Malam Petaka

1212 Words
Petaka Malam Tahun Baru Bab 1 : Malam Petaka [Sayang, tinggal dua hari lagi malam tahun baru tiba. Gimana dengan permintaanku?] Sebuah chat masuk ke ponsel, itu dari Bastian--pacarku. Aku menggigit bibir bimbang, permintaan cowok yang sudah dua tahun mengisi hati itu sungguh sulit untuk dipenuhi. Dengan ragu, kuketik sebuah balasan untuknya. [Maaf, Yank, aku belum bisa mengabulkan permintaanmu. Aku sayang kamu.] Segera kukirimkan balasan untuknya. Dua menit kemudian, dia sudah kembali membalas. [Kamu itu nggak sayang aku, Riva! Kalau kamu sayang aku, kamu nggak akan nolak keinginanku, seorang pacar yang sangat mencintaimu.] Kuhela napas panjang, ini bukan kali pertama Bastian selalu memaksakan keinginannya. Sudah sejak dari dua bulan yang lalu, dia selalu membahas tentang hal ini. Katanya sebagai pembuktian kalau aku benar-benar mencintainya. Aku juga tak habis pikir, tapi rasa cinta ini membuatku tak bisa melepaskannya walau jelas-jelas ia menginginkan mahkota paling berhargaku. Belum sempat aku membalas pesan dari pria bertubuh tegap itu, dia kembali mengirimkan pesan lagi. Aku semakin gelisah dan pusing memikirkan semua ini. [Kalau kamu tak mau menuruti keinginanku di malam tahun baru nanti, kita putus saja!] Nah, dia kembali mengeluarkan jurusnya. Dia tahu kelemahanku yang memang teramat mencintainya dan tak pernah mau hubungan kami berakhir begitu saja sebab aku menginginkan hubungan kami bisa sampai ke jenjang pernikahan jika sudah lulus kuliah nanti. [Sayang, jangan begitu! Aku nggak mau kita putus. Apa kamu tak bisa bersabar sampai kita lulus kuliah dan menikah nanti? Kalau kita sudah sah, aku pasti akan dengan senang hati menyerahkan apa yang memang menjadi hakmu.] Segera kutekan tombol sent dan berharap dia mau mengerti. Kuusap wajah dengan kesal lalu mematikan laptop, aku tak bisa menyelesaikan tugas makalah ini jika pikiran sedang tak tenang seperti sekarang. [Aku beri kamu waktu sampai lusa, tanggal 31 desember. Kalau kamu masih keberatan, terpaksa kita putus! Aku akan bertanggung jawab denganmu, Riva. Hubungan kita tak main-main, aku serius denganmu dan kita sudah berencana menikah jika lulus kuliah nanti. Jadi, tak ada salahnya kamu menuruti keinginanku, toh aku akan jadi suamimu nanti.] Kuletakkan ponsel di atas bantal, setelah membaca pesan dari Bastian. Kepala ini terasa sakit memikirkan semuanya. Di satu sisi, aku sangat mencintai dan tak mau kehilangannya, tapi di satu sisi ... aku masih memikirkn dosa dan akibatnya. Kalau aku sampai hamil, bagaimana? Kuliahku yang baru semester enam itu akan putus di tengah jalan, sedang aku adalah anak sulung, harapan dari kedua orangtuaku. Mereka sangat berharap aku bisa menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bisa membanggakan keluarga tentunya. Apalagi keluargaku memang ekonomi kelas ke bawah, ayahku hanya seorang buruh tani sedang ibu hanya seorang guru honorer yang gajinya ia kumpulkan untuk biaya kuliahku. Bastian--dia anak orang kaya yang selalu bisa memenuhi kebutuhanku karena kadang uang kiriman dari Ibu tak cukup sampai sebulan. Sejak berpacaran dengannya, aku tak perlu khawatir masalah uang, ia sudah terbiasa memberiku uang jajan dan membelanjai barang-barang. Aku merasa sangat tergantung dengannya, selain tergantung dengan uangnya, aku juga tergantung karena memang mencintainya walau gaya pacaran kami sudah hampir melewati batas. Aku kadang tak bisa menahan diri walau yang satu itu masih bisa kujaga, walau sudah berkali-kali ia pinta. **** Tanggal 31 desember pun telah tiba. Dari pagi sampai sore, aku sudah mulai gelisah, antara menuruti keinginan Bastian atau putus darinya. Aku tak yakin bisa mendapatkan cowok seroyal dan sebaik dia, walau dia agak m***m, tapi ganteng. Selama dua tahun bersama, kami sudah tiga kali putus nyambung, dan aku akan selalu down jika putus dengannya. Aku akan mogok makan hingga berhari-hari hingga bolos kuliah. Pukul 20.15, sebuah notif pesan masuk ke ponselku, ini dari Bastian. [Aku jemput pukul 21.00, kita jalan-jalan dan habis itu ke pantai, teman-temanku ngadain acara bakar-bakaran di sana. Oke, Sayang?] Aku menggigit bibir bimbang. Dari chat ini, Bastian tak ada menyebut tentang permintaannya itu dan semoga dia sudah lupa. [Oke, Sayang.] Kubalas pesannya dengan berusaha bersikap tenang. [Pakai baju yang kita beli kemarin, aku suka lihat kamu pakai baju itu. I love you.] Chat dari Bastian muncul lagi di ponsel. Aku tersenyum senang dan berharap dia memang benaran lupa dengan permintaannya itu sebab aku tak bisa memberikan kesucianku kepadanya. Sesuai janji, tepat pukul 21.00, Bastian sudah datang ke kostku. Aku sudah berdandan cantik malam ini, dan bersiap menghabiskan malam tahun baru bersamanya. “Ayo, Sayang!” ujarnya sambil merangkul pinggungku menuju motor ninjanya. Aku naik ke atas motornya dan memeluknya erat. Bastian mulai memacu motornya dengan tangan kiri yang mengelus lenganku yang melingkar di pinggangnya. Aku merasa menjadi cewek paling beruntung karena bisa menjadi menjadi pacar Bastian, cowok blasteran Indo-Jerman yang lumayan populer di kampus. Setelah berputar-putar di jalanan yang lumayan macet, Bastian membelokkan motornya ke arah pantai, di mana teman-temannya sudah menunggu sebab ada acara bakar jagung dan ayam di sana. Benar saja, ternyata lima orang temannya sudah menunggu di sana dengan mengelilingi api unggun sambil membakar jagung dan ayam. Mereka juga mendirikan sebuah tenda. Aku tak merasa risi walau hanya aku saja satu-satunya cewek di sini, sebab ada Bastian di sampingku. Lima temannya itu memang jomlo, wajar kalau tak bawa cewek, hanya Bastian saja yang punya pacar. Tepat pukul 00.00, mereka mulai membakar kembang api yang berwarna-warni di angkasa sana. Bastian menggenggam erat tanganku, kami bertatapan. “Happy new years, Sayang, semoga hubungan kita selalu langgeng sampai nikah nanti,” ujarnya sambil mendaratkan kecupan hangat di dahi. “I love you.” "Happy new years juga, Sayang. I love you too ... " Aku tersenyum senang dan merasa hal ini sangat romantis. Bastian memelukku dari belakang dengan sambil menatap kembang api aneka warna di atas sana. “Kita ke tenda yuk, aku capek,” bisiknya tiba-tiba. “Hmm ... mau ngapain, Sayang? Kita pulang aja yuk, udah pukul 01.30 ini,” ujarku dengan perasaan mulai tak enak. “Nanti aja pulangnya, kita nyantai di tenda sambil makan jagung bakar. Yuk!” Bastian menarik tanganku menuju tenda. Aku terpaksa mengikutinya. Kami duduk di tenda sambil menikmati jagung bakar. Tiba-tiba, Bastian langsung mendaratkan ciumannya dengan tangannya yang bergentayangan ke mana-mana. “Jangan, Sayang!" Aku mendorongnya. “Ayolah, Riva, kali ini saja! Aku mau kamu membuktikan cintamu!” rayunya. “Aku takut hamil, Bas, kumohon jangan!” Aku membenarkan pakaian. “Please, Sayang, jangan kecewakan aku!“ “Jangan, Bas!” Aku berusaha meronta. Bastian menampar wajah ini dan membuatku tak bisa lagi melawannya. Kejadian yang tak kuinginkan pun terjadi, dia telah merenggut mahkota kesucianku. Beberapa saat kemudian. Bastian menyeringai puas dan menyudahi aksinya, sedang aku, hanya meringis kesakitan. “Hmm ... berdua aja nih, kita-kita nggak diajak?” Andra, teman Bastian mengintip dari balik tenda. Dengan gelagapan, aku segera meraih pakaian dan menutupi tubuh polos ini. “Kalian mau juga, ambil deh!” Bastian keluar dari tenda dengan menyangkutkan bajunya di pundak. “Bas!” teriakku berusaha bangun, saat Andra kini masuk ke tenda. Nasibku memang sungguh sangat malang di malam tahun baru ini, setelah Bastian merenggut kesucianku, dia malah membiarkan teman-temannya ikut andil melecehkanku. Malam itu, aku dilecehkan bergantian, hingga aku tak sadarkan diri lagi dan mirisnya, mereka meninggalkanku begitu saja di tepi pantai dan tanpa busana. Sakit, perih dan hancur, seperti itulah keadaanku malam itu. Malam tahun baru malah menjadi malam petaka bagi kehidupanku. Kehormatanku telah terenggut secara mengenaskan, membuatku harus terbaring tak berdaya di rumah sakit. Bastian, aku membencimu! Aku bersumpah, aku akan membalas dendam padamu! Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD