PART 2 - MASIH CINTA YANG SAMA

1968 Words
IMPIAN TAK BERTEPI. PART 2 – MASIH  CINTA YANG SAMA Dari begitu banyak tamu yang hadir, ternyata Tuhan masih berbaik hati pada Arkhan. Ia bisa memindai wanita itu. Wanita yang sejak tadi ia cari, yang bahkan tak percaya bisa ia tatap saat ini.  Walau dari jarak jauh.Tatapan mereka bertemu. Seolah mata mereka mengeluarkan sinar garis lurus yang mempertemukan keduanya. Lalu-lalang orang-orang, seakan tak mengganggu pandangan mereka. Nadya yang pertama memutus pandangannya. “Dia disini,” bisik Gavin di telinga Nadya. Nadya memandang Gavin. Gavin meraih telapak tangan Nadya dan menggenggamnya erat. Arkhan melihat interaksi Gavin dengan Nadya, wanitanya. Rahangnya mengeras. Tanpa disadari tangannya mengepal. Arkhan menoleh ke arah wanita cantik di sampingnya, saat merasakan sentuhan hangat di lengannya. “Namamu sudah disebut untuk memberi sambutan,” ulang Suci sambil tersenyum. Arkhan mengangguk dan menuju podium. Ternyata acara sudah dimulai, dan ia tak sadar. Tepuk tangan peserta yang hadir mengakhiri sambutan yang disampaikan oleh Arkhan. Nadya tahu dan sadar, tatapan Arkhan sering tertuju padanya. Namun ia pura-pura tidak tahu. Ia bahkan membalas tatapan Arkhan dengan mengangkat wajahnya. Seolah menunjukkan ia tak takut pada lelaki itu. Hingga sambutan dari penggalang dana terbesar usai, dan Arkhan kembali ke samping Suci, istrinya.  Waktu-nya sekarang menikmati hidangan. Marisa segera mengajak Nadya berjalan dari meja yang satu ke meja yang lain. Senyumnya bahkan tak lepas, melihat aneka ragam makanan yang memang sengaja di hidangkan untuk tamu yang hadir. Ia bersyukur selama acara berlangsung, lelaki itu tak ada niatan mendekat. Bagus bukan? Lagipula untuk apa juga mendekat. Mereka bukan siapa-siapa sekarang. Sekarang Nadya tahu, sekaya apa dia. Ternyata benar, Arkhan Pranja bukanlah lelaki sembarangan. Bukan lelaki yang ia kenal dulu, yang mau bekerja serabutan hanya karena kurang uang untuk biaya kuliah. Lelaki itu menjelma menjadi sosok yang banyak di kagumi oleh siapapun juga. Bahkan sedari tadi Nadya sempat melirik, banyak yang mengajaknya berbincang. Seperti gula yang di kelilingi semut. Itulah posisi Arkhan sekarang. “Perasaan gue dulu gak gitu kenal ama dia ya?” tunjuk Marisa dengan dagunya, ke arah Arkhan. “Apalagi gue,” bisik Nadya. Gavin yang mendengar ucapan Nadya menoleh, seolah bicara yang benar saja. Namun, isyarat dari mata Nadya membuat Gavin menutup mulutnya. “Dia hanya beberapa bulan masuk menjadi siswa di sekolah kita, selanjutnya kita kan lulus.” Marisa mengangguk. Gavin pasti tahu, karena ia ketua kelas dulunya. “Emang bisa ya, pindah sekolah pas mau lulusan gitu?” selidik Marisa lagi. Gavin hanya mengangkat bahu. Orang kaya mah bebas. “Tapi gue gak nyangka ya, seorang Arkhan Pranaja ternyata pengusaha terkenal. Belum lagi wanita yang disamping dia, beuh cantiknya kaya boneka banget. Beda banget perawatan ama gak, dibanding gue hehehe.” Nadya hanya menghela napas panjang. “Oh ya, Nad. Lo belum cerita. Selepas sekolah lo kemana? Kok ngabur gitu aja?” “Aku kerja kok.” “Kerja dimana?” “Pindah-pindah. Di perusahaan jasa pernah, terakhir sebelum aku pindah ke Malang, aku kerja di kantin sebuah universitas di kota ini.” Di mana aku bertemu dengannya dulu. “Terus lo beneran belum meried nih?” Nadya saling memandang bersama Gavin. Marisa berdecak. “Iya dah gue percaya, badan lo masih langsing gini, masih cantik. Pantesan si Gavin bisa nempel. Ngomong-ngomong kalian dekat dari kapan? Perasaan dulu sekolah lo musuhan mulu berdua, saingan ranking.” “Masih deh Marisa keponya gak berubah. Nanti kita ngobrol lagi kalau dah keluar dari acara ya?” “Tapi awas ya, lo kabur lagi. Ngilang gak ada kabar, kaya di telan bumi.” Gavin terkekeh. “Gue pastikan kali ini Nadya menetap di kota ini.” “Wah bisa sering ketemuan dong kita.” Marisa tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. “Lo tahu, kadang gue bosen ngurus anak dan laki, kangen ngumpul ama lo,” bisik Marisa. Tentu saja berbisik supaya suaminya tak mendengar. Nadya hanya menggeleng pelan. Nadya merasa kandung kemihnya sudah penuh. Mungkin karena banyak minum juga. Sepertinya ia harus pergi ke toilet. “Vin, aku ke toilet sebentar ya,” Nadya berbisik karna suara  music memenuhi ruangan “Mau aku antar?” Karena Gavin khawatir melepas Nadya di tempat ini. Terlebih ia tahu siapa lelaki yang juga ada dalam satu ruangan bersama mereka. Lelaki yang sudah Nadya buang jauh-jauh dari hidupnya. “Gak usah aku bisa sendiri.” Nadya melangkah menuju tempat toilet. Sementara tak jauh dari tempatnya Gavin berdiri. Arkhan melihat wanitanya bergerak. Arkhan sebenarnya sedang berbicara dengan sesama teman angkatannya, namun tatapan matanya selalu terfokus pada seseorang, wanitanya disana. “Sayang, aku tinggal  sebentar ya.” Arkhan bicara mesra pada Suci, dibalas dengan anggukan. Toilet itu sepi, Nadya mencuci tangannya di wastafel. Ingatannya tertuju pada seseorang diluar sana. Nadya menghembuskan napasnya. Ia disana, satu ruangan dengannya. Entah kenapa hatinya perih, lelaki itu datang tidak sendiri, tapi yang ia lihat lelaki itu tampak serasi dengan pasangannya, sementara dia? Ternyata ia sudah bahagia. Orang yang selama tujuh tahun ini ia hindari sejauh jauhnya. “Sudah lelah kamu sembunyi?” Nadya tersentak, saat mengangkat wajahnya, ia melihat pantulan  Arkhan dari kaca. Sejak kapan lelaki itu masuk kemari? Seingatnya toilet ini sepi. “Maaf, ini toilet wanita. Anda sepertinya salah masuk,” ucapnya. Seolah lelaki ini hanya orang biasa yang tidak ia kenal. Nadya memutuskan pandangannya.Tanpa memperdulikan sosok lelaki yang berdiri menjulang di depannya. Ia melangkah menuju pintu keluar, namun Arkhan mencekal lengannya. “Kemana saja kamu lari selama ini?  Istriku?” ***** Nadya melangkah menuju teras. “Thanx ya Vin, buat malam ini.” Nadya tersenyum memandang Gavin. “It’s oke, apa sih yang gak buat kamu, aku pulang ya, jangan terlalu banyak pikiran, kamu udah janji kan sama aku,” pesan Gavin pada wanita cantik dihadapannya. Nadya mengangguk, sungguh ia beruntung mempunyai sahabat seperti Gavin. Nadya melambaikan tangannya saat mobil Gavin bergerak menjauh. Ia menghela napas, ingatannya kembali tertuju saat pertemuannya dengan Arkhan di toilet tadi. Nadya menghempaskan tangan Arkhan dengan kasar. “Aku bukan lagi istrimu.”  Nadya menatap tajam mata hitam itu, mata yang dulu teduh dan membuatnya jatuh cinta. Mata yang selalu ia tatap setiap malam sebelum malam menjemputnya dalam lelap. “Sampai kapanpun kamu masih tetap istriku Nadya Faranisa, camkan itu!” Nadya mengangkat dagunya. Ia akan buktikan pada lelaki ini, ia bukan wanita lemah. Nadya dulu sudah mati. Mati bersama mimpinya yang harus hancur lebur tak berkeping. “Kalau kamu pikir kamu bisa perdayai aku, kamu salah besar, Tuan Arkhan Pranaja yang terhormat!” Nadya ingin membuka pintu toilet, namun Arkhan dengan cepat menutupnya. Membalik tubuh Nadya cepat,  hingga tubuh itu terbentur di pintu yang tertutup. Bahkan kini mereka berhadapan dengan saling tatap.   Arkhan mendekatkan wajahnya dengan Nadya, amat sangat dekat, hingga bisa merasakan napas hangat Nadya, bahkan deru napas mereka saling memburu dan sama menderu. Tangan kanan Nadya masih dicekal oleh tangan kiri Arkhan. “Kamu gak akan bisa lagi lari dari aku. Sampai kapanpun kamu tetap milik aku Nadya! Ingat itu!” Arkhan memandang tajam mata Nadya. Dan bukan Nadya namanya jika ia tidak membalas tatapan Arkhan. Hingga tiba pandangan Arkhan turun ke bawah sedikit. Ke arah bibir tipis milik Nadya. Bibir yang dulu menjadi candu buatnya. Bibir kamu lembut, aku suka rasanya. Nadya melihat arah pandang Arkhan. Tatapan lelaki itu terlihat melembut. Bukan hanya Arkhan, tatapan Nadya pun yang berubah tajam, ikutan melembut. Seperti menemukan jalan kembali pulang. Tangan kanan Arkhan terulur mengusap pipi Nadya, dengan perlahan. Ia kembali merasakan halusnya  kulit Nadya, yang ia rindui selama ini. Nadya terpaku.   Dengan jantung yang makin bertalu, Nadya memejamkan matanya. Meresapi perlakuan Arkhan yang seharusnya tidak ia nikmati. Ia merasakan napas Arkhan makin mendekat. Nadya hampir terbuai,  hingga flash back itu hadir, kenangan yang teramat sakit untuknya. Disaat kesadarannya timbul, ia mendorong tubuh Arkhan dengan keras. Mata Nadya sudah berkilat menahan bening yang akan turun. “Aku ingatkan kamu Arkhan, kita sudah berpisah.” Nadya menunjuk langsung ke wajah Arkhan. “Aku tidak pernah menceraikan kamu.” Arkhan menatap tajam Nadya. “Saat kamu memilih dia, aku sudah menganggap kita bercerai.” Ketukan pintu menyadarkan mereka berdua dari aura yg menusuk. Pintu terbuka dari luar, tampak Gavin dengan wajah khawatir. “Kamu gak apa-apa Nad?” Gavin sesaat menatap wajah Nadya, dan baru menyadari sosok lain di toilet ini. Mereka bertatapan, Gavin dan Arkhan. Gavin mellihat wajah tegang di antara mereka. “Kita pulang Vin.” Nadya meraih lengan Gavin dan mengajaknya pergi. Saat akan melangkah mereka berpapasan dengan wanita cantik yang menjadi pendamping Arkhan malam ini. “Sayang, kamu sudah selesai?” Nadya mendengar wanita itu bicara di belakang, dan pasti bicara dengan Arkhan. **** Malam sudah begitu larut, ketika Suci keluar dari kamar dan hendak ke dapur. Ia mendapati suaminya Arkhan sedang duduk sendirian sambil memutar gelas sloki. Sementara sebotol minuman yang Suci tahu mengandung alkohol berdiri gagah  di atas meja, sebuah mini bar yang ada di rumah mereka.  Arkhan menuang segelas minuman ke sloki dan meminumnya cepat. Arkhan masih teringat bagaimana wajahnya saat berdekatan dengan wanita itu. Wanita yang harusnya masih berstatus istrinya, sebelum dia pergi begitu saja tanpa perasaan. Seharusnya Arkhan membenci Nadya, karena lebih memilih lelaki lain. Arkhan memang membencinya. Saking bencinya, ia mengerahkan anak buahnya untuk mencari Nadya hingga ketemu. Namun, gagal. Entah anak buahnya yang begitu bodoh, atau Nadya yang terlewat pintar bersembunyi. Hingga Arkhan berjanji dalam hati, jika suatu saat ia bertemu Nadya, ia akan membuat wanita itu menderita karena telah meninggalkannya. Tapi lihatlah tadi, ia bahkan ingin merengkuhnya dalam pelukan. Sialann! Cintanya melebihi kebenciannya pada Nadya. Bahkan disaat wanita itu sudah memiliki pendamping. Suci menggeleng. Ia bisa saja tidak perduli, tapi bagaimana pun juga langkah kakinya justru menghampiri Arkhan dan duduk di depannya. “Dia wanita itu?” tanyanya pelan, yang justru bukan jawaban yang ia dapat dari lelaki tampan yang berstatus suaminya itu, namun hanya lirikan sesaat. Karna mata itu kembali menatap gelas mungil dalam genggamannya. Arkhan tidak menjawab namun kembali menenggak minuman. “Cukup, ini bukan jalan keluarnya.” Suci merebut botol dan sloki dari tangan Arkhan suaminya. Jika tidak di hentikan, maka lelaki ini akan berakhir mabuk dan meracau tidak jelas. Dan Suci tak ingin putrinya mengetahui kebiasaan buruk Daddy-nya. Arkhan menggeram dan mengacak rambutnya. Suci kembali memandang suaminya. Setelah bertahun-tahun hidup bersamanya, baru malam ini Suci melihat perubahan suaminya saat memandang wanita lain. Setelah sekian lama. “Kamu harus berusaha meluluhkan hatinya kembali, kalau masih cinta sama dia.” Arkhan memandang istrinya sesaat, kemudian tersenyum masam. “Kamu gak lihat dia datang bersama siapa? Jadi selama ini dia hidup bahagia dengan laki- laki lain? Sementara aku seperti orang gila mencarinya kesana-kemari?” Jika tidak mengingat citra baik yang tersemat dalam dirinya, sudah sejak tadi di acara reuni, ia menyeret Nadya pulang bersamanya, kalau perlu memasukkan wanita itu ke kamar dan menguncinya supaya tidak bisa lari lagi darinya. Arkhan mengutuk kelemahan hatinya jika menyangkut Nadya. “Kamu kan belum tahu status mereka bagaimana. Mungkin saja mereka hanya sekedar berteman,” ucap Suci pelan. Arkhan menatap wanita di hadapannya dengan tersenyum tipis. “Aku melihat tatapan cinta dari laki-laki itu buat Nadya,” ucap Arkhan dengan nada getir. “Nadya memang cantik ya.” Suci tersenyum sambil matanya menerawang. Kecantikan yang alami ia lihat dari sosok seorang Nadya Faranisa. “Pantas kalau kamu gak bisa melupakannya,” Suci mengerti apa arti cinta. Itu sebabnya ia tahu seperti apa sosok seorang Nadya dihati suaminya. Dan ia tak memungkiri hal itu. Karna ia pernah merasakan rasa itu, pada seseorang beberapa tahun yang lalu. Bedanya, sang suami masih bisa menatap cintanya, sementara ia? Suci sadar ia tak akan bisa lagi bertemu dengan cintanya di dunia ini. Arkhan hanya terdiam, bagaimana ia bisa lupa pada wanita pertamanya, wanita yang sudah berhasil mengisi  hati dan memiliki cintanya, sekaligus wanita yang sudah membuatnya nyaris seperti orang gila saat kehilangan jejaknya. Arkhan kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Semoga suka yaaaa. Love Herni Jakarta  6 April 2021 JUDUL : IMPIAN TAK BERTEPI. PEN NAME : HERNI RAFAEL. https://m.dreame.com/novel/C4XxoA5KrvGZkiZKcxLx0Q==.html
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD