part one

485 Words
haiii senang berjumpa di cerita kedua ku ini hehe ku harap kalian menyukainya dan jangan lupa untuk follow akun ku juga, jangan lupa tinggalkan komentar ♡ salam sayang♡ minggu, 2 februari 2020. di pagi hari itu nampak seorang gadis manis sedang terlihat semangat dengan menenteng paper bag dengan hati-hati. kyara pov; aku senang sekali karena hari ini hari anniversary ku dan tunanganku dion yang ke 4 tahun.Ah aku sudah menebak jika dia melihat ku pasti akan sangat bahagia, karena sudah 3 hari ini aku sibuk dengan pekerjaan kantor. setelah sampai di apartemen dion aku segera membuka pintu dan melihat ada sepasang highels wanita. 'ah mungkin adiknya dion datang berkunjung' segera aku membuka paper bag yang ku bawa dan mengeluarkan bolu dari dalamnya. ceklekk brukkk sontak aku menjatuhkan bolu yang sudah ku bawa, tidak menyangka dengan apa yang aku lihat diatas tempat tidur itu ada dion dan kakak kandungku sendiri tanpa sehelai benang pun. mendengar barang terjatuh dion pun membuka mata dan melihat hal apa yang mengganggu nya. seketika mata dion terbelalak karena melihat ara tunangannya. "sayang, kamu disini?" tanya aron masih belum sadar akan wanita yang di sampingnya. tingg suara cincin yang di lemparkan ara kelantai, sambil menangis. "aku putuskan pertunangan kita dion."kataku dengan mata yang memandang benci ke arah dion dan kakaknya. "eunghhh, sayang sudah jam berapa ini?." kata hena kakak ara. "sayang?." lanjutnya lagi sambil mencoba membuka mata "sayang? apa yang kau lihat? kenapa kau diam saja honey?." tanya hena heran karena melihat dion yang hanya terdiam menatap ke depan, melihat itupun hena mengedarkan pandangannya ke depan dan seketika terkejut karena melihat adiknya berdiri disana sedang memandangi mereka yang tanpa sehelai benangpun. "a-ar-arra a-apa y-yang k-kau lakukan disini?." tanya hena dengan gugup ke arah arra. "aku? seharusnya aku yang bertanya padamu kak? apa yang kau lakukan di apartemen tunanganku?."tanyaku dengan nada datar, "pekerjaan apa yang kalian lakukan sampai tidak memakai sehelai benangpun?." lanjutku sambil menatap cemoh kearah hena. melihat itu hena mengetatkan wajahnya " tentu saja bersama dengan pasanganku ra, kau buta heh." ucap hena mengejek. " hahaha memang kalian sama-sama cocok sih, yang satu gatal kurang belaian lelaki dan satunya lagi kurang dengan 1 wanita." ucapku mencemoh mereka "jaga ucapanmu arra." ucap dion dengan marah "oh jaga ucapanku? melihat kalian aku harus menjaga ucapanku? yang perlu kalian tahu aku tidak menyesal melihat kalian bersama, bagus bukan? sesama manusia rendahan saling berbagi kehangatan, bye manusia rendahan." setelah mengatakan hal itu aku segera keluar dari apartemen dion. hufttt ...hahh ku tarik napas dan ku hembuskan, terasa sesak di dalam sana. aku berjalan menuju halte bus setelah cukup lama menunggu aku segera menaikinya. Sesampainya di rumah aku melihat mama,papa dan juga kak hena di ruang keluarga, sepertinya memang sengaja menungguku. " sini kamu anak sialan!." ucap mama padaku sambil menenangkan kak hena yang menangis di pelukannya, Aku masih diam tidak menjawab. "APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAK KESAYANGANKU PEREMPUAN SIALAN!" mama berteriak kepadaku plakk plakk "Itu belum cukup untuk membayar apa yang kau buat pada putriku." desis mama , kurasakan sudut bibirku robek karena di tampar dengan kuat namun aku masih diam ingin melihat apa saja yang di rencanakan kakakku. "hiks..hiks.. ma sudah hiks.. kasian arra hiks..aku tidak papa ma hikss..hiks.." ucap kak hena, aku melihat dia menyerangi senang ke arahku yang di tampar mama. "kenapa kau menyakiti kakakmu ra?." tanya papa setelah keterdiamannya. "aku tidak menyakiti siapapun pa." "tapi kau menyuruh preman untuk menyakiti putriku gadis sialan!." sinis papa. "sudah hiks pa jangan hiks sakiti adikku hikss." kak hena berjalan ke arah papa. " JAWAB SIALAN!." prangg Teriak papa padaku sambil melempar sebuah guci. " kak hena tidur dengan dion." jawabku "lalu?." tanya mama " lalu? tidakkah dia memiliki rasa malu dengan tidur bersama tunangan adiknya? aku tidak menyewa preman untuk menganiaya dia, untuk apa aku melakukan hal itu pada kakakku sendiri? apa aku memiliki uang banyak? sedangkan kalian tidak pernah memberikan aku uang dari semasa sekolah bukan? jadi pikirkan lagi." kataku dengan tenang, namun berbeda dengan hatiku yang terasa tercabik-cabik karena orang tuaku tidak pernah berlaku adil padaku. Melihat keterdiaman mereka, aku segera pergi ke kamar dan mengunci pintunya. " hiks..hiks..hikss" tangisku pecah, sedikit lega karena kamar ini kedap suara jadi tidak akan ada yang mendengar suara tangisanku. salam senang♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD