15

1280 Words
Sophia melajukan mobilnya kearah apartemen Galaxy. Dia menginjakkan gasnya dalam-dalam dan mengebut dengan kencang. Tujuan utamanya pagi ini adalah sampai keapartemen Galaxy dengan secepat-cepatnya. Setelah berkendara kurang lebih 30 menit, Sophia akhirnya melihat puncak apartemen Galaxy dari kejauhan. Dia mengambil arah jalan yang memasuki jalur apartmen itu. Setelah berbelok kedalam lingkungan gedung, Sophia segera ke basement untuk parkir. Mobil sudah diparkir dengan benar oleh Sophia, sekarang waktunya dia menjalankan aksinya. Dia menekan angka lantai apartemen Galaxy, dan segera menutup pintu lift. Lift mengantarkannya ke lanntai unit Galaxy. Pintu lift terbuka, dengan mantap Sophia melangkahkan kaki keluar dari lift dan berjalan menuju pintu apartemen Galaxy. Dia memasukkan kode password pintu itu, pintu terbuka lebar, kemudian dia meletakkan tasnya dan memulai aksinya. Dia mengacak-ngacak ruangan itu. Kursi-kursi dijatuhkan, meja di balik. Piring-piring di pecahkan. Air dibiarkan menala. “Rasakan kau! Biar uangmu habis untuk membayar air!” serunya penh dendam. Tidak puas hanya mengacak-acak ruang tamu, dia masuk kekamar dan menghancurkan kembali kamarnya. Sprei di ranjang di tariknya. Dia mengambil air dari luar dan menyiram seluruh ranjang agar bau apek. Kemudian dia mengacak-acak seluruh lemari. Baju yang sudah di rapihkan dibongkar dan diletakkan ke lantai semuanya oleh Sophia. Setelah merasa lelah, dia mengakhiri aksinya. “Apa aku perlu menyalakan gas ya? Agar gasnya juga bocor dan dia membayar mahal? Hmmm tapi nanti kalau kebakaran bagaimana?” gumamnya. Akhirnya dia mengurungkan niatnya. Setelah hatinya puas dia mengambil tasnya dan segera keluar dari apartmen itu. Dia tersenyum-senyum gembira membayangkan Galaxy yang pulang dan mendapakan rumahnya dalam keadaan kacau. Pasti dia akan keMon sekali. Dia kembali tersenyum membayangkan wajah Galaxy yang keMon. Mungkin sebaiknya aku pergi dulu dari sini ketika dia kembali. Agar dia tidak bisa menuduhku. Batinnya. Tapi kemana ya? Apa lebih baik aku liburan saja? Seperti ide Monique? Pikirnya lagi. Sambil menyalakan mobil dan menancap gas menuju kantornya. Sepanjang perjalanan dia memikirkan ide melarikan diri sekaligus liburan, sampai-sampai tidak menyadari bahwa gedung perkantorannya sudah terlihat. Dia membelokkan mobilnya dan memarkirkan di basement. Lobby kantor pagi ini terlihat sibuk. Banyak pekerja berjalan lalu lalang di seluruh lantai lobby. Sophia berjalan menenteng tas dan mantelnya di tangan. “Hei Bu Bos! Buru-buru amat!” terdengar suara menyapa dan menepuk punggungnya dari belakang. “Laura! Kau mengagetkanku,” Ucap Sophia terkejut. Laura tertawa renyah, “Mau kemana sih? jalannya harus cepat-cepat,” tanyanya masih tertawa. Laura adalah teman sekantor Sophia yang ramah. Dia sangat dekat dengan Laura. “Aku ada meeting pagi. Dan tadi malam tidak bisa tidur. kau lihhat mataku seperti panda.” Sophia menunjukkan lingkaran hitam besar dibawah matanya. Mereka berjalan beriringan ke arah lift menuju lantai kantornya. “Wuihh… tidak tidur karena menyiapkan materi presentasi?” Tanya Laura. “Sebagian besar! Kebanyakan karena love life and suck!” Jawab Sophia sambil tertawa. “Ahh kehidupan memang seperti itu,” hibur Laura. Mereka berjalan memasuki lift yang terbuka didepan mereka. Lift brehenti pada lantai yang dituju. “Aku langsung ke ruang meeting ya,” Ucap Sophia. “Good Luck Sophia!” ucap Laura tulus sambil melambaikan tangannya. Sophia membalas lanbaian tangan Laura dengan tidak peduli. Dia membuka pintu ruang meeting, dan masuk kedalam. Dia mengambil tempat pada ujung kanan meja berbentuk persegi itu. Tidak lama banyak orang berdatangan masuk kedalam. Edmund salah satu office boy ikut masuk kedalam dan menanyakan menu minuman yang diminta mereka hari ini. “Edmund, belikan aku coklat panas hari ini,” uca Sophia. Edmund mencatat pesanan Sophia beserta pesanan yang lainnya. Setelah semua tercatat, Mr Josh memberikan kartu kredit perusahaan kepadanya dan dia pergi membeli pesanan meeting di mulai. Sepanjang meeting pikiran Sophia tentang Galaxy sedikit teralihkan. Namun dia terlalu sibuk memikirkan liburan kemana sehingga presntasi yang dia berikan kacau, dan berdampak dengan kemarahan para atasan-atasannya. “Mr Josh , anda kan tau, aku adalah orang yang selalu menekan cost pekerjaan kita. Apapun itu!. Kenapa anda selalu seolah-olah menuduhku melakuknn foya-foya terhadap dana proyek?” Tanya Sophia putus asa setelah dicecar berbagai pertanyaan tentang pengajuan dananya. “Itu pertanyaan biasa. Kamu jangan baper. Karena pengeluaran dana itu sudah menjadi tanggung jawabku Sophia. Aku harus memastika kamu tidak mencurangi perusahaan dan kamu tidak akan mengambil keuntungan untuk pribadi.” Jawab Josh santai. Sophia marah sekali mendengar pendapat Josh itu. “Maaf Mr Josh, aku sudah bekerja disini tidak setahun 2 tahun. Anda sendiri juga sudah tau sepak terjangku didunia proyek ini bagaimana. Dan adda juga tau bagaimana loyalitasku kepada perusahaan. Jadi anda tidak perlu meragukanku. Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku, akan mengambil keuntungan pridadi dari dana pro—“ Kemudia Monika memotong. “Sophia , kami semua tau capability yang kau punya. Dan kami tau kau adalah orang yang bertanggung jawab dengan proyek itu. Jadi abaikan Josh. Aku rasa maksud Josh dia hanya ingin memastikan bahwa tidak akan terjadi penyimpangan dari pengeluaran dana tersebut. bukan begitu maksudmu Josh?” Tanya Monika sambil memandang tajam kearah Josh. Josh yang melihat Monika melotot hanya mangangkat bahu tak peduli. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Dan Edmund masuk membawa pesanan mereka. Setelah meletakkan minuman s atu persatu kepada peserta rapat, edmun meletakkan minuman Sophianica yang terakhir. “Edmun, apakah kau punya es batu? Aku rasa aku butuh es coklat sekarang! Kalau ada tolong ambilkan ya.” Pinta Sophia. “Baik nona,” JAwab Edmun sopan. “Sophia, jangan terlalu dimasukkan ke hati. Kami semua tau bagaimana pekerjaanmu. sudah lanjutkan saja presentasinya,” ucap Mr Boyke. Dengan dongkl Sophia melanjutkan presentasinya dan masih saja di cecar oleh Mr Josh, sehingga membuat wajah Sophia jadi sangat merah padam. Setelah selesai presentasi dan dia kembali ke kursinya. Air mata Sophia hampir saja jatuh. Dia berusaha keras menahan air mata itu agar tidak terjatuh. Dia tidak ingin terlihat lemah dimata para atasannya. Dia menghempaskan tubuhnya pada kursinya. Ms Monika yang duduk diseblahnya menepuk-nepuk bahu Sophia, “Sabar ya? Sudah resiko jabatanmu,” Ucapnya prihatin. Sophia mengangguk sambil tetap menahan bulir bening yang semakin berat. “Sudah istirahat dulu aja Sophia…” Ucap Ms Monika lagi. Sophia mengangguk repetitive. Setelah semua bahan selesai dipresentasikan, akhirnya meeting selesai. Sophia berjalan gontai keluar ruang meeting. “Sophia…” panggil seseorang. Sophia menolehh ke belakang. Dilihatnya Mr Josh memanggil dia. Duh mau apa lagi dia ya? Batin Sophia. Dengan lunglai Sophia menghampiri Mr Josh. “Sophia, no hurt feeling okay? Aku tadi hanya menjalankan tugasku. Tugasku memang wajib mencurigai semua orang. Kamu jangan marah kepadaku ya?” ucapny dengan wajah datar. Sophia hanya menunduk. Dia ingin membantah, tapi diurungkan niatnya tersebut. Dia tau posisinya tidak untuk membantah atasannya. Setelah Mr Josh berlalu, Sophia melanjutkan perjalanannya keruangan. Sesampai diruangan dia mencari Laura yang sedang menghilang. “Kemana sih anak itu? Ketika dibutuhkan dia gak pernah ada.” Tiba-tiba Laura menepuk punggungnya. “Lagi cari aku atau lagi cari cowok ganteng?” tanyanya. Sophia mencibir. “Kenapa sih? kamu lemah lesu begini?” Tanya Laura lagi. “Yuk lah ke cafeteria. Aku butuh caffeine nih?” Ajak Sophia. “Bukannya di dalam ruang meeting tadi kamu minum kopi?” Tanya Laura heran. “Tadi aku pesan hot coklat, tapi suasana panas sekali. Sampai-sampai aku jadi ingin minum es kopi saja sekarang. “Benar juga, yuk lah… sekalian makan ya? aku lapar juga…” sahut Laura “Yaudah sekalian makanlah kalau gitu.” Kata Sophia. “Yuk…” Sophia berjalan menjauhi Lift, diikut oleh Laura. “Sejak gedung ini masuk Coffee Shop jadi semacm candu gitu ya untuk kita,” Celetuk Sophia. “Iya, kita jadi jajan terus nih. Jadinya harus ada dana cadangan untuk membeli kopi pagi dan sore hari.” Laura tertawa terkekeh. “Sebenarnya semua tergantung niat kita masing-masing sih sis. Kalau senang jajan kaya kita sih, ya itu resikonya. “ Sophia tertawa renyah. Bercanda bersama laura lumayan mengurangi kekesalan hatinya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD