Bab 27 Tidak Ada Pilihan Lain

1449 Words

“Maafkan aku, Claris...” ujar dokter Haikal dengan wajah muram. Claris yang bergegas datang ke rumah sakit gara-gara telepon dari adiknya, kini duduk tenggelam di kursi di hadapan meja sang dokter usai mendengar apa yang baru saja dijelaskan kepadanya. “Apakah tidak ada jalan lain, dok?” Dokter Haikal menggeleng pelan, tampak putus asa dengan balasannya sendiri. Di belakangnya, terlihat Moli, Keenan, dan juga ibu Claris dengan wajah kuyu dan lemahnya dipeluk oleh putra satu-satunya, Bian. Wajah mereka yang juga ikut mendengar vonis dokter terhadap kondisi Harzan Wira Atmaja—ayah Claris dan Bian, ikut-ikutan menjadi muram. “Lalu, kami harus bagaimana, dokter?” tanya Bian, memberanikan diri meski nada suaranya terdengar gemetar ingin menangis. Nyaris berupa sayup-sayup kecil yang lemah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD