Bab 3

1555 Words
Aruna tertidur di sofa ruang tamu, dengan televisi yang masih menyala. Angkasa yang terbangun dari tidurnya langsung menuju ke dapur untuk mengambil minum. Tapi ketika akan balik ke kamar dia melihat adiknya yang tertidur di ruang tv sendirian. "Aku tau kamu patah hati kan dek," ucap Angkasa bermonolog. Dia langsung mematikan televisi dan menggendong adiknya, dia juga sedih kenapa adiknya harus mencintai sahabatnya sendiri. Dia juga nggak mau memaksa sahabatnya mencintai adiknya. Dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk adiknya ini. "Jangan sedih sedih dek" ucap Angkasa sebelum meninggalkan adiknya di kamar, dia juga membenarkan selimut dan mengatur suhu kamar adiknya agar tidak terlalu dingin. *** Pagi pun tiba, Aruna semakin merasa badannya tidak baik baik saja. Kepalanya pusing dan badannya terasa sangat panas. Dia bahkan merasa tubuhnya sangat lemas dan tidak bisa meninggalkan ranjang padahal hanya ingin ke kamar mandi. "Dek" panggil Dita dia mengetuk kamar adik iparnya. "Masuk kak" jawab Aruna lirih tapi Dita masih bisa mendengarnya. "Kamu masih sakit? Apa mau ke dokter aja dek?" Tawar Dita. "Nggak usah kak, tolong bantuin aku ke kamar mandi ya?" Pinta Aruna. Dita langsung membantu adik iparnya untuk berdiri dan menuju kamar mandi. Aruna merasa hanya menyusahkan saja dia disini tapi apa daya dia merasa tidak sanggup untuk berdiri sendiri. "Dek, mbak tinggal sebentar ya? Mau buatin kamu bubur" ucap Dita pada adik iparnya. "Iya kak" jawabnya. Dita langsung turun ke bawah untuk membuatkan bubur adik iparnya, Nando sedang bermain bersama suaminya makanya dia bisa masak untuk sarapan kali ini. "Mas bel bunyi tuh bukain gih, aku masih masak buat sarapan kita" pinta Dita. "Iya sayang," jawab Angkasa dia langsung menggendong anaknya dan diajak keluar untuk membukakan pintu. Ketika pintu terbuka dia melihat sahabatnya disana, tumben banget Andrew pagi pagi sudah disini. Bawa rantang segala lagi. "Tumben?" Tanya Angkasa. "Ini, disuruh mamah" jawab Andrew "gue nggak disuruh masuk nih?' "Belagaaaa kayak siapa! Biasanya juga langsung masuk. Ayo" ajak Angkasa. Mereka langsung masuk kedalam rumah, langsung menuju dapur dan Andrew langsung menyerahkan rantang titipan mamahnya itu katanya sih buat Aruna. "Titipan mamah buat Aruna," ucap Andrew. "Sini, kebeneran aku belum buatin Aruna bubur" jawab Dita. Dita lalu menuangkan bubur di mangkok dan menyiapkan minum serta obat untuk adik iparnya juga. "Mas tolong anterin sarapan buat Aruna, biar dia segera bisa minum obat" ucap Dita meminta tolong karena dia belum selesai memasak. "Ajakin anak gue dulu ndrew, gue mau nganterin Aruna makan dulu" ucap Angkasa. "Gue aja" Jawab Andrew langsung membawa nampan yang berisi bubur dan obat. Andrew menaiki tangga dengan perlahan, dia menuju kamar Aruna entah apa yang dia rasakan tapi dia merasa deg deg an. Dia mengetuk pintunya karena tidak mendapat jawaban akhirnya Andrew membuka pintunya, kamarnya masih gelap dan dia langsung membuka gorden kamar Aruna ini. Pemandangan di kamar Aruna juga indah disini dia bisa melihat kolam renang dari balkon di kamar Aruna. "Bangun" Andrew membangunkan Aruna yang masih tidur pulas. Dia memegang dahi Aruna yang memang panas, kenapa sih Aruna harus sakit. Biasnya juga pecicilan ngintilin dia kemana mana kok sekarang jadi diem hal ini membuatnya merasa kosong dan hampa. Jujur saja, Aruna membuat hidupnya lebih berwarna. Hidupnya yang awalnya flat sekarang bisa berubah ubah dan hal itu lah yang membuat Andrew merasa terhibur. Andrew tak sadar mengusap pipi Aruna, hal ini membuat sang empunya terbangun dari tidurnya. "Engh" desah Aruna karena merasa terganggu. "Aruna, makan dulu nanti minum obat" ucap Andrew ketika Aruna sudah bangun dari tidurnya. "Om..." Panggil Aruna tak percaya, sungguh baru bangun udah liat om gantengnya disini. "Iya? Makan ya?" Pinta Andrew. Aruna mencoba bangun dari tidurnya, karena terlalu cepat membuat kepalanya lagi lagi terasa pusing. Dia memegang kepalanya dan sedikit merintih karena kesakitan. "Pelan pelan" nasihat Andrew. Aruna mengambil bubur yang di mangkuk yang berada di nampan yang di pegang oleh Andrew. Dia mulai memakannya, karena terlalu pelan membuat Andrew gemas dan mengambil alih mangkuk itu. Dia menyuapi Aruna, entah kenapa Andrew begini dia pun tidak tau. Kalau memang Andrew nggak suka padanya seharusnya dia tidak membuatnya semakin berharap lagi. "Buka mulutnya! Tangan saya pegal" ucapan Andrew membuat Aruna langsung membuka mulutnya. Andrew menyuapinya, Aruna tau ini bubur buatan Tante Diandra. Karena ketika dia sakit dan kakaknya menitipkannya di rumah Andrew Tante Diandra membuatkannya bubut yanh lezat ini. Dia yang awalnya tidak nafsu makan akhirnya menghabiskannya dengan senang hati. Akhirnya suapan terakhir, Andrew juga memberikan minuman untuk Aruna. Setelah itu dia memberikan obat agar segera di minumnya. "Udah kan? Aku mau tidur" ucap Aruna dia sudah merebahkan badannya lagi. "Istirahat, Una jangan banyak pikiran"  ucap Andrew sebelum meninggalkan Aruna, dia ingin gadis itu agar segera beristirahat. Aruna menangis dalam diamnya, air matanya menetes setelah Andrew pergi dari kamarnya. Dia menangis, udah susah susah move on kenapa malah datang ngasih perhatian lagi sih! Kan kesel banget. *** "Adek gue udah selesai sarapannya?" Tanya Angkasa pada sahabatnya. "Udah beres, gue mau numpang sarapan juga aelah! Laper banget gua... Gara gara mamah tuh bangunin orang bukannya di suruh sarapan dulu maalah disuruh nganter bubur buat Aruna" curhat Andrew pada sahabatnya. "Haha, Tante kan udah nganggep Aruna kayak anaknya sendiri" jawab Angkasa "masa masa pontang lanting ngurus bisnis kebanyakan aku nitip disana makanya Tante udah sayang sama Aruna" Angkasa teringat masa lalunya, saat hidupnya masih serba susah. Dia pontang panting kerja keras berusaha mengembangkan perusahaan nya yang down akibat papahnya yang meninggal. Investor banyak yang menarik sahamnya dan membuatnya mati Matian untuk mencari investor baru. Dia ingat semuanya dan itu semua tak lepas dari bantuan keluarga Abelano. "Iya, mamah ngancem lagi. Kalau Aruna kenapa kenapa aku yang di salahin" Andrew menghela nafasnya. "Emang kenapa si lu nggak suka adek gue? Dia cantik baik bukan gemana gemana. Lu udah tuir aja Gegayaan nolak adek gue. Jangan nyesel ya kalau nanti dia ada yang deketin! Apalagi masa kuliah you know lah pasti banyak senior yang pedekate sama dia" ucap Angkasa sekali kali lah dia membuat sahabatnya sadar. "Hahah, sok luu. Gue masih bisa cari sendiri kali, Aruna itu udah kayak adek gue" jawab Andrew "umur kita beda jauh banget di kota p*****l nanti gue" "Terserah lah, awas aja kalau adek gue punya pacar! Paling juga lu kesepian nggak digangguin adek gue" Angkasa tertawa biarin lah liat nanti kedepannya kek gimana. "Emang mas Andrew dah punya calon? Aruna tulus banget loh sama mas. Pernah tuh aku liat pas lagi jemput Aruna di sekolah, banyak yang suka sama dia. Tapi Aruna nolak padahal mah mereka siap nganterin Aruna pulang eh malahan Aruna milih nelpon aku" Dita ikutan manasin Andrew. "Tuh kan gue bilang apa! Adek gue cantik siapa sih yang nggak mau hahah" ketawanya ngakak banget tuh Angkasa, si Nando sampe heran ngelihat papahnya kayak kesurupan karena ketawanya lepas banget. "Anakmu mas liat, ngeliatin kamu ketawa sampe gitu banget" ucap Dita. "Maafin papa nak, lagian om kamu lucu banget sok sok an nolak Tante kamu" jawab angkasa lalu menggendong anaknya agar menghadapnya. Andrew diam, kesel banget di ledekin dari tadi. Dia lalu melanjutkan makannya setelah itu mau pulang, dia lupa kalau dia belum mandi hahah. *** Andrew mampir beli es kelapa muda setelah pulang dari rumah Aruna, siapa lagi kalau nggak disuruh mamahnya itu. Ratu dari segala ratu deh sama aja kalau ngambek bikin takut satu rumah. Apalagi kalau papahnya ikutan marah udah udah hancur luluh lantak dia sama Endrew pun tak berkutik. Orang papahnya aja kalah sama mamahnya makanya mereka gitu tapi mereka sayang kok sapa sih yang nggak sayang sama mamahnya sendiri. "2 kelapa muda utuh" jawab Andrew. "Makasih mas, buat istrinya ya?" Pertanyaan Abang penjualnya. Andrew terdiam, dia hanya membalas dengan senyuman. Ya ampun dimana mana kenapa pada bahas pasangan sih? Nggak tau apa kalau dia jomblo dari lahir orang orang emang jahara banget padanya. Dia langsung balik ke mobil setelah selesai membayar kelapa mudanya itu, dia juga ingin segera sampai rumah dan mandi, udah gerah banget di badan. Sampai rumah "Nih mah," ucap Andrew pada mamahnya. "Makasih ya, gimana Aruna?" Tanya Diandra pada Andrew. "Masih demam sih" jawabnya "dah lah Andrew mau mandi" Andrew langsung masuk ke kamarnya, dia menghindari pertanyaan dari mamahnya seputar Aruna kalau diladenin pasti lama banget inih ga selesai selesai nantinya. Kan kebiasaan mamahnya kalau nggak sampai ujung permasalahan ga bakala berhenti beertanya. "Dasar , ya ampun mamahnya belum selesai bicara udah ngacir aja. Nggak sopan kamu tuh" teriakan mamahnya yang melengking membuat telingan Andrew sakit. Dia hanya ingin mandi dan langsung tidur siang, haduh nikmat banget dunia. Kalau weekend mah gini kalau ga rebahan ya main main, mana mainnya ke rumah Angkasa juga. Andrew itu di liat kayak badboy tapi sebenarnya dia itu cupu banget nggak berani macem macem sama perempuan aja takut. Ya buka. Takut sih tapi dia masih ngerasa risih gitu makanya kalau dikenalin sama cewek cewek dia bakalan nolak. Dia itu tipe orang yang kalau suka ya suka jadi nggak bisa di paksa gitu. Makanya sampai sekarang masih ngejomblo mana anaknya alim banget nggak suka ke club' malam berbalik banget dengan Endrew yang suka bolak balik ke club' malem. Ke club' malem bukan buat cari jalang ya, Endrew tuh emang gitu temen temennya banyak yang ngajak ke club' dianya ga nolak. Tapi ya paling banter minum alkohol dua gelas aja sih. Mana berani mabok dia, kalau mabok bakalan berurusan dengan mamahnya yang pastinya dia bakalan dapat ceramah ala ala ustdzah di pagi pagi buta.  Entahlah, Andrew pusing memikirkan percintaannya. Dia juga bingung dengan perasaannya sendiri. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD