Bagian 5

1050 Words
Rama mengepalkan tangannya dengan keras hingga otot-otot lengannya terlihat sangat jelas. Ia baru saja membaca surat yang di kirimkan oleh Carel yang menjabat sebagai Alpha di Yellow moon pack, surat yang berisi tentang perperangan antara ke dua pack karena masalah mate. Rama menarik nafasnya dalam lantas menghembuskannya dengan perlahan, ia melakukannya untuk meredakan emosinya yang sempat tersulut. Bagaimana bisa dua Alpha merebutkan seorang gadis biasa yang mereka anggap sebagai mate-nya? Pasti ada sebuah kesalahan dari salah satu pihak, entah kesalahan itu datang dari Carel atau justru kesalahan itu berasal dari putranya sendiri yaitu Leon. "Sedang memikirkan apa? Serius sekali," Rama tersentak kaget saat suara istrinya-Hayala tiba-tiba terdengar di gendang telinganya. Istri tercinta yang memiliki darah murni seorang penyihir itu kini sudah duduk tepat di sampingnya. "Kau mengejutkanku," ujar pria paruh baya yang usinya kini telah menginjak 200 tahun, namun masih terlihat seperti seorang pria berusia 50 tahunan. Hayala memijat salah satu lengan suaminya agar membatu Rama lebih rilex. Rama menolehkan kepalanya menghadap Hayala, ia akan menceritakan semuanya. Pasukan perang Yellow moon pack akan datang malam ini. "Ada yang ingin kau katakan?" tebak Hayala seolah tau bahwa suaminya itu ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting kepadanya. "Gadis yang di bawa Leon pulang, apa kau yakin dia adalah mate Leon?" tanya Rama yang membuat Hayala mengernyitkan dahinya. Apa maksud perkataan suaminya? Apa Rama baru saja meragukan indra penciuman Leon? "Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau meragukan indra penciuman putra kita?" tanya Hayala dengan menaikan nada bicaranya beberapa oktaf, suaranya tidak selembut sebelumnya. "Aku tau Leon bukan keturunan werewolf murni, tapi dia memiliki kekuatan yang sama persis denganmu. Dia hanya mewarisi beberapa mantra dari ku. Apa kau meragukannya?" lanjut Hayala dengan suara yang kali ini melembut kembali, netra hitamnya memancarkan aura ketidak percayaan dan juga kesedihan. Ia benar-benar tidak terima jika suaminya itu meragukan Leon yang memiliki kekuatan werewolf. "Bukan begitu, aku punya alasan aku mengatakan itu semua," balas Rama mencoba untuk tenang, ia tidak boleh emosi dengan istrinya atau hal buruk akan terjadi nantinya. "Jelaskan!" pinta Hayala dengan tegas. "Alpha dari Yellow moon pack, Carel mengirimkan surat perang ke pack kita," jelasnya memberi jeda pada kalimatnya. "Bagaimana bisa? Bukannya pack kita dan pack mereka bersahabat?" tanya Hayala dengan terkejut, ia sangat yakin mereka tidak memiliki masalah apapun. Lalu kenapa tiba-tiba ada perang? Aneh sekali. "Carel mengklaim gadis yang di bawa Leon adalah matenya. Dan dia juga menuduh Leon merebut matenya," jawab Rama dengan gelisah. Beberapa jam lagi malam akan tiba, dan dia bahkan belum memberi tau Leon soal peperangan ini karena putranya itu tengah beristirahat dan menghabiskan waktu bersama dengan gadis yang putranya anggap sebagai mate itu. Ia bahkan belum menyiapkan pasukan perang. Ia masih yakin dengan pemikirannya, pasti ada kesalah pahaman di sini. Ia tidak mau perang, bukannya ia takut, tapi ia tidak mau merusak persahabat antar pack karena masalah tentang gadis yang asal usulnya bahkan tidak jelas. "Aku akan selalu percaya dengan Leon. Leon tidak akan pernah salah dalam hal apapun. Sejak dulu, banyak sekali para gadis baik yang memiliki darah werewolf murni ataupun penyihir mendekatinya, tapi Leon dengan tegas menolaknya karena ia hanya ingin memiliki satu wanita yaitu mate yang di takdirkan moon goddess untuknya. Pasti dari pihak Yellow moon pack yang salah," bantah Hayala. Ia benar-benar sangat yakin putranya tidak salah, meragukan putranya bahkan tidak pernah terlintas di pikirannya walaupun hanya sekali. "Jadi mereka ingin perang?" tanya Hayala dan Rama mengangguk lemah sembari memijit pelipisnya dengan pelan untuk menetralisir rasa pening di kepalanya. "Kau siapkan pasukan perang, aku akan beritahu Leon soal ini. Aku akan melindungi gadis itu agar tetap bersama dengan putraku," sambungnya lantas beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruang kerja suaminya. "Jazz, siapkah pasukan perang. Pack kita akan berperang dengan Yellow moon pack, jangan tanya kenapa ini bisa terjadi. Kau hanya tinggal menuruti perintahku!" titah Rama dengan tegas pada Beta di Silver moon Pack bernama Jazz lewat mindlink. "Siap laksanakan alpha!" ∆|∆ Alana hanya bisa diam tidak bergerak saat Leon terus saja memeluknya dengan erat. Tubuhnya selalu bergetar dan mulutnya bungkam tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya suara deru nafas saja yang terdengar dari hidungnya. Ia ketakutan, ingin rasanya ia bangkit dari pangkuan pria bernama Leon ini dan langsung melarikan diri kemana saja asal bukan di dekat Leon si pria asing. Sedangkan Leon, pria tampan itu selalu tersenyum manis ke arahnya. Ke dua tangannya secara bergantian memeluk pinggang Alana dan membelai wajah cantik mate-nya itu. Ia juga tau, Alana sedari tadi ketakutan di dekatnya. Berkat darah penyihir dari Ibunya, ia bisa merapalkan mantra sihir dan memakainya pada Alana agar gadis itu tetap diam tidak beranjak dari pangkuannya. Tangannya terus saja memberi sentuhan hangat pada wajah Alana, berharap ketakutan gadis itu menghilang dengan sentuhan lembut penuh kasih sayang dan cinta yang ia berikan. Namun sepertinya ketakutan gadis itu masih ada, terbukti dengan tubuhnya yang masih tegang dan gemetar. "Rilex babe, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu," bisik Leon tepat di depan wajah Alana. "Aku tidak akan menyakiti gadis yang paling aku sayangi di dunia ini, tidak akan pernah! Berfikir menyakitimu bahkan tidak pernah muncul di pikiranku sama sekali. Yang pertama aku pikirkan adalah membahagiakanmu," sambungnya dengan tulus. Alana hanya bisa diam membisu, netra indahnya menatap lekat ke arah Leon yang sangat tampan dengan senyuman manis terukir di bibir tebalnya. Bibir tebal yang beberapa waktu lalu mengecup bibir tipisnya. "Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Leon dengan penuh perhatian. Tangan besarnya menyelinap di sela-sela rambut hitam panjang Alana. Gadis itu mengangguk, ia membutuhkan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupannya. "Apa yang kau butuhkan?" tanya Leon dengan lembut yang mampu mencairkan tubuh Alana yang sempat tegang dan terasa beku. Mendengar suara lembut dan tatapan hangat dari Leon membuatnya rilex dan juga hangat. "Jangan minta yang aneh-aneh, misalnya pergi dari sini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi meninggalkan aku di sini. Aku tidak mau kehilanganmu," lanjutnya dengan serius. Alana kembali mengangguk, bukan itu yang ia butuhkan saat ini. "Aku ingin makan dan minum," Leon membelalakkan matanya dengan lebar, ia lupa, sangat lupa kalau ia belum memberikan makanan untuk mate tercintanya hari ini. Dasar Leon sangat bodoh. Ia lupa karena terlalu senang memangku Alana berjam-jam. "Maaf sayang, aku akan mengambilkan makanan untukmu. Tunggu di sini, aku akan segera kembali," ujarnya yang langsung menurunkan tubuh Alana dari pangkuannya dan bergegas menuju keluar kamar untuk meminta maid membawakan makanan untuk Alana tercintanya. •TBC•
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD