Drrt.. drrrt.. Sovia is calling .
Dewa mengangkat ponselnya.Tertulis nama Sovia yang memanggil.Tapi sekarang Dewa tau,nomer itu bukan Sovia pemiliknya.
"Ya apalagi? belum puas kamu menggangguku seperti hantu,bahkan saat aku akan lulus pun,kamu tetap menggentayangi aku"
"Dewa,aku minta maaf.Apa tidak bisa kamu menoleh padaku?"
"Fiona ,Fiona,bahkan aku enggan menyebut namamu.kamu terlalu kurang ajar,jika terus ku diamkan.Sebenarnya,aku masih berbaik hati padamu.Dengan tidak mencemoohmu di muka umum.Tapi rupanya,kamu tidak memiliki kaca.Tidak juga memiliki malu.Cukup.Jangan pernah menghubungi aku lagi.Aku benar benar benci padamu."
"Dewa!,tolong jangan benci padaku.Apa yang harus kulakukan agar kamu mau memaafkanku?"
Sebenarnya,Dewa sudah akan mematikan ponselnya.Tapi,karna Fiona menawarkan pilihan padanya,Dewa tidak akan mensia siakan kesempatan itu.Tiba tiba terbesit sebuah gagasan untuk melimpahkan balasan kepa da seseorang yang sudah mendustainya.
"Kamu aku maafkan dengan syarat,berikan nomer Sovia padaku."
"Baik, aku akan mengirimkannya."
Tanpa pikir panjang,dan izin dari Sovia,Fiona langsung mengirim kontak sahabatnya pada Dewa.Dan Dewa langsung memadamkan ponselnya setelah mendapatkan nomer kontak Sovia.
Fiona terus menangis sepanjang malam.Ada perasaan gamang yang susah untuk di jelaskan.Fiona tidak ingin membenci Sovia.Tapi kenyataan yang menyakitkan,yang dia alami,Semua itu karna Sovia.Fiona mulai sedikit tidak waras.Dan menganggap pesona dan kecantikan Sovia adalah kejahatan.
Sovia masih di ambang pintu,tapi sudah melihat gundukan tissue di meja sahabatnya.Sovia yang sudah paham,kenapa Fiona menangis,bergegas memeluk kepala Fiona,
"cup cup sayang,sabar ya.Dunia akan tetap baik baik saja,walaupun tanpa Dewa.Tanamkan dibatinmu,kamu cantik,kamu berharga.kamu kuat,kamu mulia.Pantang bagimu,menyembah nyembah seorang pria.ok? "
Fiona menganggukkan kepala,menjawab bujukan sahabatnya."iya"
HWA..Fiona meraung membahana.Sovia,.. aku tidak bisa melupakannya.Aku jelek,aku gemuk,dan aku tidak berharga di mata Dewa.
Sebenarnya,Sovia dan Fiona masih harus mengikuti dua kelas lagi.Tapi,karna Fiona masih galau tingkat Dewa karna Dewa,dia memilih untuk menenangkan diri.Meninggalkan Sovia seorang sendiri.Sovia tidak menyadari,kalau sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasinya.
Ponsel Sovia bergetar,menunjukkan serentetan nomer yang tidak dia kenal.Sekali dua kali,Sovia tetap mengabaikan nomer itu.Tapi,walaupun terus diabaikan,nyatanya ponsel itu tidak berhenti bergetar.Sovia tidak bisa terus abai dengan ponselnya.Dan pada panggilan ketiga belas,Sovia memutuskan untuk mengangkat ponselnya.
"ya hello" Sovia
"Sovia, ini Dewa.Tolong datang kesini.Fiona merung raung tanpa henti.Tolong,tolong ya,aku tidak bisa membujuknya." Dewa berbicara dengan panik di ujung sambungannya.
"Fiona? dimana Fiona Wa? tolong,aku mohon,jagalah dia sebentar.aku akan kesana"Suara Sovia menjadi panik karnanya.
"Dia mendatangi apartemenku,dan aku akan coba membujuknya,Tolong antar dia pulang.Aku kirim alamatnya ya"
Sovia bergegas pergi menuju alamat yang dikirimkan Dewa.Sebuah gedung mewah dengan penjagaan dan penataan maksimal sudah menginformasikan.Bahwa para penghuninya bukan berasal dari kasta sudra.Sovia menunjukkan ponselnya,menginformasikan pada penjaga,bahwa dia adalah tamu.Seorang satpam mengantarkan Sovia sampai pintu lift dan memencetkan lantai tujuannya.
Sovia menyusuri lorong yang sunyi didalam gedung itu.Sovia menghitung dan membaca keterangan di pintu.Pada pintu terakhir,Sovia menemukan alamat yang di tuju.
Sovia menekan bel yang menempel.Tidak perlu menekannya secara berulang,pintu langsung terbuka pada pencetan pertama.Sepertinya sang tuan rumah sengaja menunggu tamunya,
"Sov,sudah datang?sini masuk,silahkan duduk dulu"
"maaf Wa,dimana Fiona?"
"o,, Fiona sudah lumayan tenang.Dia sedang dikamar mandi.Dengarkan,bunyi kerannya. mungkin Fiona sedang membasuh muka.Minum dulu.Kamu pasti capek,karna bubar kelas langsung kesini."Dewa mengangsurkan sebotol ekstrak jeruk yang sudah ia buka.
Sovia menenggak botol jus itu sampai tinggal setengah.
"Haus banget ya? Habiskan! Masih banyak kok." Dewa kembali menawarkan.
"Maaf Wa,haus banget."
"its oke Sovia,"
"Wa aku minta maaf juga ya,atas kesalah pahaman ini."Sovia tersenyum,bola matanya mengharap iba.
Dewa jelas tidak mampu menolak tatapan itu.Dianggukkannya kepalanya dan tersenyum."Tapi ada syaratnya"
"apa?"
"kamu harus traktir aku go food"
"siap"Sovia lekas mengiyakan karna syarat yang tidak berat.
"Mana ponsel kamu.Aku mau pilih pilih menu"
Dewa mengotak atik ponsel Sovia,dan sesekali menatap wajah di depannya.Tidak sampai sepuluh menit,Sovia menggeleng gelengkan kepalanya.Matanya berat.Dan Sovia langsung tertidur.
Dewa menseting ponsel Sovia dalam mode stand by.Di selussupkannya kedua tangannya di bawah punggung dan lutut Sovia.Dewa sudah merebahkan Sovia di ranjangnya.
Dewa memindahkan dua tripod pada posisi kanan dan kiri ranjang.Di setting sedemikian rupa agar bidikannya fokus ke ranjang.Di lucutinya semua baju Sovia,dan hanya menyisakan pakaian dalam saja.
Dewa menyalakan dua kamera yang sudah tersemat pada tripod.Membuka kaosnya,lalu ikut bergabung bersama Sovia keatas ranjang.Diambilnya posisi,yang mengesankan mereka bercumbu.Demi mendapatkan foto yang meyakinkan,Dewa sampai membolak balikkan badan Sovia.
Dewa bergegas memproses foto mereka,dan memilah mana mana saja yang meyakinkan.Setelah urusan foto selesai,Dewa kembali menyimpan pralatan pendukung kebohongannya.Dewa menyempatkan menikmati kopi.Setelah ini,akan ada kehebohan yang tercipta.
Dewa mengirimkan hasil bidikannya ke ponsel Sovia.Berencana mengirim fotonya ke orang tua Sovia.Tidak sengaja menemukan nama Mahendra Putra dibawah kontak nama Mama.Dewa menyimpulkan,ada sesuatu antara Sovia dan Mahendra sahabatnya,seketika,Dewa membenci Mahendra.Seharusnya,Mahendra menceritakan hubungannya dengan Sovia.Bukan malah diam,saat dirinya menceritakan Sovia dengan menggebu.Dewa memutuskan,Mahendra harus mendapatkan bagian dari keseruan drama ini.Mahendra masuk list penerima foto vulgar Sovia.
Dewa memencet sand pada ponsel Sovia.Dewa juga mengirimkan alamat apartment nya.Dewa sengaja menutup pintu dan tidak menguncinya.Dewa memutuskan kembali ke ranjang,dan memposisikan Sovia mendekapnya.Dewa mencoba memejamkan mata.Menunggu penggerebegan oleh kedua orang tua Sovia,Mahendra,dan Fiona.
Tiga puluh menit menunggu,akhirnya Dewa terlelap juga.Sama sama tak sadar,mereka ditemukan dalam posisi berdekatan.Parahnya,kaki Sovia menjuntai dipinggang Dewa.
BOOM!!!
Kedua orang tua Sovia,Mahendra dan Fiona berpapasan didepan pintu.Mahendra yang sudah biasa keluar masuk Apartment Dewa,langsung membuka pintu yang tidak terkunci.Kedua Orang tua Sovia dan Fiona berusaha mencari keberadaan Sovia,dengan menyisir pintu pintu kamar.
Mereka menemukan Dewa dan Sovia pada sebuah kamar.Mama Sovia langsung menjerit melihat putrinya.Ayah Sovia kehilangan kata,dan Fiona langsung luruh kelantai.Mahendra memutuskan meninggalkan apartment Dewa,tanpa mau melihat kejadiannya.Mahendra sudah menebak,kehebohan mama Sovia menegaskan semuanya.
SOVIA ! SOVIA BANGUN!!!
Pekikan suara membangunkan Sovia dan Dewa.Dewa sang otak perencana,malah mendekap Sovia semakin erat.Setelah empat jam terlelap,akhirnya Sovia bisa terjaga karna badannya di goyang goyang oleh ibunya.
"Sovia !,lekas bangun.Dan kamu,siapapun kamu, lekas pakai baju kalian.Kami akan menunggu di luar.Memalukan!"
Sovia yang baru saja terjaga,membutuhkan waktu sekian detik untuk memahami apa yang terjadi.Matanya menatap nyalang ke arah Dewa,setelah Sovia memahami keadaannya.
BRUK BRUK Sovia dengan beringas memukuli Dewa,sekenanya.Dan Sovia tidak menyadari kalau selimutnya luruh kebawah.Hingga tidak dapat menutupi tubuh bagian depannya,Dewa yang dari tadi diam saja makin membisu melihat sesuatu yang indah terpampang di depannya.Sovia yang membabi buta merasa curiga melihat Dewa diam saja.Hanya jakunnya yang bergerak naik turun seperti pemburu yang siap menerkamnya.
Sovia tiba tiba terdiam.otaknya lumpuh tidak bisa memahami keadaan.Hingga tiupan dari nafas Dewa menyadarkannya."FUH! Pakai bajumu,atau kita ulangi sekali lagi pergumulan kita.Ancam Dewa sebelum memunguti bajunya.Dewa juga memungut baju Sovia yang tadi sengaja dicecerkan.Semata mata agar pergumulan mereka terkesan liar.
'