HANCUR

1008 Words
"Dasar cupu.. tapi lumayan juga ni tubuh.." empat pemuda berhasil melucuti pakaian gadis belia bernama Asih dan menjamah nya bergiliran hingga tubuh Asih terkulai lemas dan tidak bisa bergerak lagi hingga pingsan. "Tolong lepasin.. jangan lakukan..aaaa" teriakan terakhir Asih yang terdengar pilu namun tidak di hirau kan ke empat pemuda yang tak lain adalah teman sekelasnya. Ialah Gito yang menaruh hati pada Asih, namun di tolak dengan alasan belum waktunya untuk menjalin kasih itu lah alasan Asih menolak Gito, namun karena terlanjur sakit hati dan merasa di permalukan karena penolakan Asih, Gito dengan tega memperkosa Asih dengan mengajak ke tiga temannya. Mereka melakukannya tanpa belas kasih dengan nafsu bejatnya terus menghantam tubuh Asih secara bergilir. Setelah puas mereka pun pergi tanpa peduli dengan keadaan Asih yang kini mengenaskan dengan tubuh lebam dan tanpa sehelai benang pun, Asih benar - benar tidak sadarkan diri. Malam semakin larut, udara dingin menusuk tulang, Asih pun tersadar, dengan menahan rasa sakit ia pun berusaha untuk bangun namun ia tersadar kalau dirinya telah di nodai Gito dan temannya, tak kuasa menahan sakit karena masa depannya telah hancur, Asih pun kembali menangis. Jika tidak teringat akan ibu dan adiknya Lani mungkin ia ingin segera mengakhiri hidupnya saat ini juga, karena merasa hidupnya tidak berarti lagi, kesucian yang telah di jaganya kini di renggut oleh orang - orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan rasa sakit di sekujur tubuh dan perih di bagian intimnya, Asih berusaha berdiri memunguti pakaian yang terkoyak dan segera memakainya. "Tuhan.. mengapa ini semua terjadi padaku?, mengapa aku harus mengalami ini semua, mengapa tidak engkau cabut saja nyawaku..hiks..hiks..hiks" Asih menangis tergugu meratapi nasibnya. Asih pun memaksakan langkah menyusuri gelapnya malam, tekanan hidup yang di deritanya begitu berat di tambah lagi dengan pelecehan yang dilakukan Gito dan temannya hingga membuatnya frustasi dan trauma. Setelah tiba di rumah bergegas menuju kamar mandi membersihkan diri, melanjutkan tangis kecewa yang sempat tertunda. perasaan yang campur aduk membuatnya berteriak histeris. Tak ada tempat berkeluh kesah untuk nya, hanya pena dan diary teman sejatinya yang mengerti dan mampu menampung sejuta kecewa yang ia rasakan. Tok tok tok "Kakak kenapa.. kak?, kak Asih baik - baik aja kan?" Suara ketukan pintu dan teriakan Lani adik perempuan satu - satunya, terdengar nyaring membuat Asih menghentikan tangisannya. "Nggak Lan.. kak Asih baik - baik aja .., kakak cuma lagi acting buat acara pentas aja kok" "Ooh.. kirain kakak nangis, jangan lama - lama di kamar mandi kak, nanti masuk angin" "Iya.. ini juga udah kok.." Hari ini adalah hari ke hancuran untuk Asih hingga tak sanggup lagi untuk memijakan kaki, hanya diam dalam kesendirian untuk menelan pahit getir kehidupan. Pagi menjelang sang surya tersenyum manis menyambut hari, udara terasa segar daun - daun melambai seolah suasana pagi ini begitu bahagia, namun beda dengan Asih hatinya yang hancur masih terbaring di tempat tidur tidak ada lagi semangat dan keceriaan di wajahnya, hatinya terlanjur sakit dengan kejadian semalam, namun walau bagaimana pun juga ia harus tetap menjalani hidup ini demi adik dan ibunya. "Nak.., kamu kenapa, nggak biasa - biasanya jam segini masih tidur, apa kamu sakit?" Asih membuka matanya walau terasa berat. "Nggak.. bu, cuma mungkin hari ini Asih mau izin nggak masuk sekolah, kepala Asih sakit pusing" "Ya ampun.., kita ke puskesmas aja ya.. nak" "Nggak perlu bu.., Asih hanya butuh istirahat saja kok, mungkin masuk angin, nanti juga sembuh" "Ya udah nak, ibu berangkat kerja dulu.. kamu istirahat aja, kalau mau makan ibu udah siapin di meja makan" "Ya bu.. Makasih" Ibu Asih pun berlalu pergi untuk bekerja sebagai buruh cuci di rumah seorang pengusaha kaya raya. Sebenarnya Asih sangat kasihan dengan ibunya yang telah renta demi menyambung hidup dan membiayai sekolahnya harus bekerja mati - matian. "Aku harus bangkit.., walau susah ini semua demi ibu.." Asih pun menyadari jika seandainya ibunya mengetahui sudah tentu akan kecewa dan sedih, apalagi yang di harapkan nya kini, hanya berusaha bangkit dari keterpurukan. "Akan ku buat kalian membayar semuanya.." dengan gigi gemelutuk dan tangan terkepal Asih berguman kini hatinya dingin menyimpan sejuta kobaran dendam di hatinya. Sepuluh tahun telah berlalu kini Asih menjelma menjadi wanita cantik, kaya dan berpendidikan. Asih menjadi pengusaha kuliner sukses yang mempunyai beberapa anak cabang. Banyak sekali perubahan yang ada pada dirinya, bahkan Asih kini menyembunyikan identitasnya bukan Asih lagi namun kini telah menggantinya dengan nama Anita, Asih yang dulu lugu dan hancur telah berganti menjadi Anita yang cantik, kaya, berpendidikan. Banyak sekali pria yang mendekatinya namun sama sekali tidak menarik Anita ia hanya ingin kobaran dendam di hatinya yang telah lama berkarat segera terbalaskan Anita alias Asih mencari sosok Gito dan teman nya yang telah membuat hidup nya seakan mati selama bertahun - tahun. "Cari sampai dapat semua tentangnya.., okey.." "Sebentar lagi kamu akan merasakan.. apa yang ku rasakan, kamu.. akan hancur..ha..ha..ha" Suara tawa wanita cantik ya.. Anita menggema di ruangan, dengan kepalan tangan dan senyuman licik terhias di bibir indahnya. "Bu.. target segera tiba, dia menuju ruangan ibu.." "Okey.. good job, ada bonus menunggu mu" "Makasih bu.." sambungan pun terputus. "Akhirnya.. kamu ada di genggaman ku Gito, setelah bertahun - tahun ku menunggu waktu kehancuran mu" Tok tok tok "Masuk.." "Siang.. bu" "Siang.. silahkan duduk.." "Maaf bu kenalkan.. saya Gito yang tempo hari mengajukan proposal untuk bekerja sama" Uluran tangan Gito di sambut Anita, sebenarnya hati Anita begitu tercabik, namun ia harus pintar - pintar menyembunyikan amarah, apalagi kini berhadapan dengan orang yang telah menghancurkannya. "Saya telah baca proposal anda pak Gito, dan saya setuju dengan kerja sama kita, semoga lancar dan usaha kita bisa menghasilkan banyak keuntungan" "Owh.. tentu saja, semoga menghasilkan banyak keuntungan.. saya sangat merasa terhormat di berikan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita muda, cantik..dan..-" "Maaf pak Gito, jika anda tidak ada lagi kepentingan yang lain, silahkan anda keluar" "Baik.. bu, okey saya ucapkan banyak terima kasih" Akhirnya Gito keluar dari ruangan Anita dengan wajah malu. Anita tersenyum sinis masih terpancar raut wajah dingin. "Sebentar lagi kamu akan hancur Gito... hancur se hancur - hancurnya, tunggu.." "Bu.. dia sudah berkeluarga, istrinya penggila shopping, anaknya satu usia 8 tahun" "Okey.. lanjutkan, hancurkan perlahan" Bersambung

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD