Penyesalan

1001 Words
Selvia hanya terdiam melihat kejadian yang menyiksa jiwa dan pikirannya. Ia tak sanggup berkata apapun lagi saat Yulius dengan amarah keluar dari rumah. Ia menatap kosong dan menahan air matanya, saat ia Kenzo anaknya dibawah oleh Yulius . Tubuhnya bergetar saat Kenzo terus menangis memanggil namanya. "Aku yang berhak dengan hak asuh, Kenzo," ujar Yulius. "Aku mohon, biarkan Kenzo bersamaku. Umurnya baru lima tahun, Ius." Selvia memohon pada Yulius suaminya. "Kamu bisa apa! Kamu tidak berkerja dan selama ini aku lah yang membiayai semua kebutuhanmu." "Walau aku tidak berkerja, tapi aku inginkan hak asuh Kenzo bersamaku." "Seharusnya kamu pikirkan perbuatanmu! Jika kamu tidak berselingkuh dengan pria k*****t itu, mungkin hak asuh Kenzo jatuh ditanganmu." "Kamu duluan yang berselingkuh Ius, bukan aku." "Lalu kamu mau apa? Aku memang terlebih dahulu yang berselingkuh, kamu pikir dengan kamu membalas berselingkuh akan mengubah segala hal! Kamu salah wanita bodoh!" Selvia sangat kecewa pada Yulius, ia memang salah sudah berselingkuh dengan pria lain. Ia hanya membalas perbuatan Yulius yang telah menyakitinya, menghinanya, bahkan Yulius melakukan kekerasan dalam rumah tangga. "Aku mohon Ius. Aku mohon, jangan ambil anakku," ujar Selvia. Selvia terus memohon pada Yulius, tapi Yulius tidak memperdulikannya. Yulius terus membawa Kenzo semakin menjauh dari dirinya. Selvia melangkahkan kaki dengan perlahan masuk ke dalam rumah, badannya bagai tak bertenaga, hatinya terasa hampa, dan pikirannya seakan kosong. Anak yang telah dilahirkan, dibesarkan sekarang dirampas begitu saja oleh suaminya, Yulius. "Aku harus bagaimana?" ujarnya menangis. "Aku harus menghubungi Daniel, laki-laki itu harus membantuku." Berkali - kali dia menghubungi Daniel, tapi tidak ada jawaban. Ia melakukan perselingkuhan dengan Daniel untuk membalaskan sakit hatinya atas perbuatan Yulius. Yulius bukan suami yang setia dan sering berganti-ganti pasangan. Saat ia marah pada Yulius hanya tamparan dan caci maki yang ia dapatkan. "Aku besok harus ke apartemen Daniel, aku harus menagih janjinya yang dulu akan membantuku jika aku akan bercerai dengan Yulius." ********* ******** ******** Keesokan harinya Selvia dengan cepat melangkahkan kakinya menuju gedung apartemen Daniel, ia ingin bertemu dengan lelaki tersebut, tapi semua hanya harapan palsu. Berkali-kali ia menekan tombol bel di sana tak ada jawaban dari dalam apartemen. "Sial! Ke mana si Daniel?" ujar Selvia dengan emosi. Selvia menahan mengepalkan tangannya menahan emosinya sendiri, lelaki yang pernah menjadi selingkuhannya malah tidak ada di dalam apartemen dan menghindarinya. "Dasar laki - laki kurang ajar! Setelah ia menikmati tubuhku sekarang malah pergi. Dasar berengsek!" umpat Selvia dengan amarah. Berbagai macam perasaan di rasakannya, ia merasa marah, kecewa, dan putus asa, ia sendirian sekarang tanpa ada satupun yang menemaninya. Ia langkah gontai berjalan kembali ke menuju mobilnya. Selvia menangis sendirian di dalam mobil, ia sama sekali tak menyangka pria yang dikiranya dapat membantu malah sekarang menghilang tanpa jejak. Pria menjanjikan kebahagian untuknya sekarang malah menghindarinya, tidak menepati janjinya yang akan melindungi dirinya. Betapa bodohnya ia begitu saja mempercayai semua yang dikatakan oleh Daniel yang ternyata sama saja seperti Yulius. "Kenapa jadi begini yaa Allah ... kenapa harus jadi begini," ujar Selvia dengan menyesal, ia memegang dadanya yang terasa sakit. Selvia melajukan mobilnya, ia sudah tak memiliki orang tua lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggal dan adik laki - lakinya tak memperdulikan dirinya semenjak kasus perselingkuhannya dengan Daniel. Kemana ia tempatnya mengadu tentang keluh kesah yang dirasakannya. Sesampainya Selvia di rumah ada sebuah mobil Hammer H3 terparkir di halaman rumahnya. Ia menghela napasnya dengan berat, mobil mewah itu milik suaminya. Ia sedang tak ingin bertemu dengan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. "Kamu sudah kembali," ujar Yulius dengan dingin. "Iya. Kamu ada urusan apa ke sini?" "Banyak urusanku, salah satunya rumah ini." "Apa maksudmu?" "Aku mau kamu pergi dari rumahku. Sebentar lagi kita bercerai dan kamu tidak berhak tinggal di rumahku lagi." "Ini rumahku!" "Haha, sejak kapan ini menjadi rumahmu. Orang tua ku memberikan rumah ini dan segala isi di dalamnya, bahkan mobil yang kamu pakai milik orang tua ku." "Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini Ius?" "Inilah yang pantas di dapatkan untuk wanita penghianat seperti kamu. Perempuan rendah dan jalang sepertimu pantas di perlakukan seperti ini." "Kamu yang memulai segalanya Ius. Jika kamu tidak berkali-kali berselingkuh aku tidak akan mungkin melakukan itu juga." "Jika aku berselingkuh, apakah bisa dibenarkan kamu juga berselingkuh Sel?" Selvia tak bisa menjawab perkataan Yulius, ia merutuki kebodohannya. "Jika alat kelaminmu tidak gatal untuk di masukin lelaki lain tentu kamu masih berstatus istriku dan tak akan kamu berpisah dengan Kenzo." "Kamu keterlaluan Ius! Kamu tidak pernah menyentuhku sama sekali. Kamu tidak pernah memberikan nafkah batin padaku selama 1 tahun pernikahan kita." "Ooh jadi kamu menyalahkan aku yang tidak mau menyentuhmu lagi! Dasar perempuan jalang! Aku sangat menyesal menikah dengan perempuan sepertimu. Ga di masukin selama setahun saja kamu jadi liar begitu bagaimana kalau bertahun-tahun lebih lama pasti kamu akan menjadi seorang wanita malam." "Hentikan Yulius. Aku mohon jangan hina aku lagi, aku mohon." Selvia menutup telinganya, perkataan Yulius sangat menyakitkan. Ia tak sanggup mendengarkan semua yang di ucapkan lelaki yang telah menikah dengannya selama 5 tahun. "Tutup terus saja telingamu! Apa kamu pikir dengan kamu menutup telinganmu fakta kamu seorang jalang akan di tertutupi. Kamu bodoh Selvi." "Cukup!" "Iya memang sudah cukup aku membuang-buang waktu yang penting dengan wanita sepertimu. Aku kasih kamu kesempatan tinggal di sini selama seminggu, kamu bereskan semua barang-barangmu dan pergi dari rumahku. Mobil Innova yang kamu pakai untuk kamu saja, aku ga sudi memakai mobil bekas jalang sepertimu walau aku yang membelinya. Anggap saja aku sedekah padamu. Orang miskin!" Yulius meninggalkan Selvia yang menangis menahan rasa sesak di dalam dadanya. Ingin sekali ia berteriak dan membalas semua perkataan pria tersebut, tapi apalah dayanya. Jika ia melakukan itu hanya akan memperkeruh semua masalah yang ada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD