π™’π™šπ™§π™–π™žπ™ π™žπ™’π™₯π™žπ™–π™£ 2

427 Words
Lulus Perguruan Tinggi Bertahun-tahun berlalu, pohon mangga tua itu masih berdiri kokoh, menyaksikan perjalanan hidup Raju dan Ani yang semakin jauh. Mereka berdua telah lulus dari β„™π•–π•£π•˜π•¦π•£π•¦π•’π•Ÿ π•₯π•šπ•Ÿπ•˜π•˜π•š. Suatu sore, Raju kembali ke desa, wajahnya berseri-seri . Dia baru saja menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi, meraih gelar sarjana dengan predikat c*m laude. Ani, yang telah lebih dulu lulus dari jalur pendidikan, menyambutnya dengan hangat. "Raju, kamu sudah pulang! Aku dengar kamu lulus dengan nilai bagus," ujar Ani, matanya berbinar. "Alhamdulillah, Ani," jawab Raju, tersenyum lebar. "Doa kamu selalu menyertaiku." "Bagaimana kuliahmu di sana?" tanya Ani, penasaran. "Menyenangkan, Ani. Aku banyak belajar tentang agama, tentang hidup, tentang arti sebuah pengabdian. Aku merasa menemukan jati diriku di sana." "Aku senang mendengarnya, Raju," kata Ani. "Aku sendiri juga baru saja lulus dari perguruan tinggi, mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Aku ingin mengajar di desa ini, berbagi ilmu dengan anak-anak." "Hebat, Ani!" seru Raju. "Itu adalah cita-citamu sejak dulu. Aku tahu kamu akan menjadi guru yang hebat." Mereka berdua duduk di bawah pohon mangga, seperti dulu. Namun, kali ini, percakapan mereka dipenuhi dengan kebanggaan dan harapan. Mereka telah mencapai mimpi-mimpi mereka, meskipun melalui jalan yang berbeda. "Ani, aku ingin bertanya," kata Raju, sedikit ragu. "Apakah kamu pernah menyesal memilih jalur pendidikan? Aku tahu kamu selalu ingin menjadi guru, tapi…" "Menyesal? Tidak, Raju," jawab Ani, tegas. "Aku sangat bahagia dengan jalanku. Mengajar adalah panggilan jiwaku. Aku ingin membantu anak-anak di desa ini mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang kita dapatkan." "Aku mengerti," kata Raju, mengangguk. "Aku sendiri juga ingin mengabdi, tapi dengan cara yang berbeda. Aku ingin menjadi guru agama, menyebarkan nilai-nilai luhur agama kepada generasi muda." "Bagus sekali, Raju," kata Ani. "Kita berdua akan mengabdi untuk masyarakat, dengan cara kita masing-masing. Kita akan terus saling mendukung, seperti dulu." Raju tersenyum. "Tentu saja, Ani. Persahabatan kita tak akan pernah terpisahkan, seperti pohon mangga ini yang selalu setia menaungi kita." Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kehangatan sore dan kebersamaan mereka. Pohon mangga tua itu seakan tersenyum, menyaksikan dua sahabat yang telah tumbuh dewasa, mengejar mimpi mereka, dan tetap saling mendukung, meskipun jalan hidup mereka berbeda. "Raju, aku bangga padamu," kata Ani, memecah keheningan. "Kamu telah membuktikan bahwa kita bisa mencapai apa pun yang kita inginkan, asalkan kita berani berjuang dan tidak pernah menyerah." "Dan aku juga bangga padamu, Ani," jawab Raju. "Kamu adalah inspirasiku, sahabat sejati yang selalu mendorongku untuk maju." Mereka berdua saling memandang, mata mereka berkilauan dengan kebahagiaan dan harapan. Masa depan mereka mungkin berbeda, tetapi persahabatan mereka tetap kuat, seperti pohon mangga tua yang menjadi saksi bisu perjalanan mereka. lanjutan 3
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD