Sederhana Namun Sakral

267 Words
Lia mendekati ibunya yang sedang membereskan barang belanjaan yang mereka beli tadi pagi di pasar. gurat bahagia terpancar dari wajah sang ibu namun sesekali tersirat sebuah kegundahan di dalam hatinya. Lia sangat tahu itu, tapi demi membuatnya merasa bahagia ibunya menepis segala gundah itu dari hatinya. " Bu... Apa sebaiknya kita batalkan rencana acara resepsi pernikahan ini? aku gak mau ada pesta untuk pernikahanku bu... Aku udah bahagia walaupun cuma sebatas akad nikah saja bu..." Lia kembali mengungkapkan isi hatinya yang sudah berulang kali ia ucapkan kepada ibunya. Semua itu ia lakukan semata-mata hanya karena ia tidak ingin membebani ayah dan ibunya dengan semua rencana pesta pernikahannya. Ia berfikir tidak seharusnya orang tuanya merasa terbebani dengan semua itu. ia sudah merasa cukup senang walaupun pernikahannya hanya di gelar sebatas akad nikah saja. itu saja sudah cukup baginya. yang penting sah di mata hukum dan agama. "Sudah lia... kamu gak usah terlalu mikrin tentang semua itu... sudah sewajarnya kami selaku orang tua mu membantu anaknya mewujudkan segala impiannya, apalagi ini merupakan acara penting bagimu juga bagi bapak sama ibu. Ibu cuma ingin di acara pernikahan yang sakral yang inshaallah hanya sekali dalam seumur hidup bisa menciptakan kenangan indah buat kamu agar ketika ijab kabul sudah di ikrarkan kamu bisa melangkah dengan bahagia. anggap saja apa yang sedang kami lakukan ini adalah wujud kasih sayang kami sebagi orang tua.." "sudah sudah... sepertinya akhir-akhir ini kamu terlalu sensitif karena selalu memikirkan semua ini" Lagi-lagi jawaban ibu membuat lia tidak tahan untuk kembali mengeluarkan air matanya. mungkin ibunya benar akhir-akhir ini ia terlalu sensitif hingga sering sekali menangis karena hal-hal sepele.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD