Chapter 13

1291 Words
Reina sedang berjalan menuju kearah parkiran dimana Davin sudah menunggunya disana. Setelah acara Ara yang memarahi Reina seperti seorang ibu yang tengah marah kepada anaknya. Reina memilih diam saja karena dia juga yang salah disini. Dia juga sudah meminta maaf kepada Ara dan Gilsya yang sudah mengkhawatirkanya. Ara dan Gilsya pun dengan senang hati memaafkan. Reina hampir sampai di parkiran. Namun, matanya memicing kearah seorang cowok yang tengah bersender di sebelah motornya dengan tangan kiri yang dia masukan kedalam saku celana abu-abunya. Dia Davin, namun Reina keheranan saat menyadari siapa cowok yang tengah berbicara dengan Davin. Dari tas berwana hitam dengan logo bintang di bagian tengahnya, yang di panggul di pundak sebelah kiri. dia mengenali sosok itu. Dia adalah Beni abangnya. Reina menghentikan langkahnya dia keheranan melihat pemandangan di depanya. Nampaknya Beni tengah berbicara serius kepada Davin, terlihat dari ekspresi Davin yang tengah serius mendengarkan apa yang di bicarakan Beni. Davin tersenyum tipis kearah Beni. Dan cowok itu pun menepuk bahu Davin berkali-kali sebelum dia pergi meninggalkan Davin sendiri disana. Reina segera melangkahkan kakinya cepat. Dia penasaran apa yang dibuat abangnya pada Davin. Davin melihat kearah datangnya Reina, dia tersenyum tipis. Namun masih bisa dilihat oleh gadis itu. "Abang gue kenapa nemuin lo?" tanyanya setelah sampai di depan Davin. Davin menegakkan badanya dan menatap Reina lekat. Kedua tangannya dia masukan kedalam saku celana abu-abunya. Davin tersenyum tipis melihat wajah Reina yang kebingungan. "Suruh jagain lo," jawab Davin enteng. Reina mengernyitkan dahinya, "Hahhh?" "blo'on" ucap Davin sambil mengacak rambut Reina. "Ihhh Davin jawab!" rengek Reina. Davin hanya tersenyum simpul. "Ayo pulang, lo harus privatin gue. besok gue ulangan," lapornya pada Reina dan menyodorkan helm pada gadis itu. Reina melihat helm yang di bawa cowok itu, "Tumben lo ngasih gue helm biasanya juga lo nggak sayang tuh sama nyawa gue," Ucapnya ketus. Davin mendengus sebal. "Gue beliin buat lo, karena gue tau habis ini lo bakal sering pulang bareng gue." Reina menerima helm bergambar panda yang tengah melotot di bagian belakang, "Idih baik banget sihh," ucap Reina dengan nada yang dibuat-buat. Alay. "Buruan!" sentak Davin agar gadis itu segera memakai helm dan menaiki motor Davin. Motor Davin melesat keluar dari area parkir. Tak meraka berdua ketahui bahwa sedari tadi mereka diawasi oleh seseorang. Orang itu tersenyum kecut melihat Davin dan Reina yang sudah pergi. *** "Besok ulangan apa?" Tanya Reina setelah mereka sudah duduk di ruang keluarga Bagaskara. Davin menyodorkan buku paket tebal bertuliskan Matematika. Reina menerima buku itu. "Jadi, besok lo ulangan matematika, yang ngajar pasti Bu wina." ujar Reina sok tau. "Sok tau lo." ketus Davin. "Lah emang bukan ya?" tanyanya dengan wajah blo'on. Davin melihat wajah Reina yang sedang menampilkan wajah polosnya, namun mengemaskan menurut Davin. Cowok itu reflek mengacak puncak kepala Reina. "Kalau mau tanya nggak usah pasang wajah jelek lo." setelah mengucapkan itu Davin tertawa pelan. Sebentar, Davin tertawa pada seorang cewek itu mustahil. Davin yang di kenal semua orang adalah pribadi yang dingin dan jutek. Senyumannya pun jarang dia tampilkan kepada semua orang. Tapi mengapa saat ini dia bahkan lebih dari tersenyum pada Reina? Entahlah davin sendiri tidak tau sejak kapan tembok esnya sedikit mencair sejak dekat dengan gadis yang tiba-tiba menjadi guru privatnya. Yang dia tau adalah dia selalu merasa senang dan mudah tersenyum setiap dekat dengan gadis itu. "Ishh Davin kebiasaan baru lo sekarang suka berantakin rambut gue, ya," ketus Reina yang sedang merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. "Abis muka lo lucu uda jelek malah jelek kalau lagi pasang muka blo'on kayak gitu," ucapnya santai. Namun gadis di sebelahnya nampaknya tak ingin bercanda saat ini. Masalahnya dia sedang PMS terlalu malas untuk bergurau saat ini. Dia melotot seram kearah cowok itu dan siap menjambak rambut Davin. "ih lo resek ya, Vin. sumpah lo nyebelin banget hari ini. Mod gue ancur malah lo tambahin. Syukurkan lo gue jambak." ucap Reina sambil menjambak rambut cepak Davin yang acak-acakan. "Ehh udah kali, iya gue minta maaf. Lepasin sakit nih." rengek cowok itu agar jambakan itu di lepaskan oleh Reina. "Bodo amat sama lo yang kesakitan gue nggak perduli. Rasain kan lo siapa suruh ganggu macan yang lagi PMS. Akhirnya gue dapet pelampiasan gue, biasanya bang Beni karena disini gue sama lo jadi lo yang harus nrima ini," ujarnya ketus masih dengan menjambak rambut Davin dari samping. Davin hanya meringis. Sebenarnya tidak terlalu sakit karena jambakan Reina tidaklah kuat menurutnya. Namun agar di lepaskan dia mengerang kesakitan "Ehh udah udah oke gue minta maaf" Reina tersenyum menang sekarang. Dia melepaskan jambakannya dari rambut davin. Lalu mengelus rambut cowok itu lembut sambil merapikan rambut Davin. Davin yang merasa di perlakukan manis oleh Reina pun hanya terdiam. Dia menatap manik hitam didepannya yang masih sibuk merapikan rambutnya. "Udahh rapi lagi," ucapnya senang. Davin masih melihat manik gadis itu. Ada rasa nyaman saat menatap sepasang mata teduh Reina. Rasa nyaman yang dia rasakan seperti menatap gadis masa lalunya dulu. Pandangannya meredup saat harus mengingat kejadian itu. "Vin?" suara Reina terdengar menyadarkan Davin yang tengah melamun. Davin diam. "Vin, lo marah ya?" Davin masih diam. "Vin, gue minta maaf udah jambak lo tadi, abis lo nyebelin sih." Davin tak bergeming. "Vin, gue minta maaf. gue lagi PMS jadinya gampang emosian, lo jangan marah napa," rengek Reina dengan suara lembutnya. Davin menatap Reina sebentar lalu tersenyum tipis, sangat tapis tapi masih bisa dilihat oleh Reina. "Gue nggak marah," ujarnya dengan suara lembut. "Beneran? Kok lo diem aja sih. Lo masih marah, ya," ucapnya dengan suara lirihnya sambil mengerucutkan bibirnya ke depan. Davin tersenyum lebih lebar sambil mengacak puncak kepala Reina. "Gue gak pa-pa, jelek lo kalau gitu, udahlah," ucapnya pada gadis itu. "Sekarang kita belajar." Reina mengangguk membuka buku paket Matematika yang di berikannya oleh Davin. Gadis itu mulai menjelaskan rumus-rumus yang tertera di buku itu. Davin mendengarkan setiap kata yang dijelaskan Reina padanya. Mulut Reina berhenti komat kamit setelah apa yang sudah ada di buku paket itu dia jelaskan kepada cowok di sampingnya. "Lo udah paham kan sama beberapa rumus yang gue jelasin, sekarang lo kerjain soal di halaman ini setelah itu nanti gue cek." printah Reina yang langsung di beri anggukan Davin. Davin tengah mengerjakan soal yang sudah di berikan oleh Reina. Reina melihat sekeliling rumah besar itu yang masih Nampak sepi dari kemarin. "Vin, mama lo nggak di rumah ya?" Tanya Reina saat menyadari sejak kemarin tidak menemui Aruni di rumah besar itu. Davin hanya menggelengkan kepalanya. Mata tajamnya masih berfokus pada soal-soal di buku paketnya. Suasana menjadi hening seketika, Reina yang membaca buku di tangannya dan Davin masih sibuk dengan soalnya. Tiba-tiba Reina menemukan ide yang sangat bagus untuk membuat Davin semangat belajar. "Vin, gue punya permainan." serunya pada cowok disebalahnya. Davin melirik Reina yang tengah tersenyum "Gue nggak suka main-main," jawabnya santai. Dan kembali pada bukunya. "Ihhh gue serius ini," ucap Reina lagi. Davin kembali melirik Reina, "Gue masih belum mau serius sama lo." ucapan Davin barusan sukses membuat Reina menjintak kepala Davin keras sampai cowok itu meringis kesakitan. "Gue ini ngomong serius loh, Vin. Lo becandain mulu." geram gadis itu tak suka. "Iya deh lo mau ngomong serius apa?" Wajah Reina berubah berbinar, "Kita kan udah kelas 11 nih sering juga ulangan mendadak dan juga kuis-kuis dadakan dari guru, gimana kalau kita buat perjanjian." "Perjanjian?" Tanya Davin bingung. "Iya perjanjian, jadi kita buat perjanjian siapa yang nilai ulangannya paling tinggi dia bakal dapet hadiah, kalau lo dapet nilai bagus dibanding gue gue akan ngasih lo hadiah, begitu juga sebaliknya. Gimana lo mau?" tawar Reina pada Davin yang nampaknya masih berfikir soal perjanjian itu. Davin memanggukan kepalanya, "Boleh tuh " "Oke kita mulai besok ya, kan besok lo ulangan tuh jadi biar belajar lo juga semangat," ucap Reina bersemangat. Davin menatap gadis yang tengah kegirangan karena idenya di setujui Davin. Davin tersenyum melihat tingkah Reina seperti anak kecil sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD