Teror buat Ahmad

1105 Words
Keesokan harinya kembali mereka berkumpul di kamar Ahmad, melihat kondisinya. Keadaannya masih sama dengan semalam, panasnya masih naik turun. Dia terlihat lemah tak berdaya, wajahnya agak pucat dan sering berkeringat dingin. Sementara si Edo yang menemani Ahmad semalam masih terlelap karena kelelahan menjaga sobatnya. Diantara kami ga ada yang berani membangunkannya dan Adi yang tugas semalam menemani Edo menjaga Ahmad tidak kelihatan batang hidungnya. Semua anak-anak mencari kemana anak itu menghilang. Setelah di cek oleh salah satu teman Rey, ternyata dia ada di kamarnya sendiri. Kondisinya juga setali tiga uang dengan Ahmad, agak panas badannya namun masih bisa diajak komunikasi. Tampak ia masih terlihat ketakutan ketika di bangunkan anak-anak kos. Ceritalah si Adi apa yang dialaminya semalam. Semua agak terkejut juga dengan kejadian yang diceritakan si Adi. Karena diantara teman-teman tidak ada yang mandi selarut malam yang diceritakan si Adi. Lalu kembali Rey ke kamar si Ahmad karena curiga dengan cerita Adi tadi. Ia coba membangunkan si Edo, agak sulit memang dibangunkan, mungkin si Edo kelelahan, tapi Rey mempunyai pikiran lain. Rey merasa ada yang ganjil dari tidurnya si Edo, karena tidak biasanya dia mudah tertidur sewaktu begadang, padahal dia biasanya senang bergadang atau tidurnya selalu larut malam. Ditambah lagi kok sulit dibangunkan, biasanya dia dengar suara ribut sedikit saja langsung terbangun. Rey terus mencoba membangunkan Edo dan akhirnya perlahan terbukalah mata si Edo. Langsung dia buru-buru bangun, terlihat ia masih ling lung dengan keadaan sekitarnya. Rek yang berada di dekatnya agak terkejut juga. “Tenang do, tenang wal …” pinta Rey pada Edo. “Kenapa aku Rey? Awak ku sakit semuaan rasanya … ” kata Edo dengan bahasa khas Kalimantan. “Kamu tertidur nyenyak sekali, ga biasanya Do …” tanya Rey lagi. Edo masih tetap ling lung, dicobanya lagi melihat sekelilingnya. “Gimana kondisi Ahmad wal?” tanya Edo pada kami semua. “Masih tetap Do” jawab salah satu teman Rey. “Si Adi kemana Do? Semalam ikut jaga sama kamu kan?” tanya Rey seolah-olah tidak tahu mengenai kejadian yang dialami Adi. “Semalam dia bersamaku kok, sampai aku tak sadarkan diri, Adi nya mana nih?” jawab si Edo. Perasaan Rey semakin ga enak setelah mendengar bicara si Edo dan Adi. Ia langsung menarik Edo ke kamarnya, agar tidak terlihat curiga dengan teman-teman yang lain, Rey beralibi mau bawa Edo sarapan dulu. Setiba dikamar si Edo, Rey langsung melanjutkan penasarannya dengan memberondong sejumlah pertanyaan. “Kamu yakin Do, semalaman si Adi temani kamu jaga si Ahmad?” tanya Rey lagi. “Iya rey, semalaman bersamaku kok … ” jawab Edo meyakinkan. “Tapi agak ganjil juga tingkahnya semalam, sehabis dari wc” jawab Edo lagi. “Dia diam terus, tidak senyum dan juga tidak bicara sama sekali … ” timpal Edo kembali. “Tak beberapa lama aku kok seperti ngantuk berat, langsung aku seperti tak sadarkan diri dan tertidur saat itu juga. Dan herannya lagi, aku seperti samar-samar melihat Adi memegang tangannya Ahmad sambil membaca sesuatu ... setelah itu aku langsung hilang kesadaran wal.” Kata Edo. “Ya sudah sekarang kamu mandi dulu gih, bau banget nah, nanti kita bahas lagi” kataku sambil berlalu keluar dan menutup hidungku. “Sialan lu wal, tapi iya juga ya, kok bau badanku aneh banget” jawab Edo. “Aku tunggu di kamar Ahmad wal” jawabku bergegas keluar kamar. “Ok wal!” jawab Edo sambil mengambil handuknya. Kembali kami berkumpul di kamar Ahmad, disana sudah ada si Edo dan Adi juga. Mereka mencoba mendiskusikan masalah ini. Dan akhirnya disepakati agar menghubungi pihak keluarga Ahmad. Kebetulan orang tua Ahmad kenal dengan Edo. Jadi ia yang menelpon orang tua Ahmad saat itu juga. Ortu ahmad terkejut juga mendengar kabar mengenai Ahmad, tapi sayang mereka tidak bisa hadir hari itu juga karena tidak mendapat tiket penerbangan hari itu juga. Dijadwalkan 2 hari lagi mereka baru bisa hadir disini. Ortu ahmad pun menitip anaknya pada Edo dan teman-temannya. Dengan terpaksa mereka mengiyakan, karena Ahmad juga tidak memiliki sanak family disini. Rey yang mendengar berita tersebut, kembali berpikir keras gimana caranya agar Ahmad tidak semakin menderita. Paling tidak hingga orang tuanya bisa datang menggantikan posisi ia dan teman-teman. Mereka sudah berusaha bagaimana cara agar Ahmad tidak terlalu menderita namun tetap tak ada hasil. Dari pagi sampai sorepun Ahmad tidak bisa makan. Hanya minum terus, karena katanya dia haus sekali, tenggorokannya panas seperti terbakar. Setiap minum bisa menghabiskan satu botol aqua besar dan yang mengherankan dia tidak buang-buang air kecil ke toilet. Padahal si Ahmad sudah menghabiskan beberapa botol aqua besar. Yang Rey pikirkan dengan Edo sekarang adalah bagaimana 2 hari kedepan ini, sambil menanti kehadiran orang tuanya Ahmad datang. Rey dan teman-teman harus extra lagi, sementara yang lain juga punya kehidupan dan kesibukan masing-masing. Mau tak mau solidaritas lagi yang mereka kedepankan demi sahabatnya. Menjelang siang si Ahmad mulai bertingkah aneh, ia terus teriak-teriak kesakitan. Dia merasa di d**a dan perutnya panas dan sakit. Kepala seperti di tusuk-tusuk, perih banget. Sampai akhirnya dia pun muntah, untung saja teman-teman sudah antisipasi jadi muntah tersebut tidak berhamburan di kamarnya. Anehnya muntah yang dikeluarkan ahmad adalah darah bercampur barang-barang tajam dan ulat belatung. Darah itu berbau amis. Sampai salah satu teman kami ga tahan akhirnya ke toilet ikut muntah juga karena mencium bau muntah tersebut. Ahmad terus mengerang kesakitan, hingga suara teriakannya begitu menyayat hati. Edo masih saling pandang dengan teman yang lain, Edo pun belum berani mengungkap sms yang dia terima. Apalagi ia belum ada bukti yang akurat mengenai hubungan penyakit Ahmad dan Diana pacarnya. Sengaja Rey dan edo menanti kehadiran orang tuanya, baru akan mengungkap sms tersebut. Siang itu kebetulan Rey sedang ada mata kuliah. Untungnya hanya satu mata kuliah saja hari itu, jadi ia bisa cepat balik ke kos. Setibanya di kos teman-teman terlihat panic begitu melihat kehadiran Rey, mereka langsung menariknya ke kamar Ahmad dan mendekatkan diri Rey pada Ahmad. “Dari tadi si Ahmad memanggil-manggil namamu, entah apa maksudnya.” Kata si Edo kebingungan. Rey langsung mendekati Ahmad yang sedang berbaring. Dengan mata terpejam, dia mulai mengigau lagi. “Rey, Rey,  mana Rey … ” suara ahmad memanggil nama Rey dengan memelas. “Mad, Mad, ini aku Rey … ” jawab Rey sambil memegang tangannya. Langsung tangan Rey didekap dengan kedua tangannya dan menaruh di pipinya. Terlihat sedikit senyuman dari wajah Ahmad, ia meras seperti nyaman dengan tangan Rey yang ia genggam. Teman-teman yang menyaksikan kejadian jadi terheran-heran dengan Rey dan Ahmad. “Hmmm Alhamdulillah … dingin Rey, nyaman sejuk tanganmu Rey …” kata si Ahmad sambil ditaruhnya tanganku tadi di pipi sebelahnya lagi. “Jangan tinggal aku Rey, aku takut ‘dia’ datang …” pinta ahmad dengan memelas. “Iya Mad aku dengan teman-teman disini semua menjagamu kok, kita nunggu kamu sembuh, biar bisa kumpul lagi wal … Ayo Mad kamu bisa sembuh kok” kata Rey memberi semangat. “Iya Mad cepat sembuh Mad” sahut teman Rey yang lain ikut memberi semangat. Walau dengan mata terpejam, Ahmad masih bisa membalas suara teman-teman dengan sedikit senyuman. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD