Keren Tapi Dodol

1206 Words
Sejak hari itu tak ada lagi kejadian-kejadian aneh yang kami alami. Kondisi kembali kondusif dan kami tetap pada hobby kami, Counter Strike Online Game. Sebulan kemudian kembali aku bertemu dengan Edo. Rupanya selama ini dia mencoba menghubungi aku, karena jaman itu HP masih jarang jadi sulit untuk tetap berhubungan. Edo sekarang tinggal di rumah sendiri, karena bokapnya baru habis membeli rumah di kawasan perumahan elite, Perumahan Griya Santa namanya. Maklum, bokap si Edo memang seorang Boss di sebuah BUMN di Samarinda. Hanya dengan sekali tanda tangan sudah bisa mendapatkan apa yang dia mau. Dan aku salut dengan sobat ku satu ini, meski borju, dia tidak mau menampakkannya secara berlebihan. Aku dan Edo memiliki hubungan persahabatan yang erat, walau kami beda kampus. Dia kuliah di sebuah Sekolah Tinggi khusus ilmu Komputer. Dan aku sekolah di Ilmu Ekonomi yang ada di daerah Blimbing Malang. Karakter Edo ini orangnya pendiam, pemalu, murah hati, dan sangat setia kawan. Berbanding terbalik dengan aku, sok cool, humoris, sableng, supel, dan pemberani. Untuk urusan asmara, kamipun jauh berbeda nasibnya. Edo type cowok yang setia banget dengan pasangannya, walaupun pasangannya mengkhianati dia, tetap saja dia tidak bergeming. Hubungannya dengan seorang cewek selalu berakhir tragis, walaupun usia pacarannya cukup lama. Terkadang malah mantan pacar teman dia pacari juga, karena memang sudah karakter Edo yang pemalu dan pendiam tadi atau lebih tepatnya gampang di begoin cewek.Apalagi Edo orangnya agak tertutup, kadang bila sudah terjadi baru dia mau terbuka. Begitu diberi sedikit perhatian oleh seorang cewek, langsung dah hatinya klepek-klepek. Hal ini lah yang menurut aku menjadi kelemahan dari sahabatku satu ini, Edo. Beberapa kali aku harus menasehati dia, agar jangan terlalu lemah dengan yang namanya cewek. Sering aku memergoki pacarnya selingkuh, atau hanya memanfaatkan materi yang dimiliki Edo. Tapi … ya gitu, Edo sudah dibutakan namanya cinta. Selalu menurut apa yang dikatakan pacarnya. Semua teman-teman juga sudah eneg memberi masukan, tak pernah di gubris. Terlebih aku yang jadi sahabat karibnya. Jika sudah selisih pendapat atau ada masalah dengan pacarnya selalu kembali ke aku. Dan disitulah fungsinya seorang sahabat. Dikala kita susah, dia yang hadir bersamamu, walaupun hanya diam. Masih hangat dalam ingatanku, kala Edo harus putus cinta dengan seorang gadis yang di pacarinya sejak duduk di kelas 1 SMA hingga kuliah 6 semester. Berbulan-bulan ia dengan susah payah menjahit lukanya. Pelariannya juga banyak yang ke arah negative. Beruntung ia bisa dipertemukan dengan aku dan teman-teman yang lain. Sedikit banyak ia bisa melupakan mantan tersebut. Walaupun terkadang masih terngiang namanya, karena jadi bahan bully teman-teman. Semenjak aku dan Edo menjadi sahabat, banyak hal yang kami alami bersama. Aku yang memliki karakter pemberani, supel dan humoris, sangat kontras bila dipertemukan dengan Edo yang pemalu dan pendiam. Namun seiring waktu kami saling mengenal satu sama lain. Aku coba ajarkan dia untuk berani terhadap wanita, jangan mau di bodohi yang namanya wanita. Apalagi Edo mempunyai semua factor yang menunjang untuk mendekati seorang gadis. Mulai dari gaya pakaian dengan merk ternama, belum lagi ditambah tumpangannya yang bisa membuat siapapun yang melihatnya pasti ingin kenal, ingin dekat dengan Edo, walaupun sebenarnya niat mereka hanya memanfaatkan. Suatu hari Edo berkenalan dengan seorang gadis lewat temanku, gadis itu namanya Sofie. Singkat cerita merekapun jadian. Sayang karena memang sudah karakter si Edo yang suka tertutup, jadi ketika ia mau PDKT dengan seorang cewek, ia tidak curhat dengan siapapun, termasuk aku sobat karibnya. Setelah Sofie dikenalkan dengan aku dan teman-teman yang lain, kami baru tahu kalau itu gebetan barunya. Dengan bangganya ia mengenalkan pacar barunya. Sofie memang perfect sebagai seorang pacar, dengan body bohai, kulit yang putih dan wajah yang cantik. Untuk jadi seorang pacar si Edo, Sofie benar-benar perfect dan layak di banggakan. Namun aku melihatnya ada sisi yang berbeda dari Sofie. Entah kenapa seperti ada yang lain dari Sofie. Teman-teman diam-diam langsung mengingatkan Edo bahwa ada yang lain dengan gadis itu. Apalagi ada beberapa teman yang pernah melihat atau mengenal sepak terjang Sofie. Terutama aku yang paling keras menentang kedekatan Edo dengan Sofie. Aku khawatir kejadian pada Ahmad terulang kembali. Namun Edo sudah terlanjur ‘jadian’ dengan Sofie. Sulit rasanya bila Edo sudah memutuskan suatu hal, apalagi menyangkut soal hati. Apapun yang menghalangi cintanya pasti akan ditabraknya. Tak berapa lama kekhawatiran teman-teman memang terbukti. Sofie yang hanya depan Edo tampak baik, ternyata cintanya hanya settingan terhadap Edo. Sofie juga yang membawa Edo selalu ke dunia malam, clubbing. Hampir setiap malam, Sofie larut dalam minuman keras bersama teman-teman Sofie yang lain, sementara Edo hanya termangu melihat kekasihnya teller berat, dan Edo kebagian membopong tubuh Sofie yang sudah tak sadarkan diri. Aku sebagai sobat paling dekat dengan Edo, terus berusaha mengingatkan Edo agar menjauh dari Sofie. Di depan ku Edo selalu mengatakan iya, tetapi dengan mata yang tak berani menatapku, aku tahu jika ia sangat berat melepas Sofie. Sudah sebulan Edo dan Sofie berhubungan. Edo pun mulai jarang ke kos ku, jarang kumpul dengan teman-temannya. Bahkan aku sahabat karibnya pun agak sulit menemui dia. Hampir semua waktunya dia habiskan bersama Sofie. Bahkan Sofie pun pernah dibawanya menginap di rumah Edo.Ia terus memenuhi gaya hidup Sofie. Edo tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Sementara di kos ku, Edo selalu jadi bahasan anak-anak. Mereka prihatin juga mengetahui keadaan si Edo semenjak berhubungan dengan Sofie. Ada beberapa anak-anak yang curiga dengan hubungan Sofie dan Edo. Terutama pada sosok Sofie, ada salah satu temanku kebetulan dia kakak tingkat 1 tahun diatasku. Sebut saja namanya Kacong, dia asli dari Madura, lokasi tepatnya aku kurang tahu. Dari Kacong ini akhirnya aku bertambah yakin akan penglihatanku terhadap sosok Sofie. Hanya Kacong diantara anak-anak kos yang sama visinya dengan aku. Diam-diam aku mengajak Kacong untuk keluar dari kos. Tujuan ku cuma satu, memperjelas apa yang ku lihat. Agar aku bisa mengambil langkah apa untuk menyelamatkan sahabat karibku si Edo.Aku melihat Sofie tidak secantik seperti yang dikatakan teman-teman kosku. Begitu juga dengan penglihatan si Kacong.Aku merasa ada yang beda dengan sosok tersebut dan itu memang bukan Sofie sebenarnya. Setibanya di sebuah warung aku coba ungkapkan kegelisahan ku dengan si Kacong mengenai si Edo dan Sofie. Ternyata selama ini dia pun merasakan hal yang sama hanya saja dia berusaha memendam. Aku akui memang di kos ku, hampir semua penghuninya sangat setia kawan dan care dengan sesama teman. Kecuali para adik kelas kami, mungkin karena mereka ada rasa segan dengan kami, para seniornya.Setelah melalui diskusi panjang lebar akhirnya aku sepakat dengan Kacong untuk mencari orang ‘pintar’ agar bisa menjauhkan Edo dari pengaruh Sofie. Kebetulan si Kacong punya kenalan ke orang ‘pintar’ tersebut. Dan kali ini orang ‘pintar’ tersebut beda dengan orang yang pernah ku temui jaman si Ahmad dulu. Secepatnya rencana itu kami persiapakan secara matang. Beberapa hari kemudian, setelah jadwal kuliah kami berdua kosong, kamipun bertolak menuju orang ‘pintar’ tersebut. Ternyata jarak tempuh menuju lokasi rumah orang tersebut cukup jauh juga. Kamipun harus bergantian menjadi supir. Beruntung kami menggunakan mobil teman yang kebetulan lagi menganggur. Jika saja menggunakan taxi argo, sudah pasti biaya kami membengkak. Belum lagi kami sempat tersesat di tempat yang sama beberapa kali. Dan apa itu memang kami sedang dipermainkan? Entahlah… Kurang lebih sejam kami memutar-mutar ditempat yang sama. Namun akhirnya tibalah kami disebuah lokasi kampung orang tersebut. Baru mulai memasuki kampung tersebut kami sudah disambut oleh pemandangan yang indah. Ada beberapa gadis kampung yang menyapa kami dengan senyuman yang begitu menawan. Aku yang sedari tadi sudah merasa lelah, langsung ‘on’ lagi. Kacong hanya tersenyum kecut, tak heran dia melihat kelakuanku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD