Bukti pengkhianatan, 1

1072 Words
Bukti pengkhianatan (1) Keesokan harinya. Cahaya matahari pun masuk dari celah-celah jendela yang tanpa sengaja mengenai wajah seorang wanita yang masih saja memejamkan matanya sambil memeluk erat putranya. Wanita itu adalah Meisya. Meisya langsung membuka matanya secara perlahan dan saat melihat kearah jam dinding, Meisya pun merasa sangat terkejut. "Oh tidak! Kenapa aku bisa bangun kesiangan seperti ini!" teriak Meisya. Dia pun langsung melepaskan putranya yang saat ini sedak dalam pelukannya dan dia pun segera bangun dari tempat tidurnya dan berlari keluar dari kamar putranya, secepatnya. Meisya pun langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Namun, saat Meisya baru saja menyalakan kompornya. Meisya baru ingat jika suaminya belum pulang sejak tadi malam. "Oh iya. Aku lupa! Mas Arya kan belum pulang sejak tadi malam, hhhmm … menginap dimana ya dia tadi malam?! Apakah dia baik-baik saja? Atau mungkin …," Meisya menghentikan ucapannya dan dia langsung menggelengkan kepalanya karena dia berusaha menghilangkan semua pikiran-pikiran buruk tentang suaminya. "Tidak! Tidak mungkin! Tidak mungkin terjadi sesuatu yang buruk dsngannya. Dia pasti baik-baik saja! Ya … dia pasti baik-baik saja!" ucap Meisya. Dia pun berusaha untuk berpikiran positif dan berharap jika Arya akan baik-baik saja, ya! Walaupun dirinya merasa sangat penasaran dan juga perasaan nya juga bercampur dengan rasa khawatir karena, dia takut terjadi hal buruk dengan suaminya. Meisya pun mengurungkan niatnya untuk membuat sarapan. Dia pun mencuci piring, mencuci baju dan membersihkan rumah, seperti setiap hari dia lakukan selama ini. Saat Meisya sedang sibuk membersihkan rumahnya. Terdengar suara mobil Arya pun datang. Meisya pun langsung tersenyum cerah dan meninggalkan kain pel yang sedang berada didalam genggamannya, lalu secepatnya Meisya datang menghampiri Arya untuk menyambut kepulangannya. Meisya pun melihat Arya yang sedang berjalan masuk dan saat itu juga, Meisya langsung memeluknya. "Mas, akhirnya kamu pulang juga. Kamu kemana saja semalaman, aku merasa sangat khawatir. Aku takut jika ada hal buruk terjadi dengan kamu mas," ucap Meisya. Dia tersenyum dan hendak menyentuh pipi Arya, namun Arya langsung menepisnya. Dia begitu dingin dan tatapannya kepada Meisya sudah terlihat jika dia tidak ada cinta lagi untuknya. Arya pun bersikap acuh dan dengan nada dingin, dia pun berkata, "Aku baik-baik saja. Sekarang aku sangat lelah dan jangan ganggu aku hingga sore nanti," ucap Arya. Dia pun melepaskan dirinya dari pelukan Meisya dan langsung meninggalkannya begitu saja.. Arya pun pergi meninggalkan Meisya yang masih berdiri kaku, dia merasa sangat aneh dengan sikap suaminya yang semakin hari, semakin sulit untuk dia mengerti. Meisya benar -benar tidak mengerti, kenapa suaminya bisa seperti itu. Meisya menoleh dan melihat punggung suaminya yang semakin terlihat jauh dari pandangannya. Sama seperti sikapnya yang semakin sulit untuk dia kenali lagi. Saat Arya baru sampai diatas tangga, Arya pun menoleh dan melihat kearah Meisya. "Satu lagi, tolong jangan sampai Abian menangis atau berteriak. Aku tidak suka dengan suara gaduhnya. Kamu mengerti kan maksudku, Meisya?!" ucap Arya. Dia berkata dengan suara tegasnya. Meisya mengerti dan dia pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan berusaha agar Abian tidak mengganggu istirahat kamu. Oh ya mas, kamu sudah sarapan atau belum?" Tanya Meisya. Dia masih saja mencoba untuk memberi perhatian untuk suaminya. Arya hanya menghela nafas pendek dan menjawab, "Belum. Kamu siapkan sarapan untukku dan antarkan ke kamar ya! Malam ini sungguh sangat melelahkan, aku harus banyak istirahat hari ini," ucap Arya. Dia memalingkan wajahnya dan tersenyum sendiri. Dia mengingat kejadian tadi malam. Kejadian yang membuatnya hanyut dalam dunia fantasi cinta yang indah bersama Juwita. Baginya, hanya Juwita lah yang bisa memuaskannya dan wanita didepannya saat ini, tidak bisa menarik minatnya sama sekali dan di mata Arya saat ini. Meisya hanyalah seperti pembantu rumah tangga yang bisa membantunya dalam mengurus rumah dan juga putranya. Hanya itulah yang ada dimatanya saat ini. Setelah bicara. Arya pun masuk kedalam kamarnya dan dia merasa sangat malas untuknya jika harus melihat wajah Meisya dan penampilan lusuhnya itu. Bahkan yang ada di pikiran Arya saat ini, dia memikirkan Juwita kembali dan ingin rasanya Juwita selalu ada bersamanya. Arya pun terus tersenyum sendiri dan setelah dia masuk ke dalam kamarnya. Arya tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak bisa menghubungi Juwita. Arya pun bertukar pesan dengannya dan tanpa dia sadari, Arya pun ketiduran dalam posisi ponselnya masih menyala. Dari luar, Meisya yang baru saja selesai membuat sarapan untuk Arya pun berjalan menuju kamarnya. Namun, karena putranya sudah bangun dari tidurnya. Meisya harus menanganinya terlebih dahulu. Setelah selesai semuanya, Meisya pun meninggalkan putranya sebentar dan pergi menemui Arya yang pastinya sedang menunggu sarapan yang akan dia antarkan. "Abi, mama mau menemui papa dulu ya! Kamu tunggu disini sebentar, tidak apa-apa kan kalau Abi mama tinggal disini sebentar?" Ucap Meisya. Dia mengusap lembut rambut putranya. Abian pun tersenyum dan dia pun menganggukkan kepalanya. "Iya mama, Abi menunggu mama disini!" Jawab Abian dengan suaranya yang sangat lucu dan senyumannya yang juga sangat menggemaskan. Meisya pun tersenyum dan dia pun mengambil sarapan itu yang sudah dia siapkan diatas nampan dan membawanya kembali menuju kamar dimana Arya yang sedang menunggunya disana. Krekkk' … Suara pintu pun terbuka. Meisya pun masuk dan meletakkan sarapannya diatas meja yang kebetulan letaknya berada tidak jauh dari tempat tidur itu. Setelah meletakkannya. Meisya pun melihat jika Arya sedang menutup matanya dan pakaiannya terlihat sangat berantakan. Meisya pun tersenyum dan berjalan mendekatinya, lalu Meisya pun duduk disebelahnya, karena Meisya ingin merapihkan pakaian Arya yang terlihat sangat berantakan. "Mas, kamu kenapa jadi seperti ini sih? Bahkan kamu bisa tertidur saat …," Meisya menghentikan ucapannya. Karena dia menemukan sesuatu, sesuatu yang membuat Meisya merasa terkejut. Saat Meisya duduk tepat disebelah Arya. Meisya melihat ada banyak tanda cinta yang sudah berwarna merah keunguan tertinggal di lehernya dan juga di dadanya saat ini. Meisya langsung merasa sangat terkejut saat melihat itu semua. Apalagi dari aroma tubuhya Arya, tercium bau parfum yang cukup kuat. Bau parfum wanita yang benar-benar melekat di tubuhnya. Tangan Meisya pun bergetar saat itu juga dan dia langsung menarik tangannya yang hendak merapihkan pakaian Arya, karena Meisya benar-benar merasa gemetar diseluruh tubuhnya "A ... Ada apa ini? Kenapa mas Arya seperti ini? Apa mungkin tadi malam dia bersama wanita lain?" Gumam Meisya yang mulai merasa curiga dengan Arya tapi dia masih saja berusaha untuk berpkiran positif terhadap suaminya itu. Saat Meisya yang sibuk dengan pikirannya yang kini sedang bertarung Antara prasangka baik dan prasangka buruknya. Tiba-tiba, ponsel Arya pun berbunyi. Meisya pun merasa terkejut dan entah kenapa, batinnya membimbingnya untuk melihat ponsel itu. Meisya pun meraihnya dan melihat nama ID si pengirim pesan itu yang bertuliskan 'Sayang'.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD