(Pov Sonia) "Sarah, kata ibu, kamu mau mendonorkan darah untuk Sonia, bener ga?" "Engga jadi, Pak." "Syukurlah, Bapak ga rela kamu mendonorkan darahmu walau setetes pun pada Sonia." Samar kudengar suara riuhnya orang mengobrol, perlahan kelopak mata ini kubuka, masih sedikit terasa pusing namun yang membuatku resah ialah janin yang ada dalam rahimku. Kutatap wajah orang yang mengelilingiku satu persatu. Ibu, bapak, bang Surya juga Sarah. Untuk apa wanita itu ada disini? apa ia ingin menertawakan nasibku? "Kamu udah sadar, Sayang?" tanya Bang Surya. Bagaikan terbang di udara raga ini mendengarnya memanggilku 'Sayang' di hadapan Sarah. Syukurin dia pasti terbakar cemburu!. "He-em." Aku mengaggukkan kepala tanda jawaban. "Anak kita gimana?" tanyaku lesu. "Anak kita gapapa, dia kua

