Tahun 2147
Mother's Friend Orphans Foundation
Blue Circle Building
Hermes District
*
Seorang anak kecil berlarian dengan semangat menuju sebuah tempat yang disebut sebagai panti asuhan. Di tangannya terdapat sebuah mainan robot yang dibelikan oleh kedua orang tuanya.
Tentu saja banyak mata yang melihat ke arah anak itu, terlebih anak - anak seusianya yang tampak iri dengan mainan yang dipegang oleh anak lelaki itu.
Langkahan kakinya kecilnya terhenti saat ia berdiri di depan sebuah pintu bersama dengan 2 orang dewasa yang paling mengenal dirinya.
Satu wanita yang berdiri di samping kanannya tampak menolehkan pandangannya ke bawah lalu mengusap kepala wanita itu.
"Diego?" sapa wanita itu sembari melihat ke arahnya.
Anak kecil berusia 5 tahun bernama Diego itu sontak menolehkan pandangannya ke atas dan melihat ke arah wanita yang tersenyum seraya mengusap kepalanya.
"Aku bosan di mobil, Bun," ujar Diego seraya mengerucutkan bibir mungilnya membuat siapa pun gemas melihat tingkah anak berusia 5 tahun itu.
Orang dewasa lain yang berdiri di sisi kirinya pun turut menolehkan pandangannya saat mendengar suara anak lelaki yang paling dikenalinya. Pria itu menoleh ke arah bawah dan dengan wajah yang sedikit terkejut dia menatap ke arah anak lelaki itu.
"Diego sayang, kenapa turun dari mobil? Bukankah ayah sudah bilang untuk tetap di dalam mobil sembari menunggu? Ayah juga sudah pasangkan film kesukaanmu kan?" ujar pria yang rupanya adalah Ayah dari anak lelaki itu.
Diego menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau menonton film itu lagi. Aku mau di sini saja. Mau ikut bersama Ayah dan Bunda," ujar Diego.
Akhirnya pria yang tadi dipanggil Ayah oleh Diego pun mengalah.
Pria itu tampak mengeluarkan menaikkan satu lengan kanannya dan menatap aria yang melingkar pada pergelangannya. Jarinya tergerak menyentuh aria tersebut lalu menggeser berbagai gambar yang ada di sana.
Jarinya terhenti saat menemukan gambar sebuah mobil di layar. Dalam sekali usapan, pria itu melempar gambar yang semula berada di dalam jam nya menjadi berada di udara. Dalam satu sentuhan pria itu mematikan mesin mobil yang semula menyala lalu menguncinya.
"Sudah dikunci?" tanya wanita bernama Alice yang merupakan Ibu dari Diego.
"Sudah, sayang," jawab Hendery, Ayah dari Diego.
Mendengarnya, Alice pun tersenyum.
Pintu besi yang sedari tertutup akhirnya terbuka ke samping secara otomatis. Alice pun meraih tangan mungil Diego dan menuntun anak lelaki itu untuk masuk ke dalam bersama.
Saat mereka melewati pintu, sebuah hembusan air dalam partikel nano menyentuh tubuh mereka. Itu adalah cairan antiseptik yang sengaja disemprotkan dalam partikel nano untuk membunuh berbagai virus yang ada.
Setelah itu, Alice, Hendery beserta Diego melangkah masuk lebih dalam.
Di ujung, setelah mereka melewati ruangan antiseptik yang memang selalu di sediakan di setiap ruang di gedung itu, terdapat pintu lain yang akan menjadi pintu akhir mereka sebelum memasuki Mother's Friend Orphans Foundation itu.
Tepat sebelum memasuki pintu itu, Alice tampak berjongkok di hadapan Diego dan memberi sebuah pesan.
"Selama di dalam sana, kamu jangan melakukan sesuatu yang tidak perlu apalagi menarik perhatian orang lain, ya. Tetap bersama Ibu," ujar Alice pada Diego.
Diego menganggukan kepalanya mengerti lalu ia pun menggenggam erat sebuah mainan robot yang dipegang olehnya. Mendekapnya ke dalam pelukan tangan mungilnya.
Akhirnya mereka bertiga pun bersama - sama melangkahkan kaki melewati pintu akhir, masuk ke dalam kawasan Mother's Friend Orphans Foundation.
Srreeet !
Secara otomatis pintu kembali terbuka. Kini tubuh mereka sudah benar - benar steril untuk memasuki kawasan Mother's Friend Orphans Foundation tersebut.
Mata Diego langsung berbinar saat ia melihat para Vivian yang berlalu lalang menjadi ibu pengganti bagi para bayi serta anak - anak seusianya.
Satu tangan Diego diraih oleh Alice dan dituntun oleh Ibunya untuk berjalan melewati para Vivian yang tampak sibuk dengan bayi mereka. Hingga akhirnya langkahan kaki mereka berhenti di sebuah ruangan.
Hendery tampak menempelkan tangannya pada sebuah alat sensor yang mendeteksi sidik jarinya. Setelah itu, sebuah alat berbentuk pena muncul dan mengarahkan cahaya merah pada bola matanya.
Setelah identitasnya di konfirmasi, barulah pintu itu kembali terbuka.
"Selamat pagi, Tuan Hendery dan Nyonya Alice," sapa seorang wanita dengan pakaian formal lengkap dengan rambut yang diikat ke atas.
"Pagi Mauryn," sapa Alice dan Hendery bersamaan.
"Mari saya antar bertemu dengan Nona Clara di dalam," ujar Mauryn lalu melangkahkan kakinya melewati sebuah pintu yang lagi - lagi menggunakan sidik jari dan identifikasi retina mata sebagai sistem keamanan.
Pintu pun kembali terbuka. Kali ini mereka langsung melihat seorang wanita paruh baya yang sedang terduduk di atas meja kerjanya, berkutat dengan vesper di tangannya.
Menyadari ada orang lain yang masuk, Clara lantas menolehkan pandangannya dan meletakkan vesper yang tadi ada di tangannya.
"Selamat Pagi Nona Clara. Saya ingin menyampaikan jika Tuan Hendery dan Nyonya Alice sudah tiba," ujar Mauryn pada Clara.
Clara tersenyum menatap kepada 2 orang yang berdiri di hadapannya. Lalu matanya pun menangkap sosok anak lelaki yang memiliki perpaduan wajah seperti 2 orang dewasa itu.
"Kau pasti Diego, kan?" ujar Clara pada Diego.
Diego tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Setelah Clara mulai berbincang, akhirnya Mauryn selaku asisten pribadi wanita itu pun pamit undur diri.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Nona Clara," ujar Mauryn dan kemudian meninggalkan mereka.
Di Mother's Friend Orphans Foundation, memang terdiri dari beberapa ruang, meski sebenarnya tempat itu sendiri berada di sebuah Blue Circle Building yang terkenal akan tingkat keamanannya. Clara sendiri memiliki asisten pribadi bernama Mauryn yang tugasnya menjaga Clara selaku kepala dari Mother's Friend Orphans Foundation.
"Silakan duduk dulu. Mau minum teh?" ujar Clara pada 3 orang di hadapannya.
Diego, Hendery beserta Alice pun duduk di atas sebuah sofa yang tak jauh dari meja kerja Clara berada.
"Apakah ada s**u?" tanya Diego dengan wajah polosnya pada Clara.
"Tentu saja ada," ujar Clara.
Sebuah Osiris tampak mendekat ke arah mereka, lalu tepat di hadapan mereka. Osiris itu tampak mengeluarkan 2 gelas teh untuk Hendery dan Alice, sedangkan untuk Diego diberikan sebuah s**u coklat.
"Coklat!" pekik Diego saat melihat s**u coklat yang tersaji di hadapannya.
Lubang yang berada di tengah meja pun terbuka, lalu muncul berbagai makanan ringan dari dalam sana.
"Itu ada sedikit cemilan. Mungkin saja Diego mau," ujar Clara.
Clara yang tak bisa berjalan, lumpuh total, akhirnya menghampiri tempat para tamu nya berada dengan menggunakan kursi roda miliknya hanya dengan menggunakan pikiran dan gravitasi yang ada.
"Jadi, kalian akan memutuskan untuk memberi bantuan lagi ke Mother's Friend Orphans Foundation?" tanya Clara sesaat setelah tiba di hadapan Hendery dan Alice.
"Kebetulan saja kami ada sedikit rezeki dan ingin kami sumbangkan ke Mother's Friend Orphans Foundation. Apa bisa?" ujar Hendery seraya meletakkan gelasnya ke atas meja.
"Tentu saja bisa. Aku akan menjadwalkan acara kalian mungkin lusa. Bagaimana?" tanya Clara pada Hendery dan Alice.
Alice saling menatap satu sama lain dengan Hendery lalu menganggukan. kepala mereka.
"Bisa, Clara," ujar Hendery.
"Aku sangat senang sekali karena memiliki donatur tetap dan murah hati seperti kalian. Mungkin karena kemurahan hati kalian juga, kalian memiliki anak emas seperti Diego," ujar Clara seraya menatap ke arah Diego.
"Tidak perlu berlebihan Clara. Tapi memang benar, kami merasa Diego adalah anugerah terbesar yang kami miliki," ujar Alice lalu menatap ke arah Diego yang duduk di samping Hendery.
Clara tampak menaikkan satu lengannya dan menyentuh layar aria yang melingkar di tangannya.
Matanya langsung terfokus pada sebuah layar monitor transparan dari aria miliknya. Lalu sesaat kemudian, Clara pun kembali menutup pop up layar aria tersebut dan menatap Hendery.
"Sudah aku jadwalkan. Lusa kalian tinggal datang saja," ujar Clara memberitahu pada Hendery.
"Terima kasih banyak Clara," ujar Hendery.
"Jangan berkata seperti itu. Seharusnya aku yang mengucapkan terima kasih pada kalian," ujar Clara.
Sedangkan Diego yang masih berusia 5 tahun hanya ikut tersenyum dan memberikan wajah manisnya walau sebenarnya ia tak mengerti apa pun.
Hendery dan Alice adalah donatur resmi dan paling sering mengunjungi Mother's Friend Orphans Foundation. Mereka berdua adalah pengusaha besar di Sektor Selatan. Banyak orang - orang yang sudah tahu akan kemurahan hati pasangan itu.
Bahkan saat kelahiran Diego pun, orang - orang langsung berspekulasi bahwa anaknya akan menjadi sosok yang paling dicintai banyak orang.
"Kalau begitu kami permisi dulu. Aku seperti harus kembali ke Stanley karena ada beberapa hal yang ingin aku kerjakan lagi. Sekaligus akan mempersiapkan donasi yang akan kami berikan lusa," ujar Hendery.
"Secepat itu?" tanya Clara.
"Maaf, tapi lusa kita pasti akan bertemu lagi," ujar Alice seraya melempar senyum pada wanita itu.
Clara pun membalas senyuman Alice.
"Ayo sayang, kita pulang dulu," ajak Alice pada anak semata wayangnya itu.
Diego yang pintar pun menuruti ucapan kedua orang tuanya itu.
Akhirnya mereka sama - sama meninggalkan ruangan Clara.
Sama terkejutnya seperti Clara, Mauryn pun langsung berdiri saat melihat mereka yang sudah keluar dari ruangan Clara.
"Sudah akan kembali lagi, Tuan?" tanya Mauryn pada Hendery.
"Iya, lusa kita akan datang lagi untuk acara donatur," jawab Hendery.
"Kami pulang dulu ya, Mauryn," sahut Alice.
Mauryn pun tersenyum lalu satu tangannya menekan tombol untuk membukakan pintu itu. Setelah kepergian Alice dan Hendery, wanita itu pun terfokus pada vesper miliknya dan menyelesaikan berbagai tugas miliknya.
Sementara itu, Diego yang kembali memasuki ruangan dimana para Vivian berlalu lalang tampak terkesima. Namun matanya tertuju pada seorang anak lelaki seusianya yang justru terdiam di sudut ruangan tanpa Vivian yang mendampinginya.
Diego yang melihat itu langsung melancarkan aksi cerdiknya. Anak itu sontak melepas genggaman tangan Hendery padanya, membuat lelaki itu langsung menoleh kepada Diego.
"Diego?" panggil Hendery saat menyadari Diego yang justru berlari meninggalkan mereka.
Menyadari Diego yang tiba - tiba pergi, Alice langsung menyusul mengikuti langkahan kaki mungil Diego melewati para Vivian itu. Hingga akhirnya mereka terhenti di sudut ruangan.
"Kenapa kau sendirian?" tanya Diego pada anak lelaki itu.
Anak lelaki itu menoleh menatap Diego, namun tak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anak kecil di hadapannya.
"Dimana Vivianmu?" tanya Diego lagi.
Namun kali ini anak lelaki itu menatap ke arah lain. Ke sosok robot wanita yang baru saja tiba dari balik Alice dan Hendery.
"Permisi," ujar Vivian yang berdiri di belakang Hendery dan Alice.
Hendery dan Alice tersentak saat mendengar suara seorang wanita dari belakang mereka. Mereka pun langsung menggeser dan melihat siapa yang baru saja berbicara.
"Vivian bisa berbicara?" tanya Hendery pada Alice saat menyadari jika Vivian yang mengasuh anak lelaki itu bisa berbicara.
Alice menggelengkan kepalanya, "Setahuku tidak."
Vivian itu berjalan ke arah anak lelaki yang dihampiri oleh Diego. Lalu tampak memberikan sesuatu pada anak lelaki itu.
"Halo Easton. Ini adalah cokelat yang kamu minta," ujar Vivian seraya memberikan sebatang cokelat pada anak itu.
Anak kecil bernama Easton itu langsung tersenyum semangat. Ia buru - buru mengambil cokelat yang diberikan padanya dan melahapnya.
Matanya menangkap raut wajah Diego yang tampak menginginkan makanan itu. Tanpa ragu, Easton memotong cokelat itu menjadi dua bagian dan 1 bagiannya ia berikan pada Diego.
"Untukmu," ujar Easton seraya memberikan potongan cokelat pada Diego.
Diego pun dengan senang hati menerima pemberian tersebut.
Hendery dan Alice menyadari ada yang berbeda dari Vivian milik Easton. Terlebih jika kebanyakan Vivian hanya berwarna putih, namun lain hal nya dengan Vivian milik Easton.
Vivian milik Easton berawarna cream dan bahkan dapat berbicara. Ujung tangannya memiliki jari dan memiliki sepasang kaki selayaknya manusia. Bahkan Vivian milik Easton juga memakai pakaian selayaknya manusia. Mungkin jika Vivian milik anak lelaki itu mengenakan sebuah wig, akan banyak orang yang terkecoh.
"Ini Vivianmu?" tanya Hendery pada Easton yang penasaran dengan Vivian mili Easton.
Easton yang sedang makan cokelat pun berhenti lalu mengangguk.
"Easton memang berbeda dari anak lainnya. Dia memiliki kemampuan di atas rata - rata," ujar Clara yang tiba - tiba saja muncul dari belakang Hendery dan Alice.
Alice dan Hendery pun menolehkan kepalanya, sempat terkejut saat melihat Clara yang datang dengan kursi rodanya.
"Sebenarnya aku sempat khawatir saat anak berusia 5 tahun ingin membongkar sebuah Vivian dan mereset ulang sesuai keinginannya. Tapi aku terkejut saat melihat hasil karya Easton. Vivian miliknya berbeda dan bahkan sekilas akan nampak seperti manusia biasanya," ujar Clara menjelaskan apa yang terjadi pada Vivian milik Easton.
Easton tak mengindahkan ucapan Clara. Anak lelaki itu justru sibuk dengan cokelat miliknya.
"Dia merancang ulang Vivian miliknya sendiri?" tanya Alice pada Clara.
"Benar. Dia merancangnya sendiri," jawab Clara.
Hendery dan Alice yang mendengar itu langsung terkesima.
Mereka terhanyut pada pemandangan di depan mereka. Di mana Diego yang secara tiba - tiba akrab dengan Easton dan Easton pun perlahan mulai merespon keberadaan Diego.