Menjelang Wisuda

2601 Words
Airsya P.O.V Detik berganti menit, menit berganti jam, Jam berganti hari, hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tanpa sadar kegiatan kelas XII sudah mulai padat dari Try Out sampai pendalaman materi. Karna aku, Emil berbeda bidang study dengan Aul dan Jesi alhasil kami selalu bersama di bimbing oleh Ibu Desy dan Ibu Ellih. Sedangkan Aul di bimbing Bu Arianti dan Pa Septanda. Kalau Jesi dibimbing Pa Pandu dan Bu Yulita. “Sya? Lo tadi sempet catet yang Hak VOC kan? Gw ketinggal dua poin nih.” Kata Emil. “Iya gw catet. Cari aja yang gw kasih tanda warna hijau neon.” Kata ku. Aku dan Emil sedang berada di depan kelas menunggu Aul dan Jesi yang masih pendalaman materi. “Sya? Kita latihan nya kapan deh buat wisuda nanti?” tanya Emil. “Ga tau, Mil. Ga mood gw.” Kata ku ketika mengingat siapa pasangan ku nanti. Aku akan berpasangan dengan Maul! “Yah kan kata lo harus bersikap profesional. Please deh ini tuh cuman demi wisuda doang, Sya.” Kata Emil yang ku jawab anggukan. “Nanti mau jooging ga nih? Kan kita udah lama ga jooging.” Ajak Emil yang membuat ku semangat. “Ayo!!” Ucap ku setuju. “Hai guys!!” sapa Jesi yang baru keluar kelas pendalaman materi nya. “Hola! Gimana PM lo?” tanya Emil. “Aman! Seaman cinta ku pada nya.” Kata Jesi. “Jiah dia bucin!!!” kata ku tepuk jidat. “Mil? Sya? Nanti kalian latihan ya.” Kata Jesi yang ku jawab anggukan walau harus sambil mendengus kesal.   Skip saat latihan   “Sya? Nanti kan di antara lo sama Maul ada bu kepsek jadinya mendingan senyum dikit biar cantik. Jangan di tekuk muka nya.” Kata Jesi yang tau aku kesal karna latihan bersama mantan yang harus nya di buang di tong sampah. “Ayo sekali lagi latihannya. Sya? Biasanya lo kan bisa jalan kayak model. Ini kenapa kaku sih?” tanya Aul. “Coba sini deh lo jadi gw jalan sama Leo. Pasti kayak gw juga rasanya.” Kata ku kesal. “Apa lo bawa-bawa gw?!” kata Leo kesal. “Ga.” Kata ku singkat. “Sya? Sekali ini aja singkirin masalah kita dulu.” Kata Maul yang ku jawab anggukan. “Ok yuk dari ulang!” kata Aul yang ku jawab anggukan. Aku dan Maul kembali ke posisi awal dan berdiri layaknya pasangan yang sedang mengawal Bu Kepsek. Aku mencoba tersenyum dan seolah-olah di sekitarku ada banyak orang. “Good!!” kata Jesi. “Okay sekarang, Ul? Le? Kalian kan sesama pembaca puisi nih jadinya kalian nanti naik ke panggungnya barengan. Kalo bisa sih ciptain puisi dan pidato yang kayak kalian bikin seolah-olah percakapan. Jadi ga ngebosenin.” Kata Jesi yang di jawab anggukan. “Sekarang kalian latihan. Leo? Nanti lo kalau di suruh maju, lo ke Aul dan ngajak dia ke atas panggung.” Kata Jesi yang dijawab anggukan Leo. “Sya? Nanti kan ada sesi sungkeman nih. Nanti gw mau setelah kalian sungkem, Maul langsung hormat layaknya seorang tentara ke Bu Kepsek dan lo salaman. Dan nanti kalian akan begitu sambil menghadap ke tamu undangan.” Kata Jesi yang ku jawab anggukan. “Okay sekarang kita coba latihan full acara!” kata Emil yang kami jawab anggukan. Dan beginilah hari yang ku jalani. Sejak Maul di tetapkan menjadi pasangan ku nanti saat wisuda, sekolah pun heboh karna mereka mempertanyakan aku yang kok mau sih sama Maul? But aku memilih diam dan tersenyum aja. “Sya? Nanti kita coba ya jalan pakai high heels dan baju nya bahkan mungkin kalo bisa sih sama aksesoris nya biar ga kaget nanti pas hari H.” kata Jesi yang ku jawab anggukan.   “Sya? Nanti lo pakai baju warna hitam kan?” tanya Maul yang ku jawab anggukan. “Ok. Nanti biar kompak.” Kata Maul yang ku jawab anggukan. “Terserah.” Jawab ku singkat. “Udah siang nih. Kita balik aja yuk!” Ajak Jesi yang ku setujui. “Nanti sore kita jooging jadinya kita nanti sampai kontrakan langsung latihan.” Kata ku yang dijawab anggukan Jesi. “Yaudah yuk langsung balik aja? Le, nanti bilang ya mau gimana pidato sama puisi nya.” Kata Aul yang Leo jawab senyuman. “Iya sayang.” Kata Leo yang membuat Aul blushing. “Mil? Lo baju nya warna apa?” tanya Rey. “Warna Biru Navy.” Kata Emil. “Adat?” tanya Rey. “Riasannya Jawa Tengah tapi lebih ke DI Yogyakarta.” Kata Emil. “Okay deh.” Kata Rey. “Yaudah yuk balik!” ajak Jesi yang ku jawab anggukan. Kami pun pulang ke kontrakan.   Skip   Kami sampai di kontrakan dengan keringat yang mengucur di dahi kami. Hari ini jalanan sangat panas. “Sya? Yuk latihan!” ajak Jesi. Akupun menganggukan kepala dan berdiri. “Guys yuk latihan!” ajak ku. Aku langsung berjalan ke kamar dan mengambil kebaya ku yang sudah jadi beberapa hari lalu. Akupun mandi dulu agar keringat ku tidak menempel di kebaya setelah itu baru deh aku pakai. Aku juga mencoba memakai aksesoris ku seperti cundhuk mentul, rangkaian bunga melati, dan rambut ku yang ku sanggul. “Sya? Bantuin gw dong bikin sanggul!” Kata Emil yang ku jawab anggukan. Sahabat ku itu masih sibuk dengan rambut nya yang mau di sanggul. “Sini gw bantu. Sanggul Jogja sama Solo beda.” Kata ku seraya menata rambut Emil. Akupun memakaikan rangkaian bunga melati di rambut nya. “Sya? Lo ga pake riasan Paes nya?” tanya Emil. “Nanti aja biar nanti surprise. Lo juga nanti pake karna kan jogja juga ada riasan Paes nya.” Kata ku. “Iya, Sya. Nanti lo yang riasin ya.” Kata Emil yang ku jawab anggukan. “By the way, cundhuk mentul yang lo pakai nanti berapa deh?” tanya Emil. “Gw mah cuman 5.” Kata ku. “Kalo gw bagus nya berapa Sya?” tanya Emil. “Lo mah coba deh 3 aja karna kan sanggul yang lo pake nanti lebih kecil di banding sanggul gw.” Kata ku yang dijawab anggukan Emil. Setelah selesai, kami sama-sama jalan ke ruang tamu dan melihat Jesi yang sudah siap dengan kebaya dan riasnnya yang sederhana begitu juga dengan Aul. Mereka memakai satu cundhuk mentul di atas sanggul nya. “Ayo kita latihan sekarang. Mil? Sya? Kalian kan pengantin jadi nanti kalian yang ribet jalannya pasti pelan-pelan.” Kata Jesi yang ku jawab anggukan. Aku langsung berdiri di depan pintu dan berjalan agar tidak terlihat kaku. Sya? Kok sanggul lo sama Emil beda?” tanya Jesi. “Karna paes yang di pakai Emil kan nanti Paes Ageng Jogja beda sama gw yang Paes Solo Putri.” Kata ku yang dijawab anggukan Jesi. “Yaudah deh nanti mau manggil perias atau rias sendiri?” tanya Jesi. “Gw kayaknya butuh bantuan deh buat bikin hiasan di dahi gw sama Emil. Jadi panggil aja.” Kata ku yang membuat Emil tersenyum. “Yaudah yuk latihan lagi!” ajak Emil. Kamipun latihan sampai matahari tenggelam di ufuk barat.   “Gila guys ga kerasa bentar lagi kita lulus. Lusa kita mulai UN. Semangat guys!” kata Aul yang membuat ku tersenyum. “Nanti H-2 wisuda kan orang tua kita nginep di hotel yang sama guys. Nanti setelah wisuda berenang bareng kuy!” ajak Jesi yang membuat ku tersenyum. “Dah lah yuk lanjut belajar!” ajak ku. Kamipun belajar sampai terdengar suara ketukan pintu rumah kami. Akupun membuka pintu dan melihat seseorang yang ku kenali. “Mas Adrian?” ucap ku memastikan. Kalo salah kan malu-maluin. “Masih ingat ternyata. Saya kirain lupa sama saya.” Kata nya seraya tersenyum. Aku langsung tersenyum. “Silakan masuk mas.” Ajak ku yang dijawab gelengan. “Jangan. Kan kontrakan kamu isi nya perempuan semua. Ga bagus kalo saya masuk. Mendingan saya tunggu disini.” Kata nya yang ku jawab anggukan. “Ya sudah mas duduk aja di kursi itu nanti saya balik. Saya bikinin minuman dulu.” Kata ku seraya berjalan ke arah dapur. “Siapa, Sya?” tanya Emil melirik ke depan. “Adrian. Temennya Ka Bimo. Inget kan? Yang muka nya jutek banget.” Kata ku yang membuat ketiga sahabat ku tertawa seraya menganggukan kepala.   Aku langsung membuat secangkir teh manis hangat dan ku letakan di meja teras. “Minum dulu mas.” Kata ku seraya duduk di depannya. “Jadi ngerepotin kan.” Kata nya seraya mengambil cangkir teh. “Ada apa ya mas?” tanya ku. “Begini, Sya. Kan sekolah kamu mengundang saya datang ke acara wisuda kamu nanti jadi saya mau tau apa saya boleh datang kesana?” tanya nya yang membuat ku tertawa. “Hahahaha! Mas, kan yang undang mas tuh pihak sekolah kenapa jadi izin ke Airsya? Ada-ada aja deh.” Kata ku seraya tertawa. “Hehehehe iya juga ya. Yaudah nanti saya datang.” Kata Mas Adrian yang ku jawab anggukan. “Sya? Saya mau minta nomor WA kamu boleh ga?” tanya nya yang ku jawab anggukan. “0858 XXXX XXXX.” Ucap ku yang dia jawab anggukan. “Kalau nanti saya jemput kamu dan kita berangkat ke wisuda bareng apa boleh?” tanya Mas Adrian. “Begini, mas. Nanti disana juga ada orang tua Airsya dan Airsya dari sini nanti sama sahabat Airsya. Jadi maaf ya mas.” Kata ku seraya menunduk. “Iya gapapa kok tenang aja.” Kata nya yang membuat ku tersenyum. Aku dan Mas Adrian langsung mengobrol sampai tanpa terasa sudah jam 10 malam. “Sudah malam, saya pulang dulu ya. Semua nya saya pulang! Assalamualaikum!” pamit nya yang ku jawab anggukan seraya tersenyum. “Wa’alaikumsalam!” ucap ku seraya tersenyum. Dia mulai menyalakan motornya dan langsung pergi. Memang ini bukan kedua kalinya Mas Adrian main ke rumah ku. Tapi ini pertama kalinya kami bertukar nomor WA. Dan akupun bingung kenapa beberapa bulan ini, aku selalu berseri ketika dia datang ke rumah. Bahkan kami sering mengobrol lewat DM Ig.   Aku membereskan cangkir teh yang tadi dia minum lalu ku bawa untuk ku cuci. “Sya? Dia ngapain kesini? Apa ada ka Bimo juga?” tanya Aul yang ku jawab gelengan. “Dia tadi bilang kalo dia dapet undangan buat dateng ke wisuda dari pihak sekolah. Kocak nya tuh orang malah izin ke gw buat dateng. Kan ngakak!” kata ku seraya tertawa. “Lo kayaknya suka ya sama dia?” tanya Emil yang ku jawab gelengan. “Gw sama dia sebatas temen. Lagian dia orangnya asik juga ga kayak pertama kali ketemu yang judes nya naujubillah.” Kata ku. “Jesi mana dah, Ul?” tanya ku seraya memperhatikan kalau salah satu sahabat ku ga ada di ruang tamu. “Dia di kamar kata nya mau fokus chatan sama orang.” Kata Emil yang ku jawab anggukan aja. “Guys!!!!” panggil Jesi seraya berlari ke arah ku dan memeluk ku. “Sya! He’s back!! I know he’s back!!” kata Jesi seraya memeluk ku. “Siapa woy?!” tanya ku. “Rangga, Sya! He’s back!!!” Kata Jesi seraya memeluk ku dan menangis. “Rangga siapa anjir!!” kata ku bingung. “Rangga Laleno. Rangga yang selama ini gw tunggu balik, Sya!” kata Jesi masih menangis. Aku langsung teringat cerita Jesi yang memiliki cinta pertama di Manado tapi terhalang karna orang yang dia cinta harus menempuh pendidikan. “Rangga yang cinta pertama lo? Are you serious?” tanya ku yang dijawab anggukan Jesi. “Besok dia dateng sama orang tua gw.” Kata Jesi yang ku jawab anggukan. “Dia udah kerja dong sekarang?” tanya ku yang di jawab anggukan. “Iya bener. Dan sekarang dia di Batalyon yang di Jatijajar. Gila!! Seneng gw akhirnya dia balik ke gw.” Kata Jesi yang membuat kami tertawa. “Gw sumpahin dia ada cewek biar lo nangis bombay lagi hahahahahaha nanti ngomong nya, ‘Sya He’s gone!’ sambil nangis.” Kata Emil yang membuat Jesi memonyongkan bibir nya. “Hahahahaha bener banget tuh, Mil!!” kata Aul seraya tertawa ngakak. Aku hanya tersenyum melihat raut muka Jesi.   “Berarti nanti kan Aul sama Emil ketemu doi pas nanti di wisuda. Jesi doi nya dateng sama keluarga nya. Gw sama siapa?” tanya ku memasang muka melas. “Sama Adrian lah kan dia dateng sendiri.” Kata Emil yang ku jawab gelengan. “Gila lo. Ya kali gw dateng sama dia.” Kata ku seraya menggelengkan kepala. “Ya gapapa siapa tau nanti dia ngasih lo buket bunga.” kata Aul yang ku jawab anggukan. “Iya aja dah.” Kata ku. Aku tersenyum melihat kebahagiaan ketiga sahabat ku. Aku melihat ponsel ku menyala dan memperlihatkan foto ayah. Aku mengambil ponsel ku dan mengangkat panggilan ayah. “Hallo, assalamualaikum ayah!” sapa ku. “Wa’alaikumsalam, ndok. Gimana pelajaran kamu disana? Lusa udah UN kan? Belajar yang benar ya, ndok.” Kata ayah yang membuat ku tersenyum. “Iya, ayah. Gimana kabar keluarga di Solo?” tanya ku. “Alhamdulillah baik, ndok. Ada satu berita nih yang mungkin bikin kamu seneng.” Kata ayah yang membuat ku penasaran. “Apa, yah?” tanya ku. “Mbak Lia hamil, Sya.” Kata ayah yang membuat ku senang. “Aaaaaaa!!!!! Seriusan ayah?! Ayah ga bohong kan? Alhamdulillah puji syukur ya allah Airsya di kasih keponakan lagi.” Kata ku girang. “Iya, ndok. Alhamdulillah.” Kata ayah. “Mas? Sopo iku?” Aku mendengar suara mama. “Mama!! Ini Airsya!!” sapa ku heboh. “Ya ampun ndok kapan toh kamu mau bali ke Solo? Mama kangen kamu.” Kata mama ku. “Sama, ma. Airsya juga kangen mama. Lusa Airsya udah UN dan kemungkinan bulan depan Airsya wisuda nanti keluarga akan dateng kan?” tanya ku. “Iya ndok. Tapi kalo Mbak Lia ga bisa dateng kan dia hamil. Mas Yus juga ga bisa dateng karna dia mau ke Manado sama Mbak Chika. Palingan cuman ayah, mama, Mas Clay, dan Mbak Tania yang datang. Rapopo toh ndok?” tanya ayah. “Iya, yah. Ga apa-apa kok.” Kata ku seraya tersenyum. “Kamu lagi apa?” tanya mama. “Abis belajar nih, ma.” Kata ku. “Oalah, yowes mama sama ayah udahin dulu ya ndok. Kamu fokus ya belajar nya. Nanti kamu lulus, mama sama ayah punya kejutan.” Kata mama yang membuat ku tersenyum. “Ok deh Airsya bakalan secepatnya pulang ke Solo.” Kata ku seraya tersenyum dan mematikan sambungan telfon. “Sya? Orang tua lo mau ngasih lo kejutan apaan?” tanya Jesi. “Ga tau dah Jes.” Jawab ku. “Namanya juga kejutan pasti rahasia.” Kata Emil yang kami jawab anggukan seraya tersenyum. “Yaudah yuk tidur!” ajak Emil yang kami jawab anggukan lagi. “Sya? Besok kta ga ada yang paket lemon kan? Kan uang kontrakan udah lunas, uang wisuda udah lunas. Jadi apa kita masih perlu jualan atau gimana nih?” tanya Jesi. “Jualan aja, Jes. Nanti jadi nya uang nya kita bagi 4. Untuk barang nya si Catyln, dkk kita jual aja dari sekarang. Nanti uangnya kita bagi empat dan kita kirim ke rekening nya si Nabila, Adis, Windi, Catlyn. Nomor rekeningnya masih ada di hp gw.” Kata ku yang dijawab anggukan ketiga sahabat ku. “Padahal mereka udah ninggalin kita lho. Lo tetep aja baik ke mereka. Dasar ga tau diri.” Kata Jesi sinis. “Hust! Udah ga boleh begitu. Ini juga karna kesalahpahaman doang kan mereka pergi.” Kata ku yang dijawab anggukan mereka. “Yaudah yuk molor! Dari tadi ga jadi mulu.” Ajak Aul yang membuat ku tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD