02 - MY WEDDING DRESS & GROOM

2193 Words
MWDG.02 PRIA PERTAMA KAILI CHEN Empat tahun lalu… Aku masih ingat puluhan tahun lalu, saat Mommy Debora masih hidup dan aku baru menginjak umur 4 tahun. Mommy Debora sering membawaku ke butik bridal milik teman dekatnya. Setiap datang ke butik bridal milik teman Mommy Debora, aku selalu terpana melihat begitu banyak gaun-gaun yang terpajang dengan indah dalam butik bridal tersebut. Semenjak itu, aku sangat terobsesi dengan gaun pengantin. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memilih jurusan Fashion Design saat kuliah. Dan sekarang aku telah menjadi seorang fashion designer serta memiliki sebuah butik bridal yang bernama Miss Chen Bridal. Aku juga masih ingat, saat aku masih kecil aku bercita-cita ingin menjadi designer dan mendesign baju pengantinku sendiri. Tanpa terasa sekarang waktunya sudah datang. Beberapa minggu yang akan akan datang, aku akan menikah dengan kekasihku Hongli. Seorang pria pilihan hatiku yang telah menjadi kekasihku beberapa tahun terakhir. Ia adalah seniorku saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dan untuk hari pernikahan itu, aku telah mulai mempersiapkan semuanya dari sekarang, termasuk gaun pengantinku dan berbagai aksesorisnya. Siang ini aku disibukan dengan persiapan pernikahanku yang akan di gelar beberapa minggu lagi. Saat aku tengah sibuk memikirkan ornamen apa yang akan di pasangkan pada gaun pengantin milikku itu, tiba-tiba kakak keduaku Daniel Chen datang ke ruang kerjaku. Ia membuka pintu ruanganku dengan kasar membuatku yang sedang duduk termenung menjadi kaget. Aku memalingkan wajah dengan mata membola karena kaget menatapnya. Sedangkan ia tertawa terbahak-bahak melihat wajah kagetku. Ia sangat jahil dan suka mengerjaiku. Sangat berbeda dengan kakak pertamaku Drex Chen yang lebih tenang dan dingin. “Hahahahahaha... Apa kamu kaget, Kai?” Kakakku Daniel Chen bertanya sambil memasuki ruanganku. Dengan wajah kesal aku pun menjawab, “Kakak, kenapa Kakak sangat suka mengejaiku? Kakak mengagetkanku.” “Karena kamu terlihat menggemaskan saat kaget.” Kakakku Daniel Chen yang telah berdiri di dekatku mencubit pipiku. Kemudian ia kembali berkata, “Ayo cepat ganti bajumu. Kita harus ke pesta ulang tahun kakak di hotel.” Sambil bangkit dari kursiku dan melangkah menuju fitting room dalam ruanganku, aku pun menjawab, “Baiklah. Tunggu aku sebentar. Aku akan ganti baju dulu dan berdandan.” “Jangan lama-lama. Aku bukan kakak yang sabar menunggumu lama.” “Iya... Aku tahu.” Aku menjawab dari dalam fitting room. Beberapa menit kemudian, aku pun keluar dari fitting room dengan gaun malam berwarna hitam yang membalut tubuhku. Lalu aku dan kakak keduaku Daniel Chen pergi bersama menuju hotel tempat dimana acara itu diselenggarakan. Acara ini tidak di selenggarakan dengan besar-besaran. Namun tetap saja di dekorasi sangat mewah dan di hadiri oleh anggota keluarga, ibu tiriku Bibi Xiao Ling, dan teman-teman dekat kakakku Drex Chen. Acara berlangsung dengan meriah di awal, hingga akhirnya sebuah kejadian membuat acara itu menjadi kacau balau. Ditengah-tengah acara ulang tahun yang sedang berlangsung, kakak iparku Xaviera Zhou yang sedang hamil besar tiba-tiba pingsan. Ia pingsan setelah mengetahui bahwa Bibi Xiao Ling adalah ibu kandungnya. Sedangkan Bibi Xiao Ling malah pergi meninggalkan acara ulang tahun setelah ia sangat kaget mengetahui hal itu. Ia seperti sulit menerima kenyataan yang baru saja ia ketahui. Sebuah drama keluarga yang membingungkan dan mengharukan. Setelah Bibi Xiao Ling pergi dan Xaviera Zhou pingsan, kakakku Drex Chen dengan terpaksa meninggalkan acara lebih awal untuk membawa pulang kakak iparku. Sedangkan Daddy Damian Chen pergi keluar ruangan untuk mengejar istri keduanya yang telah lari terlebih dahulu. Kini hanya tinggal aku dan kakak keduaku Daniel Chen sebagai tuan rumah acara ini. Daniel Chen pergi memghampiri para tamu undangan mewakili Drex Chen yang telah pergi. Dan aku masih duduk manis di meja menikmati suasana pesta yang terasa tidak seru lagi. Saat aku tengah duduk sendirian di meja sambil menikmati cemilan yang ada di hadapanku, tiba-tiba ponsel yang ada di dalam clutch ku bergetar. Aku mengambil ponsel dari clutch ku itu, terlihat di layar ponsel nama sahabatku Jessica He tengah menghubungiku. Tanpa berpikir panjang, aku pun menjawab, “Hallo...” “Kai, kamu ada dimana?” “Aku sedang berada di hotel menghadiri acara ulang tahun kakak tertuaku. Ada apa , Jes?” “Kai, jika kamu tidak keberatan dan punya waktu, datanglah ke night club milik keluargaku. Ada hal yang ingin aku tunjukan padamu.” “Apa itu, Jes?” “Pokoknya kamu kemari saja. Ini sangat penting, berhubungan dengan masa depanmu.” “Baiklah.” Tanpa berpikir panjang dan penuh rasa penasaran, aku pun pergi keluar aula acara meninggalkan pesta ulang tahun yang masih berlangsung. Saat ini timbul rasa cemas di hatiku membuat jantungku berdegup kencang karena mendengar Jessica He mengatakan ada hal yang ingin ia katakan menyangkut masa depanku. Karena aku ke hotel bersama Daniel Chen dan tidak membawa mobil sendiri, jadi aku pergi ke night club milik keluarga He dengan menggunakan taxi. Untung saja jarak antara hotel tempat dimana acara berlansung tidak jauh dari night club. Hanya dalam waktu beberapa menit aku pun sampai di sana. Setelah turun dari taxi dan membayarnya, aku melangkah memasuki night club dengan langkah tergesa-gesa. Aku ingin segera bertemu dengan Jessica He untuk mendengarkan apa yang ingin ia katakan padaku. Namun saat aku sudah berada di dalam night club dan ingin mencari Jessica He ke ruangannya, aku pun melihat kekasihku Hongli dari kejauhan berjalan memasuki sebuah ruangan bersama seorang wanita yang berpakaian sexy. Aku yang merasa sangat kaget melihat Hongli bersama wanita lain pun berjalan dengan perlahan mengikutinya dari belakang. Saat ini tubuhku bergetar serasa ingin memukulnya. Apakah ini maksud dari ucapan Jessica He tentang masa depanku? Saat Hongli telah berada di dalam ruangan VIP bersama wanita itu, aku pun mengintipnya dari balik pintu. Terlihat Hongli yang merupakan kekasih sekaligus calon suamiku itu tengah bermesraan dengan wanita itu. Seketika tubuhku menggigil dan darah pun telah berkumpul di ubun-ubunku. Tanpa berpikir panjang aku mendorong pintu ruang VIP itu dengan kasar membuat sepasang sejoli yang menjijikan itu kaget dengan kehadiranku. “Kai...” Hongli menyapaku dengan mata membola karena kaget. Kemudian ia bangkit dari sofa dan menghampiriku yang masih berdiri di ambang pintu sembaru berkata, “Kai... semua tidak seperti yang kamu lihat. Aku...” Belum selesai pria b******k itu berbicara aku pun bersuara, “Apanya? Aku sudah melihat dengan jelas apa yang telah kamu lakukan di belakangku, Hongli. Aku sangat menbencimu. Sekarang kita putus saja. Aku membatalkan pernikahan kita.” “Kai, dengarkan aku dulu.” Hongli menahanku yang hendak pergi dengan memegang tanganku. Segera aku melepaskan pegangannya dengan kasar sembari berkata, “Tidak. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi Hongli. Semuanya sudah terlihat jelas bagiku.” Setelah melepaskan tanganku darinya, aku pun berlari di koridor menuju ruang kerja Jessica He. Jessica He adalah sahabatku yang bekerja di night club milik keluarganya sebagai manager. Saat aku telah sampai di depan ruangan Jessica He, aku memasukinya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Kai...” Jessica He menyapaku dengan wajah kaget. “Kenapa kamu menangis?” “Aku tidak menangis.” Aku menjawab sambil menghapus air mataku. “Itu jelas-jelas kamu menangis. Katakan apa yang terjadi?” “Jess, jangan banyak tanya. Lebih baik kamu memberiku minuman.” Aku menjawab dengan nada tinggi. Jessica He pun bangkit dari kursi kerjanya dan melangkah menuju lemari wine yang ada dalam ruang kerjanya sembari berkata, “Oke-oke.” Jessica He menuangkan wine ke dalam sebuah gelas lalu memberikannya kepadaku. “Ini minumlah!” Aku tidak menerima gelas yang ia berikan padaku. Namun aku merampas botol wine yang ada di tangan Jessica He yang tengah berdiri di dekatku. Aku menenggak wine itu secara langsung dari botolnya hingga aku bersendawa. Aku kembali menagis setelah menenggak kasar wine tersebut dan berkata, “Jessica, apa yang kamu maksud tadi itu adalah tentang Hongli? Apa kamu ingin memperlihatkan perselingkuhan Hongli kepadaku?” “Apa kamu telah melihatnya?” Aku mengangguk dengan perlahan sambil memeluk botol wine itu. “Ya, aku baru saja melihatnya sendiri. Aku melihat pria b******k itu sedang bermesraan dengan wanita lain di ruang VIP club ini.” “Maafkan aku, Kai. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Tapi aku ingin kamu melihat sendiri dan membuka matamu, bahwa Hongli bukan pria yang baik untukmu.” “Ya, aku sudah melihatnya sekarang.” Aku kembali menenggak wine yang ada di tanganku. Aku bahkan meminum wine itu hingga habis. Saat aku tengah asyik dengan sebotol wine yang ada di tanganku, Jessica He berusaha menghentikanku dengan menarik botol tersebut dari tanganku. “Sudah, Kai. Jangan minum lagi. Kamu sudah mabuk.” “Biarkan saja. Aku sedang ingin minum, Jes. Jangan ganggu aku.” Aku bicara sambil melepaskan tangan Jessica He dari botol minumanku. Jessica He pun tidak bicara apa-apa lagi. Ia hanya dia mmenatapku yang terus minum dan mendengar suara tangisan bercampur umpatanku terhadap Hongli yang telah mengkhianatiku. Setelah aku menghabiskan sebotol wine dan mabuk, ia pun memelukku dengan erat sembari berkata, “Kai, aku tahu kamu sangat sedih. Tapi jangan menangis lagi. Lebih baik kamu mengetahui keburukannya sekarang dari pada kamu terlanjur menikah dengannya.” “Aku benar-benar kecewa, Jes. Aku kecewa.” Aku berkata sambil terus meneteskan air mata. Jessica He melepaskan pelukannya dari tubuhku dan menghapus air mataku yang terus mengalir. “Jangan menangis lagi. Masih banyak pria lain yang lebih baik darinya. Sekarang sudah larut malam, biar aku antar kamu pulang.” “Aku tidak mau pulang ke rumah orang tuaku.” Aku berkata dengan merengek seperti anak kecil. “Lalu kamu ingin pulang kemana, Kai? Apa kamu ingin menginap di apartemenku? Oh jangan. Sekarang ada kekasihku di sana.” “Kalau begitu antar aku ke villa Tuan Muda Chen saja.” “Baiklah. Aku akan mengantarmu.” Jessica He menjawab sambil menuntunku berjalan keluar dari ruangannya menuju parkiran night club. Kemudian ia mengantarku pulang ke kediaman kakak tertuaku, Tuan Muda Chen dengan mobilnya Saat aku telah sampai di depan villa milik kakakku, Jessica He membantuku untuk turun dari mobil. “Kai, hati-hati. Aku akan menemanimu hingga Tuan Muda Chen membukakan pintu.” “Tidak usah. Kamu pergilah pulang! Aku sudah sampai di sini, jadi tidak usah khawatir.” “Apa kamu tidak apa-apa sendirian, Kai?” Jessica He kembali bertanya saat kami berdua telah berdiri di depan pintu villa. “Ya, tidak apa-apa. Pulanglah!” “Baiklah. Aku pulang dulu. Kabari aku jika kamu membutuhkanku.” “Ya.” Jessica He pun kembali memasuki mobil dan mengendarainya keluar halaman villa. Sedangkan aku masih berdiri di depan pintu villa sambil mengetuknya dengab sekuat tenaga. “Kak... Kakak... Bukakan pintu. Ini aku Kai. Kak... Kakak... Tuan Muda Chen, bukakan pintu untuk adikmu ini.” Aku mengetuk pintu itu cukup lama. Hingga akhirnya pintu yang ku ketuk itu pun terbuka. Dengan segera aku memeluknya dengan erat. Terlihat kakakku yang tampan telah berdiri di hadapanku menatapku dengan wajah kaget, “Kai… Kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi?” “Qin… Suruh Kaili masuk dulu.” Terdengar suara kakak iparku Xaviera Zhou dari dalam villa. Tuan Muda Chen menoleh ke belakang dan berkata, “Xaviera, kenapa kamu turun?” “Tidak apa-apa, Qin.” “Berdiri di sana dan jangan turun.” Tuan Muda Chen merangkul pundakku dan membawaku duduk di sofa yang ada di ruang tamu. “Tunggu di sini sebentar. Aku akan menjemput Kakak Iparmu.” Setelah kakak iparku duduk di sampingku, Tuan Muda Chen pun duduk di sofa yang ada di seberangku. Ia menatapku cukup lama hingga akhirnya bersuara, “Kai, apa yang terjadi? Kenapa kamu datang dini hari seperti ini?” “Apa aku tidak boleh datang ke rumah kakakku?” “Bukan begitu. Kamu datang kemari dini hari seperti ini pasti karena ada sesuatu. Jika bukan karena terjadi sesuatu, tidak mungkin kamu datang selarut ini. Lihat dirimu, pakaian minim apa yang kamu pakai? Tubuhmu juga bau anggur. Apa kamu baru saja dari club?” Aku mengangguk menanggapi pertanyaan kakakku. Kemudian ia kembali bertanya, “Bukankah tadi kamu datang ke pesta ulang tahunku? Kenapa bisa pergi ke night club?” “Aku ke night club sepulang dari pesta ulang tahun Kakak.” “Mestinya kalau ke night club kamu akan bersenang-senang. Tapi kenapa kamu malah menangis?” “Kakak, sepertinya aku akan membatalkan pernikahanku.” “Pernikahan? Memangnya yang kamu katakana waktu itu benar?” “Tentu saja benar. Waktu aku mengajak Kakak Ipar berbelanja, aku memang suda berencana akan menikah. Beberapa bulan yang lalu aku menjalin hubungan dengan teman sekolah ku dulu. Dan kami memang sudah berencana akan menikah. Daddy juga sudah merestui hubungan kami.” Aku menjawab dengan wajah cemberut. “Jika memang sudah ingin menikah, kenapa kamu malah membatalkannya?” “Tadi di night club aku melihatnya bersama wanita lain.” “Lalu apa kamu bertengkar dengannya? Apa kamu memukulinya?” Aku menggelengkan kepala, “Tidak.” “Kenapa tidak? Kenapa kamu tidak memukulinya?” “Qin… Apa yang kamu ajarkan pada adik perempuanmu? Perempuan tidak kasar seperti itu.” Xaviera Zhou yang duduk di sampingku pun memelukku sembari berkata, “Sayang, jangan menangis. Kamu masih muda dan sangat cantik. Pasti akan banyak pria lain yang menyukaimu. Sekarang lupakan dia. Jika ia tidak jadi menikah denganmu, berarti ia bukan yang terbaik untukmu. Mestinya kamu bersyukur lebih cepat tahu siapa dia sebelum kamu menikah dengannya.” “Apa yang Kakak Ipar katakan benar.” “Apa perlu aku turun tangan untuk memberi pria itu pelajaran?” “Qin…” Xaviera Zhou melototi kakakku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD