Chapter 18

1649 Words
Reina melirik jam tangan warna hitam yang melingkar ditangan kirinya. "masih jam setengah 5 ternyata," gumamnya. "Beli es krim enak nih," lanjutnya dengan wajah berbinar. Dia segera mengayuh sepedanya menuju ke minimarket depan perumahannya. Ya, Reina habis bersepeda mengelilingi komplek perumahannya. Saat ditanya Beni gadis itu hanya menjawab sedang bosen dirumah mangkannya dia memilih bersepeda di sore hari. Dia sebenarnya ingin mengajak Davin. Namun saat dia sudah berada di depan gerbang rumah cowok itu. Rumahnya tampak sepi dan sepertinya Davin sedang pergi. Reina keluar dari minimarket dan membuka bungkus es cream yang sudah di belinya. Namun, saat berada tepat di depan pintu gadis itu bertabrakan dengan seorang cowok. Sontak es cream yang dia pegang mengenai kaos putih cowok itu. Reina melihat es cream coklatnya yang menempel di d**a cowok itu. Kini kaos putih yang di kenakan cowok itu pun memunculkan noda berwarna coklat. Reina mendongakkan wajahnya menghadap cowok yang dia tabrak. "Gue minta maaf, gue nggak sengaja," ucapnya pelan. Cowok itu tersenyum melihatkan cekungan yang tercetak jelas di kedua pipinya."Nggak pa-pa, kok," "Seriusan? Baju lo kena noda es cream gue deh jadinya," ucapnya menyesal. Cowok itu masih mempertahankan senyumannya. "Iya beneran, lagian gue yang salah tadi gue buru-buru," Reina hanya menangguk pelan masih tak mau menatap cowok itu. Cowok itu pun menatap Reina lekat 'Cantik' Gumamnya. Reina melihat es creamnya yang jatuh ketanah ingin sekali membeli lagi namun dia tadi tidak membawa uang banyak. Hanya cukup untuk membeli satu es cream saja. Cowok yang sedari tadi masih di depan Reina pun melihat kearah pandang gadis itu. "Sebagai permintaan maaf gue, biar es cream lo gue ganti," ujarnya pelan. Reina menatap cowok itu lalu menggeleng "Nggak usah makasih," tolak Reina halus. "Nggak pa-pa lo duduk disana dulu biar gue beliin lo bentar," ucapnya lalu pergi meninggalkan Reina yang terdiam di temptanya. Tak beberapa lama cowok itu datang menghampiri Reina yang tengah duduk di kursi depan Minimarket itu. Tangan cowok itu membawa sekantong plastic berukuran sedang dan menyodorkannya pada Reina. Reina menerima itu dengan ragu. Matanya melotot saat membuka kantok plastik itu. Menemukan beberapa bungkus es cream rasa coklat yang ada di dalam plastic itu. Dia memandang cowok yang tadi memberinya dia sudah duduk di kursi sebelah Reina. "Ini banyak banget, lo jatuhin cuma satu kenapa lo ganti sepuluh?" Tanya Reina terheran. Cowok itu tesenyum, "Nggak pa-pa gue lihat lo suka banget sama es cream apa salahnya gue beliin lo banyak," ujarnya jujur. Reina melongo mendapati ucapan cowok itu. "Eh btw nama lo siapa?" tanyanya "Reina," ucap Reina singkat. Reina kembali melihat noda coklat yang mulai mengering di baju cowok itu. "Itu baju lo beneran gapapa? Kotor gitu?" ucapnya namun tidak di jawab oleh cowok itu. Dia malah pergi meninggalkan Reina yang bengong akibat sikap cowok berlesung pipi itu. Cowok itu menghampiri mobil berwarna putih yang terparkir di depan minimarket. Membuka pintu dan mengambil jaket levis lalu dia kenakan di tubuhnya. Reina melihat kegiatan cowok itu dari jauh. Mata Reina membaca plat mobil putih itu B 12 YAN. 'Ohh namanya Bryan' Gumamnya sok tau. Cowok itu kembali menghampiri Reina. Lagi-lagi dia tersenyum manis pada Reina. "Udah nggak kotor kan?" ucapnya santai. Reina hanya tersenyum tipis. "Nama lo siapa?" Tanya Reina penasaran. "Oh iya gue lupa, gue Bryan." jawabnya masih tersenyum. Reina melirik jam di tangannya."Eh sorry Bry, gue harus balik udah mau magrib soalnya." ucap Reina sambil berdiri. "Lo kesini naik apa biar gue anterin." tawar Bryan. Reina menggeleng, "Nggak usah gue bawa kendaraan," Bryan melihat kedapan parkiran tidak ada kendaraan apa pun selain mobilnya dan juga sepeda gunung warna merah. "Gue naik sepeda rumah gue deket kok di perumahan situ." tunjuknya kearah perumahannya berada. "Kalau gitu gue permisi dulu ya, makasih buat es creamnya," Ucapnya sambil meninggalkan Bryan yang masih terdiam. Reina mengayuh sepedanya dan berbelok memasuki area perumahannya. 'Cewek yang menarik'. Gumamnya. Bryan hanya tersenyum tipis lalu memasuki mobilnya dan mulai meninggalkan minimarket itu. *** Sabtu pagi Reina memutuskan untuk bersepeda mengelilingi komplek perumahanya mulai dari blok A sampai blok E. Dia sedang libur hari ini karena jadwal sekolahnya hanya hari Senin sampai Jumat. Jadi hari sabtu dan minggu dia pergunakan untuk bersepeda. Gadis itu tadi sudah mengajak Beni setelah melakukan sholat subuh namun cowok itu menolak karena ingin melanjutkan tidur panjangnya di hari libur. Beni memang suka sekali tidur dibandingkan harus keluar nongkrong bersama temen-temannya. Katanya jika dia nongkrong setiap libur sekolah itu sama saja dia menambah beban orang tuanya karena secara tidak langsung dia menghambur-hamburkan uang orang tuanya. Itu sebabnya dia lebih memilh tidur. Bayangkan cowok itu bisa tidur dengan waktu yang lama layaknya hibernasi. Pagi sampai sore akan dia jadikan liburannya di alam mimpi. Dan Reina akan membiarkanya. Karena dengan begitu cowok itu tidak akan menjahilinya. Reina sudah berada di blok A dimana rumah Davin berada. Dia mengayuh sepedanya santai. Sampai kayuhannya memelan saat melihat seorang cowok dengan kaos hitam bergambar anjing menjulurkan lidahnya. Dia davin. 'Suka banget sih ngoleksi kaos gambar anjing'. Gumamnya dalam hati. Reina berhenti di depan gerbang rumah bercat putih itu. Dia memandang Davin yang masih sibuk menyiram tanaman di pelataran rumahnya. Posisi Davin sudah berpindah membelakangi Reina saat ini sehingga dia tidak mengetahui jika gadis itu sudah berada di belakangnya. Reina melangkahkan kakinya pelan menghampiri cowok itu. Dia mengendap-ngendaap agar Davin tidak mengetahui keberadaanya. Sampai akhirnya dia sudah berada tepat di belakang cowok itu. Tangannya terangkat menepuk keras bahu kokoh cowok di depannya. Sontak Davin yang kaget dan berbalik dengan menyemprotkan selang kearah siapa yang mengagetinya. "YAH, DAVIN BASAH KAN!" Teriak Reina histeris saat selang air yang di pegang cowok itu mengenai badan mungilnya. Davin menjatuhkan selangnya asal. "Lo ngapain sih pagi-pagi udah di pelataran rumah orang," sentak Davin dengan suara meninggi dan tangannya yang sedang berkacak pinggang. "Yee, gue tadi lagi goes cantik liat lo yauda gue mampir,salah?" ucap Reina tak kalah sinis. Mendengar keributan di pagi hari seperti ini Aruni keluar menuju pelataran depan rumahnya. Dia terkejud saat melihat Reina yang sudah basah kuyup dari atas sampai bawah. "Ya Allah Davin ini Reina kamu apain basah kayak gini?" Tanya Aruni pada putranya dan menghampiri Reina yang masih mematung di tempatnya. "Kamu kenapa sayang?" tanya Aruni lembut. "Di siram Davin,tante." suara Reina melembut. Aruni mentap Davin horror. "Salah dia sendiri siapa suruh ngagetin aku," ucap Davin membela diri. "Kan gue nggak tau kalau lo itu kagetan trus bakal nyiram gue," "Iya jadi lo yang salah bukan gue," Davin tetap membela dirinya. "Davin disini kamu yang salah." Sekarang giliran Aruni sang Mama yang membuka suara. Tangannya masih merangkul Reina yang sudah kedinginan. "Aku salahnya dimana sih ma? Davin nggak salah, kok." cowok itu masih membela dirinya. "Salah kamu sendiri, kenapa di tepuk bahunya udah kaget," Ucap Aruni enteng. Davin melonggo. "Ayo sayang kedalam kita keringin pakaian kamu di dalam aja ya biar tante bantu," Ajak Aruni sambil merangkul Reina lembut, membawanya memasuki rumah besarnya. Dan meninggalkan Davin dengan muka kesalnya akibat sang mama yang membela gadis itu di pagi hari ini. Reina sekarang tengah duduk di ruang keluarga dilantai dasar yang berada di rumah besar itu. Aruni yang berada di belakangnya tengah sibuk mengeringkan rambut gadis itu. "Tante maafin Reina, ya. gara-gara aku tante jadi repot ngeringin rambut aku," ucapnya lembut. "Nggak apa sayang emang Davin itu yang salah," Reina tersenyum yang jelas tidak akan bisa dilihat wanita cantik dibelakangnya. Dia sangat tidak menyangka kalau Aruni akan membelanya padahal disini dialah yang salah. "Tapi aku yang salah tante udah ngagetin Davin," ucapnya jujur "Udah kamu nggak usah merasa bersalah gitu, tante tau niat kamu tadi bercandakan." Reina hanya menganggukan kepalanya singkat. Sedangkan Aruni di belakangnya masih sibuk mengeringkan rambut gadis itu. "Udah kering, sekarang kita sarapan, ya. Kamu pasti belom sarapan," ajak Aruni pada Reina. "Nggak usah tante, Reina pulang aja," pamit Reina sopan. "Ishhh nggak boleh gitu dong kamu harus sarapan sama tante dan Davin. Ini sebagai tanda permintaan maaf tante soal kelakuan anak tante yang jelek itu," ucap Aruni lalu terkekeh. Reina hanya tersenyum saat melihat wanita di sampingnya yang memang memiliki tingkah seperti anak muda. "Yukklah," Ajaknya masih dengan mengandeng tangan Reina erat. "Davin sarapan dulu sayang." teriaknya saat sudah berada di meja makan. Tak ada sahutan dari lantai atas yang membuat wanita itu mengerutu kesal. "Suka mendadak budeg tuh anak emang, heran anak siapa sih?" ucapnya sambil memberikan sepiring nasi kepada Reina. Gadis itu menerimanya dan masih tersenyum melihat tingkah wanita paruh baya yang hampir menginjak kepala 4 itu. "Davin kalau kamu nggak turun, mama kutuk kamu jadi jelek biar nggak ada yang naksir lagi!" Teriaknya dengan nada semakin meninggi. Reina masih memperhatikan tingkah Aruni dengan tersenyum. Wanita itu pun memandang Reina lalu tersenyum. "Maaf ya Reina tante harus teriak kenceng banget di depan kamu. Emang gini kalau lagi manggil bolot biar keluar dari alamnya," ucapnya asal yang membuat Reina melebarkan senyumannya. "Nggak apa kok tante," jawab Reina sambil tersenyum. Aruni sudah siap dengan teriakannya namun Davin sudah muncul dari arah tangga "Mama suka banget teriak ntar pita suaranya putus gimana?"ucap Davin santai lalu duduk berhadapan dengan Reina. "Kamu doain mama, vin?" Tanya Aruni galak pada sang putra. "Davin cuma ngomong, ma." "Udah kamu dari tadi ngomel mulu. Ini ayo makan." Davin mengambil piring dari tangan sang mama. Tak berniat membalas ucapan mamanya yang tidak bisa di bantah. Jelas-jelas yang sedari tadi mengomel adalah mamanya bukan dia, tapi dia tetep akan menjadi tersangka di depan mamanya. Reina yang biasa melihat wajah dingin Davin. Kini berubah menjadi sebal akibat sang mamanya yang sedari tadi menyalahkannya. Reina tersenyum tipis melihatnya. "Tante Reina pulang dulu, ya," pamit Reina saat dirinya sudah berada di pelataran depan rumah Davin. "Iya sayang makasih loh udah mau di ajak sarapan disini. Dibantu nyuci piring segala. Tante jadi nggak enak." "Nggak apa kok tante Reina malah berterimakasih udah di ajak sarapan bareng," ucapnya lembut. Dan mencium punggu tangan wanita itu. Aruni tersenyum, " Sering-sering main kesini ya, Reina." "Iya tante siap, Reina pulang dulu assalamualaikum," ucap Reina dan segera mengayuh sepedanya meninggalkan pelataran rumah Davin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD