Mike menarik nafas panjang. Sebagian dari gedung tempat mereka bekerja hancur karena lelaki di bawah usia yang tidak sengaja menabrakkan truknya. Sungguh hari yang benar-benar sial. Mike hanya bisa berdiri, dan menatap lelaki yang kini tengah menundukkan kepalanya–penuh dengan rasa penyesalan.
“Kenapa kau mengemudi di musim penghujan seperti ini, bocah kecil? Aku yakin jika kau tidak punya SIM pengemudi, bahkan aku yakin kau masih tidak punya KTP!” Ujar Mike, menatap ke arah sosok lelaki yang menundukkan wajhanya.
“Bagaimana ini? Sebagian gedung kantor kita benar-benar tidak bisa digunakan, apa ada korban?”
Jimin yang baru saja keluar menggeleng. Dia membuka penutup wajahnya. “Beruntung tidak ada orang di gedung A tadi, jika tidak, bisa jadi mereka akan meninggal. Tapi beberapa komputer yang baru masuk tadi pagi rusak semua, Sir. Aishhh, dasar bocah sialan, sepertinya kau harus membayar kerugian ini semua jika tidak, aku akan melaporkanmu kepada polisi!”
Ken menghisap tembakaunya kasar, lalu menatap ke arah bagian gedung kantornya yang benar-benar rusak. Ia tidak lagi sanggup untuk berkata apa-apa.
“Maa…maaf tuan, saya..saya tidak sengaja tadi. Ada kucing yang tiba-tiba lewat tadi, dan membuatku memilih untuk menabrakkan truk ini ke sini.”
“Kucing?” Jimin menatap lelaki kecil itu jengkel, “kau benar-benar gila, bagaimana mungkin kau merelakan gedung kami hanya karena kucing ini. Apa kau sedang bercanda?”
“M…maafkan aku, sir. Aku…aku akan mengganti semua konsekuensinya, tapi tolong jangan laporkan aku kepada polisi. Aku benar-benar minta tolong, sir!”
“Sayangnya kami bekerja untuk mereka, adik kecil!” ujar Ken, beranjak dari tempatnya. Dia menatap sosok lelaki yang ada di depannya.
“Tuan…aku mohon, tolong jangan laporkan aku pada mereka. Aku…aku bisa membayar berapapun yang Anda mau, aku…aku punya banyak uang!”
Tatapan Mike tertuju pada lelaki kecil itu. Tatapannya mulai curiga melihat keteguhan dimana lelaki itu ketika mengatakan sanggup untuk membayar berapapun. Tidak logis jika bocah, yang Mike perkirakan masih berusia 13 tahun itu memiliki dana yang sanggup untuk membayar kerugian yang baru saja terjadi. Kecuali, jika dia bekerja di tempat kotor? Atau keturunan sultan? Tapi penampilannya sangat tidak layak untuk dikatakan anak sultan.
“Mike, coba lihat ini!”
Mendengar bisikan dari Jimin, Mike berjalan ke arah belakang truk. Dan memperhatikan pil-pil yang kini berada di tangan Jimin. Warna seperti hijau mint, Mike mengambil ponselnya dan melihat jika pil itu berwarna biru jika terkena cahaya lampu.
Mike melangkah mundur, dan membuka truk itu. Dan Mike terkejut begitu melihat box-box yang tersusun di belakang. Susunanya sedikit rusak karena benturan itu mungkin? Tanpa banyak bertanya, Mike lebih dulu melompat ke dalam dan merobek beberapa box. Dan yang dia dapatkan, memang benar-benar pil dengan warna yang sama. Butuh beberapa menit bagi Mike untuk meyakinkan dirinya bahwa itu bukan sejenis obat terlarang.
Dia hafal betul bagaimana bentuk daripada jenis obat terlarang, dan pil itu, bukan termasuk salah satu di antara mereka. Bahkan, Mike baru melihatnya kali ini.
“Ini bukan narkoba, lihat, ada angka serialnya!” ujar Jimin, memperhatikan pil itu lebih lama.
“Kau mengenal narkoba?” tanya Mike, “ahhh…aku lupa jika kau dulunya adalah seorang pecandu, bukan begitu?”
“Mike…sttt, hanya kau yang tahu hal itu. Tolong jangan membongkarnya saat ini, aku tidak akan membantumu kapanpun kau mau!”
Tawa Mike membuat Jimin kesal. “Aku hanya bercanda,kenapa baru sekarang aku melaporkanmu jika aku ingin? Sudah pasti sejak dulu, bukan begitu? Anyway apa kau yakin ini bukanlah narkoba?”
Sekali lagi, Jimin menggeleng dan menunjukkan serial nomor dan jenis perusahaan yang memproduksi pil-pil itu. “Tidak ada penjual narkoba yang memamerkan merek, Mike. Inu sepertinya adalah pil batuk, atau semacam paracetamol. Aku tidak yakin, tapi sepertinya tebakanku tidak salah. Ya, meskipun aku baru pertama kali melihat jenis pil ini!”
“Tapi kenapa jumlahnya banyak dan yang mengangkutnya adalah anak di bawah umur? Aku akan menyimpan sebagian, dan carilah tahulah mengenai obat ini besok, Jim. Ahh satu lagi, mengenai kasus pembunuhan itu, apa…”
“Aku sibuk, aku tidak punya waktu untuk itu, Mike. Maafkan aku!” teriak Jimin yang sudah lebih dulu berjalan menjauh.
ANJING!
Mike mengumpat kesal. Lelaki itu benar-benar tahu kapan akan menghindari. Mike kembali melangkah mendekati sosok tadi, dan melihat jika Ken sepertinya sedang membuat kesepakatan. Anak kecil itu mengangguk, dan segera menaiki truk itu lagi.
“Ken, kenapa dia…”
“Diam dan bantu dia untuk pergi secepat mungkin. Orang-orang mungkin sudah melihatnya, jadi sebelum mereka datang, sebaiknya kita membiarkan dia pergi secepat mungkin!”
“Tapi Ken!”
“Tolong jangan membantahku kali ini, Mike!”
Ken menatap Mike dengan tajam, membuat Mike hanya bisa menaikkan bahunya dan lekas memasuki gedung itu lagi. Ken yang menatap Mike hanya meneriaki lelaki itu dengan kesal. Jimin yang juga kesal dengan Ken hanya ikut memasuki gedung dan mengikuti Mike.
“Apa kau pikir jika lelaki tua itu menerima uang bocah itu?”
“Kemungkinan lain yang bisa terjadi, apalagi? Sudah pasti dia menerima uang bocah itu, aku yakin dia menerima dalam jumlah banyak!” ujar Mike, menjatuhkan badannya di kasur kecil di dalam ruangannya.
Jimin mengunci pintu dan lekas menghidupkan laptopnya. Tatapannya tertuju pada beberapa pil yang sengaja diambil dari truk tadi.
“Tapi Mike, aku sepertinya memang pernah membaca mengenai obat ini, tapi sebaiknya aku mencarinya lebih dulu.”
“Baguslah, jika kau mendapatkan sesuatu mengenai pil itu, tolong bangunkan aku!”
Jimin memutar bola mata malas, dia menatap Mike yang sudah memejamkan matanya. “Bukankah seharusnya kau berlatih untuk pertandingan caturmu? Kau bisa kalah jika tidak pernah melatih otak satu sendokmu itu!”
“Sialan kau, Jim. Jangan meremehkanku, semua orang mengetahui seberapa hebat seorang Mike. Tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan orang sehebat aku!”
Jimin menaikkan bahunya. Mike dengan segala kesombongannya memang sudah menjadi satu kesatuan yang utuh. Dan itu juga adalah sebuah realita yang diakui semua orang. Hal mendasar yang menjadikan bocah itu menjadi angkuh. Jimin tidak mempermasalahkan kehebatan Mike–honestly, tapi, jika Mike sudah terlalu percaya diri, maka itulah hal yang membuat Jimin ingin memukul kepala patner kerjanya itu.
“Anyway Mike, apa kau mendapatkan kabar mengenai gadis itu?”
Mike yang memang tidak bisa tidur memilih untuk menatap langit-langit kamarnya. Lelaki itu menghela nafas kesal.
“Aku sudah mencoba mengirimkan Mrs.Barbara beberapa email, tapi tak satupun yang mendapatkan email balasan. Dia memang sangat sulit untuk diraih, dan Ken tidak ingin membayarnya agar bekerja untuk kita. Si tua bangka itu benar-benar pelit, dan aku tidak sabar untuk melihatnya jatuh bangkrut, dan menjadi seorang pengemis!”
“Dasar b*****h, apa kau ingin memanfaatkan pekerjaan ini untuk mengambil kesempatan?”
“Ayolah Jim, aku sudah beberapa kali mengatakan jika aku sangat penasaran tentangnya. Pertemuan singkat kami saat itu benar-benar membuatku seolah merasa dejavu. Aku merasa jika dulunya kami saling terhubung!”
“Terhubung dalam mimpimu, jika itu aku tidak akan menyangkalnya!”
Mike berdecak kesal, dan akhirnya memilih bangkit dari tidurnya. Melawan Jimin sama-sekali tidak ada gunanya, because empty barrels make loud noises. Karena begitulah Jimin dimata Mike. Tidak hanya Jimin, tapi juga bosnya–Ken. Pria tua, yang sudah bau tanah.
“Aku benar-benar ingin membuatmu merasa menyesal karena sudah mengejekku, Jim. Aku pergi dulu, katakan padaku jika kau sudah mendapatkan mengenai pil-pil itu!”
“Apa kau akan pergi ke supermarket? Belikan aku beberapa roti, aku lapar!”
“Hmm!”
***
Seorang gadis dengan mantel tebal tengah menatap beberapa jenis roti di depannya. Tangannya sibuk untuk memilih-milih hingga tidak sadar jika seseorang dari jauh sedang memperhatikannya. Sosok yang tadi memperhatikannya menghilang begitu saja begitu gadis itu membalikkan tubuhnya.
Bara menggelengkan kepalanya, perasaannya saja atau memang ada orang yang sedang mengikutinya? Bara melangkah mundur dan berbalik, sebelum tiba-tiba tangannya hendak melayang.Namun beruntung Mike lebih dulu mencegat tangan itu untuk melayang ke kepalanya.
Mike memang tidak sengaja melihat sosok yang sedang ia cari-cari itu di Supermarket. Sebuah kebetulan yang menguntungkan. Tapi Mike senang bisa mendapatkan kesempatan itu. Tidak peduli jika ini adalah kebetulan, atau apalah, Mike selalu percaya, If you are a mate, you will definitely meet. Senarsis itu memang seorang Mike.
Melihat tidak ada tanda-tanda lelaki di depannya ingin melepaskan tangannya, Bara langsung menarik tangannya dan menatap Mike lurus. Dia tidak suka di sentuh seseorang yang tidak dia kenal.
“Maafkan saya, lagipula Anda tiba-tiba berdiri di seberang, jadi aku tidak melakukan kesalahan bukan?”
Sadar dengan jarak mereka yang terlalu dekat. Mike juga langsung mundur dengan canggung. “Maaf jika membuatmu canggung, aku Mike, kita pernah bertemu di salah satu kasus yang sama. Saat itu Anda dengan sir Emilio, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda lagi!”
Kening Bara mengerut, berusaha untuk mengingat sosok lelaki yang tersenyum bodoh di depannya saat ini. Tapi Bara benar-benar tidak berhasil untuk mengingat siapa sosok di depannya saat ini.
“Maaf, tapi saya tidak mengenal Anda. Jadi…saya permisi dulu!”
“Tu…tunggu nona, ada sesuatu yang ingin saya katakan.”
“Tolong jangan ganggu dia, bukankah kau tidak melihat jika dia tidak ingin diganggu?”
Yuwen yang baru saja tiba menatap lurus ke arah Mike yang terus mengganggu Bara. Tatapan lurus Yuwen membuat Mike sedikit merinding dan mengatur jarak dari Bara yang juga merasa tidak nyaman. Mike jelas ingat, siapa sosok itu. Di kasus beberapa tahun silam, tidak hanya Bara dan Emilio yang ada di sana, namun seorang yang penuh dengan kemisteriusan juga mendadak muncul, mengambil waktu yang saat itu hampir bisa Mike manfaatkan untuk bicara dengan Barbara.
“Maafkan saya sir, saya hanya ingin mengatakan sesuatu pada nona ini, apa Anda adalah sir Yuwen? Anda juga muncul bersama dengan sir Emilio saat kasus hebat beberapa tahun lalu itu!”
Yuwen menatap sosok di depannya tanpa ekspresi. Tangan Yuwen membenarkan topeng yang menutupi sebelah matanya itu.
“Sebaiknya kita pergi saja, Yuwen. Aku tidak ingin dimarahi oleh Lio, dia sudah kelaparan!”
“Sebaiknya begitu, tapi sepertinya lelaki itu ingin menyampaikan sesuatu padamu. Mungkin cukup penting, sehingga dia terlihat seperti sampah!”
Mendengar kata-kata itu membuat Mike tiba-tiba berhenti melebarkan senyumannya. Dia tahu jika apa yang dia lakukan saat ini terlalu menjijikkan. Mengejar-ngejar seseorang yang tidak memberinya peluang, Mike tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dan Mike tidak pernah menyukai orang yang berbicara terlalu merendahkan.
Karena terkadang, posisi itu harus berbalik. Miek akui jika ke dua orang di depannya ini adalah orang terkenal di kalangan para detektif, namun jika berbicara dengan moral, Mike adalah orang nomor satu yang akan mencoreng nama Yuwen dari otaknya. Dia tidak suka manusia tinggi hati.
“Kita bicara di luar, setidaknya jangan di sini!” ujar Bara, menyudahi ketegangan yang sempat terjadi.
Bara lekas menarik tangan Yuwen yang masih berdiri di depan Mike tadi. Mike memilih untuk bersabar, ia tahu jika ia memang seperti sampah di antara orang-orang hebat yang sudah memiliki banyak pengalaman seperti mereka.
Beberapa jam menunggu di luar yang dingin, akhirnya sosok yang Mike tunggu akhirnya tiba.
“Masuk, kita bicara di dalam saja. Kau bisa pergi dulu, Yuwen, aku baik-baik saja!”
“Apa kau yakin?” Ujar Yuwen, menatap mata Bara dalam.
Gadis itu mengangguk, lalu mencium bibir Yuwen sekilas. “Aku akan segera kembali, babe. Setidaknya kau harus memasak untuk Lio, dia akan marah jika kita terlalu lama!”
“Dia memang pemarah dan pemaksa, beruntungnya dia itu genius!”
Bara tertawa mendengar ungkapan kekesalan Yuwen. Dan tawa itu sukses membuat sekujur tubuh Mike membeku di tempatnya. Ia benar-benar tidak salah, ia selalu merasa dejavu ketika melihat senyuman itu, juga tawa itu.
Dan hati Mike tiba-tiba merasa sakit menyaksikan dua manusia tadi itu memamerkan sedikit kemesraan mereka. Mike bahkan tidak sadar jika Bara kini tengah menatapnya dengan kening berkerut.
“Hey, apa kau baik-baik saja?”
“Ahh…maaf, tadi aku hanya memikirkan sesuatu saja. Tadi sampai dimana Nona Bara?”
“Masuklah, lebih baik berbicara di dalam!”
Mike sesekali menatap gugup ke arah Bara yang sudah membuka kupluknya. Memamerkan rambutnya yang benar-benar dirawat dengan baik. Tidak pernah jantung Mike berdebar seperti ini, hanya karena seorang wanita. Rasanya benar-benar di luar nalar Mike, dia tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.
“Apa yang ingin Anda sampaikan, sir Mike? Jika memang penting sekali, Anda bisa mengatakannya segera, aku masih buru-buru, temanku sedang kelaparan malam ini dan aku harus membantu Yuwen memasak! JIka pernah bertemu dengan Emilio, maka kau akan tahu jika dia adalah dalang kenapa aku harus terburu-buru.”
“Ahh…” Mike berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, “begini nona Bara, aku mendapati kasus yang cukup rumit akhir-akhir ini. Ada kasus pembunuhan yang sudah menewaskan 8 korban, korban ke-8 baru ditemukan malam ini. Semuanya dibunuh dengan cara yang sama, tubuh mereka benar-benar hancur, dan yang membuatku tidak mengerti adalah ketika mendapati seperti sebuah nomor serial di leher mereka. Hal itu terjadi pada semua korban. Dan aku yakin, jika mereka dibunuh oleh orang yang sama. Aku baru mulai menyelidikinya besok, jika Anda berkenan untuk bergabung dan membantu timku, itu akan menjadi sebuah kehormatan, Nona Bara!”
Mike sudah berhasil mengendalikan dirinya, dan menyerahkan kartu namanya.
Bara menganggukkan kepalanya, dan menerima kartu nama Mike.
“Baiklah, aku akan memikirkannya dulu. Aku harus pergi, maaf jika tadi Yuwen terlalu kasar padamu.”
“Ahh…bukan masalah besar nona, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbicara dengan saya. Sekali lagi terima kasih!”
Bara mengangguk dan lekas menutup kaca mobilnya. Melajukan mobilnya di tengah dinginnya malam kota Hongkong. Mike menatap mobil itu hingga benar-benar menghilang dari pandangannya. Senyuman terakhir yang Bara berikan padanya, membuat malam ini benar-benar tidak seburuk sebelumnya.
“Kenapa aku merasa jika selalu terasa familier? Apa aku pernah melewatkan sesuatu?”
Menggelengkan kepalanya, Mike lekas berjalan dengan cepat dan kembali menuju markasnya yang memang tidak terlalu jauh dari supermarket. Tidak lupa juga membelikan beberapa roti dan mie instan untuknya. Setidaknya, perutnya yang keroncongan harus diberikan asupan dulu.