèānận k̄hxthos̄ʹ c̄hạn mị̀mī prayochn̒ nı ṭ̄hāna p̣hrryā khuṇ k̆ khæ̀ dūlæ khn tāy thī̀rạk yk thos̄ʹ h̄ı̂ c̄hạn," ungkap Tiara dengan bersedih. (Terima kasih MAS Adrian, maaf Mas aku sebagai istri hanya membuat kamu repot. Maaf iya sebagai istri aku tak berguna, kau seperti merawat mayat hidup saja sayang. Maafkan aku,) "ไม่เป็นไรที่รัก ในฐานะสามี ฉันมีหน้าที่ดูแลคุณ ขอให้ท่านมีสุขภาพแข็งแรง มีความสุขตลอดไป อย่าเศร้า ท่านต้องมีความสุขเสมอ คุณต้องมีสุขภาพที่ดีเสมอ Mị̀ pĕnrị thī̀rạk nı ṭ̄hāna s̄āmī c̄hạn mīh̄n̂ā thī̀ dūlæ khuṇ k̄hx h̄ı̂ th̀ān mī s̄uk̄hp̣hāph k̄hæ̆ngræng mī khwām s̄uk̄h tlxd pị xỳā ṣ̄er̂ā th̀ān t̂xng mī khwām s̄uk̄h s̄emx khuṇ t̂xng mī s̄uk̄hp̣hāp," ungkapku dengan tersenyum manis. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD