Roselied Wisdom - 05

1008 Words
Aku hanya tersenyum saat badai angin menyerbu lokasi di luar bangunan yang kutempati bersama Roselied, aku bisa melihatnya dari jendela, anginnya sedang sangat kencang, pepohonan terayun-ayun nyaris menyentuh permukaan tanah, banyak benda-benda ringan yang beterbangan mengikuti arus angin, aku yang duduk di dekat jendela hanya menghela napas dengan kelopak mata yang sayu. Aku berpikir, kenapa bisa ada badai seperti ini, padahal ini belum memasuki musim-musim hujan, apakah ada yang salah dari hal itu? Entahlah, aku tidak ingin memikirkannya lebih jauh lagi. Kualihkan pandanganku pada Roselied yang sedang berdiri memperhatikanku dari belakang. “Apakah Lucifer mencintaiku?” Tiba-tiba saja aku melontarkan pertanyaan bodoh yang sangat-sangat-sangat bodoh, entahlah, aku hanya ingin memecahkan keheningan di ruangan ini agar tercipta sebuah obrolan, karena aku muak dengan kehampaan terus-menerus. Roselied tampaknya memberikan senyuman kecil padaku, aku tidak tahu apa makna dari senyumannya itu, apakah itu positif atau negatif? Tapi yang pasti, aku harap dia bisa menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang berbobot. “Tentu saja, Tuan Lucifer sangat mencintaimu, Olivia.” Itu sama sekali bukan jawaban yang kuinginkan, aku ingin dia memaparkan alasan dari mengapa seorang raja iblis bisa mencintaiku, tapi sayangnya, Roselied menjawab pertanyaanku hanya dengan pesan singkat yang sama sekali tidak membuatku senang. Sebenarnya itu kesalahanku juga, karena aku memberikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan apa yang ingin kudengar, tapi terserahlah, aku sudah tidak peduli lagi dengan itu. “Lalu, bagaimana denganmu?” Dengan suara yang santai, aku bertanya begitu pada Roselied, ingin mengetahui segala pemikiran dan perasaannya pada suatu hal yang mungkin cukup sensitif untuk dibicarakan. Aku sangat ingin mengetahuinya, atau lebih tepatnya, ingin mengenalnya lebih dalam dari yang seharusnya. “Apa maksudmu?” tanya Roselied dengan mengerutkan alis dan keningnya, tertampak tidak paham pada apa yang kukatakan, aku hanya tersenyum tipis dengan menghela napas. Sepertinya Roselied tipe orang yang selalu harus dijelaskan intinya, karena dia tidak selalu paham pada segala kode yang orang lain berikan padanya. Sungguh merepotkan. “Maksudku, bagaimana denganmu? Apakah kau juga mencintai seseorang? Seperti Lucifer yang mencintaiku?” Disitu, aku bisa melihatnya dengan jelas kalau Roselied tampak begitu kebingungan, dia sepertinya bingung harus menjawabnya bagaimana karena pertanyaanku benar-benar mengorek langsung pada hal pribadinya, apalagi ini menyangkut perasaannya. Sebenarnya dia bisa saja mengatakan kebohongan, tapi aku harap dia tidak melakukannya, karena aku benci dengan kebohongan. “Saat ini, aku sedang tidak mencintai siapapun, lagipula, aku tidak mengerti apa yang dimaksud dengan mencintai seseorang.” Aku melotot mendengarnya, benar-benar terkejut. Bahkan Roselied masih dalam tahap belum mengerti apa yang dimaksud dengan mencintai seseorang. Bukankah dia terlalu polos? Memangnya dia itu usianya berapa sampai makna mencintai seseorang saja dia tidak tahu? Aku hanya terdiam dan berpikir dalam hening, sebenarnya dia itu makhluk bodoh atau aneh? Baru kali ini aku mendengar seseorang tidak mengerti soal hal itu? Mungkinkah dia termasuk ke dalam orang yang sangat polos mengenai hal-hal semacam itu? Aku tidak tahu harus percaya atau tidak? Tapi, mau dibilang bagaimana pun, dia itu memang dari awal kemunculannya saja, sudah sangat aneh dan menakutkan, tidak ada nomal-normalnya sama sekali. Jujur, sebenarnya apa yang ada di hati Roselied. Aku masih belum mengerti dan jujur, sangat penasaran mengenai hal itu, sebab aku yakin sekali dia memiliki keunikan tersendiri dalam memaknai kehidupan. Aku selalu penasaran, pada alasan yang sesungguhnya, dibalik dia melakukan semua hal kejam itu. Aku tidak yakin, tapi aku terlalu berekspektasi berlebihan dalam menanggapi hal ini, rasanya seperti, aku sedang diterkam oleh rasa penasaran yang begitu dahsyat. Selain soal hal-hal itu, aku juga penasaran pada awal mula Roselied tercipta, apakah dia berasal dari persatuan iblis laki-laki dan perempuan? Bagian ini juga membuatku sangat penasaran, aku masih belum tahu bagaimana peradaban dari para iblis di dunia lain. Apakah mereka memiliki kesamaan seoerti peradaban manusia di duniaku. Apakah mereka juga memiliki masalah-masalah dan beragam konflik yang sama persis seperti manusia. Dan apakah mereka juga punya perasaan yang sama seperti para manusia? Aku benar-benar tidak sadar telah merenungi hal-hal semacam itu sampai aku melamun dalam beberapa menit dalam keheningan yang dingin. Roselied hanya menatapku sebelum akhirnya dia memalingkan pandangannya dariku, sepertinya dia tidak tertarik lagi untuk menjawab segala pertanyaanku, dan aku jadi semakin terpacu untuk terus mengganggunya, karena dia adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian seluruh anggota keluargaku. Persetan dengan perasaannya, dia harus memahami bagaimana keadaanku saat ini, aku sangat butuh penjelasan dari hal-hal itu sampai diriku bisa melepaskan segala kesedihan ini dan bisa memaafkan perbuatan kejamnya. Tapi tampaknya, aku tidak lagi begitu bertenaga untuk mengganggunya untuk sekarang. Aku rindu pada kehangatan dan kedamaian masa lalu. Rasanya baru kemarin aku berbincang dan tertawa bersama keluargaku, tapi kini mereka semua telah pergi dari hidupku. Aku benci jika mengingatnya, karena kesedihanku tidak bisa tertahankan. Aku selalu ingin menjerit kencang saat mengingat semua tubuh anggota keluargaku tergeletak di lantai dengan darah yang menggenang begitu lebar. Mengapa Roselied sangat kejam pada keluargaku. Dia memang iblis! Tidak punya perasaan sama sekali. Yang dia pikirkan hanyalah perintah dari tuan sialannya itu, sama sekali tidak memikirkan perasaanku sedikit pun, dia tidak punya rasa empati bahkan pada gadis manusia sepertiku. Tapi mau bagaimana lagi, Roselied adalah iblis, dia terlahir demikian. Sepertinya dia memang tidak diberkati dengan sebuah empati seperti layaknya manusia. Aku tidak bisa menghakiminya, tapi aku ingin sekali membalas perbuatannya. Aku ingin membuatnya merasa sedih dan menderita sepertiku, agar dia bisa merasakan semua itu. Rasanya sangat sakit.  Dan sekarang, dia tampak tidak begitu peduli pada perasaanku, sungguh, dia benar-benar tidak peduli padaku. Apa yang ada dipikirannya, mengapa dia begitu acuh tak acuh pada perasaannku, bahkan dia belum mengucapkan permintaan maaf yang tulus sedikit pun, aku benar-benar muak padanya. Aku ingin menghajar wajahnya sampai babak belur. Tapi aku sudah tidak punya banyak tenaga untuk melakukannya. Mungkin aku harus mengisi tenaga terlebih dahulu sebelum aku benar-benar menghajar wajahnya karena  aku yakin, dia pasti bisa mengatasi hajaranku dengan sangat mudah, mengingat dia punya kekuatan sakti yang bahkan bisa membuat wujudnya bisa menghilang dalam sekejap mata.  Tapi jika dia melakukannya, aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan mencari cara agar dia bisa merasakan rasa sakitku. Apapun itu. Akan kulakukan, karena aku tidak sudi jika dia tidak mendapatkan balasan apa-apa setelah perbuatan jahatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD