Bayangan Kelam

609 Words
WARNING!!!!!! Kisah ini tentang lika-liku rumah tangga yang tentu saja tidak akan lepas dari persoalan seksualitas, baik yang 'normal' maupun yang 'nyleneh'.  Walau ditulis dengan memperhatikan kepantasan, tetap saja bukan konsumsi mereka yang belum genap 21 tahun. Maka dari itu, BIJAKLAH memilih bacaan yang sesuai dengan usia Anda. Karena kisahnya tentang pengantin baru, sudah pasti akan ada paragraf-paragraf tentang making love. Kalau Anda tidak siap, daripada saya dicaci-maki, yang mana akan menambah tekanan darah tinggi Anda sendiri, lebih baik HINDARI membaca karya ini. Demikian pula bila Anda tidak siap untuk melihat dunia gaib dan unsur-unsur mistis yang akan mewarnai kisah ini, JANGAN LANJUTKAN MEMBACA. *** Jata mengerang. Seluruh badannya terasa ngilu dan berat bak usai dipukuli orang sekampung. Sekujur tubuhnya basah kuyub. Sambil menggeliatkan badan, kelopak matanya terbuka perlahan. Kontan ia terperanjat dan menoleh ke kiri dan kanan.  Kilat menyambar dan air hujan yang tampias ke teras mengguyur tubuh. Jata baru sadar bahwa ia terbaring di teras depan. Dengan menahan nyeri, ia berusaha bangkit dan menghampiri pintu. Tangannya yang memar-memar berusaha membukanya. Ternyata ia terkunci di luar rumah. Bagaimana bisa? Apa yang telah terjadi? "Put, Puput!" panggilnya sambil menggedor pintu. Otaknya terus berputar, siapa yang membuatnya terkunci di luar rumah. Bukankah sebelumnya ia tidur bersama istrinya di kamar?  Jata berusaha mengintip keadaan di dalam rumah. Dari celah jendela yang sedikit tersingkap, ia hanya menemukan kegelapan total di dalam sana. Tiba-tiba terdengar suara erangan dari dalam rumah. Jata yakin itu bukan suara Puput. Suara itu dalam dan berat, lebih mirip suara lelaki kesakitan.  Rasa galau menyergap hati Jata. Ia mencoba mendobrak pintu menggunakan tubuhnya. Beberapa kali mencoba, hanya nyeri yang didapatkan. Pintu itu tetap bergeming. Akhirnya Jata berlari menembus hujan menuju jendela kamar. Ia tidak dapat melihat apa pun karena jendela sepenuhnya tertutup korden. Jata menggedor jendela dan memanggil Puput. Terdengar erangan itu lagi. Kali ini diikuti rintihan Puput. Jantung Jata segera menggila, berderap sangat cepat. Digedornya sekali lagi jendela itu dengan kalut seraya meneriakkan nama istrinya kuat-kuat. Hujan angin seolah tak memberi kesempatan untuk berpikir. Saat kilat menyambar, tiba-tiba tirai jendela tersingkap. Cahaya yang cuma beberapa detik itu cukup untuk membuat Jata dapat melihat isi kamar. Ia hampir pingsan saat melihat sosok besar, berambut panjang. Bajunya tak jelas, hanya serupa lembar-lembar tipis berlapis yang berkibar halus karena angin. Sosok itu bergerak perlahan dan halus, mengambang di udara. Tangannya yang kurus, hitam, dan berkuku panjang terjulur untuk merengkuh tubuh Puput.  Jata kalang kabut. Puput tergolek begitu saja dalam rengkuhan mahkluk itu. Tanpa berpikir lagi, Jata mengambil kayu dari halaman lalu memecahkan kaca. Dengan segera, ia berupaya masuk melalui jendela. Makhluk itu terusik. Dengan wajah yang datar dan mata menyorot merah terang, ia menatap Jata. Sejenak Jata terkesiap. Namun, ia segera sadar. "Put! Pupuut! Sadar, Put!" teriaknya membabi buta. Sebelah kakinya telah melangkahi jendela. Tinggal sebelah lagi, namun sesuatu menjerat leher, berusaha menariknya keluar. Jata melawan sekuat tenaga. Dengan kedua tangan ia berusaha melonggarkan jeratan. Ia sempat melihat penyerangnya. Ternyata makhluk yang serupa dengan yang tengah mengambil Puput. Satu sepakannya berhasil  merobohkan makhluk yang mencengkeram leher. Ia segera bergerak masuk. Apa daya, datang makhluk lain. Makhluk yang baru datang ini sangat mirip dengan perempuan, tinggi dan langsing. Hanya saja, matanya menyala merah dan dua tanduk mencuat di kepala. Tangannya bagai besi, langsung mencekik leher Jata. Jata kalah tenaga. Cekikan itu begitu kuat, tak membiarkan paru-parunya memperoleh udara barang sekejap. Dengan tenaga yang tersisa, Jata mencengkeram kusen jendela sebelum akhirnya.... Jata terduduk dengan peluh bercucuran dan napas tersengal. Sontak dicarinya Puput. Perempuan itu tidur di sisinya, membelakangi sambil meringkuk. Seraya mengelus leher yang masih terasa nyeri, Jata mengembuskan napas lega. Hanya sebuah mimpi. Akan tetapi, bila mimpi serupa terus berulang, artinya.... ===TBC===
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD