3

1263 Words
3 Tau kok rasanya dikhianati, sakit tapi harus tetep tersenyum. Iya gak sih?~ Bel sitirahat berbunyi dua menit yang lalu, namun Chaca tak bisa kemana-mana. Tubuh kecilnya terkurung di antara tembok dan tubuh seorang cowok yang tengah tertidur pulas di sampingnya. "Gila, bangun kali Ri! Lo gak laper apa?" Dengus Chaca sebal. Ya, disampingnya adalah Rian. Cowok yang katanya sangat menakutkan di sekolah. Tadinya ia akan duduk di samping Chiko, namun mata cowok itu mengisyaratkan bahwa Chaca tak boleh duduk disampingnya, gadis mungil itu tak bisa memilih pilihan lain selain duduk di samping Rian. Sebenarnya masih ada satu bangku yang kosong, namun katanya sudah ada yang menepatinya, dan orang itu masih mengikuti lomba jadi tak hadir di dalam kelas. Chaca bertambah kesal lagi lantaran Rian selalu memejamkan matanya hingga bel istirahat berbunyi pun tak ada yang berani membangunkannya. Tak hanya hal itu saja yang membuat Chaca sebal, Chaca melihat Chiko dihampiri cewek modis dengan make-up tebal yang menurut rumor bahwa dia adalah Silfi-pacar Chiko. Chaca yang tunangannya saja belum pernah bergandengan tangan, Chiko juga bertingkag seakan-akan Chaca tak ada di sekitarnya. Chiko benar-benar tak menganggap Chaca ada. "Apes banget sih hari pertama gue!" Dengus Chaca lagi. Mata Chaca membulat takala Rian menatapnya dengan tatapan tajam "Berisik!" Bentaknya sebari menggebrak meja lalu langsung pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan Chaca untuk membalasnya. Rian, cowok pecinta kesunyian. Memiliki dua mata elang yang tak kalah tegas dengan milik Chiko, rambutnya dibiarkan berantakan yang malah membuat cowok itu terlihat sangat cool. Ditambah dengan gaya super badnya. Lihat aja, seragam putihnya tak ada satupun yang terkancing, memperlihatkan kaus polos berwarna hitam. Ada sebuah kalung yang melingkari lehernya, dan satu tindik di telinga sebelah kanan. Jika dilihat secara teliti, Rian memiliki sebuah tato dengan gambar gantungan mimpi di belakang telinga sebelah kanannya, meskipun kecil namun Chaca dapat melihatnya dengan jelas. Dan Chaca suka dengan tato itu. "Chaca!" Suara yang membuat jantung Chaca berdegup dua kali lipat dari biasanya itu cukup familiar. "Rio! Ngagetin aja lo, untung jantung gue gak copot!" Keluh Chaca. "Siapa suruh ngelamun" kekeh Rio. "Lo ngapain disini?" "Ini kelas gue, gue lupa bilang ke elo kalo ternyata gue sekelas sama elo" "Jadi, tempat duduk didepan Chiko itu punya elo?" "Hem, kalo boleh tau, kenapa elo duduk sama Rian. Lagi berantem sama Chiko?" "Kapan gue pernah akur sama dia?" "Lah, bukannya elo tunangannya?" "Sebatas status aja" "Kok elo mau?" "Ayah gue yang minta, gue gak bisa nolak"  "Oh, gitu. Lo mau kekantin gak?" "Mau lah, tapi males jalan sendirian. Lagian jam istirahat udah mau abis juga" "Masih ada tujuh menit, sekalian gue juga mau beli makanan ringan buat ngemil nanti" "Oke, kita lari gimana? Siapa yang sampe duluan, dia yang traktir?" "Oke, hitungan ke-3 ya?" "Gue yang ngehitung?" "Oke!" "3" "Curang lo!!" Ucap Rio mengejar Chaca yang berlari didepannya. Seketika, Chaca menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang menatap Chaca heran karena tingkahnya yang berbeda dari siswa-siswi lainnya yang terlihat sangat berwibawa dan elegan. Lihat Chaca, gadis itu bahkan tak peduli dengan tatanan rambutnya yang sudah berantakan. Tak kecuali sepasang mata elang yang tengah memegang tangan seorang gadis berambut panjang disampingnya, cowok itu hanya menatapnya sekilas lalu langsung berpaling ketika mata Chaca bertemu dengan matanya. "Yeaaa,, gue menang!" Jerit Chaca membuat penghuni kantin menatapnya. "Elo ngitungnya curang, gak adil!" "Itu namanya cerdik bukan curang, sekarang tepati kesepakatan. Lo traktir gue" "Oke, beli apapun yang elo mau" "Waaa,, orang kaya nih??" Ejek Chaca. Sebenarnya Chaca memang tak memiliki sepeserpun uang, dompetnya masih ada di tangan Chiko dan tak mungkin ia ambil sekarang. Disekolah, Chaca tak kenal Chiko sesuai dengan perintah cowok itu. "Ayo cepetan mau beli apa? Tinggal tiga menit sebelum bel" "Gue cuma mau dua air mineral sama dua roti bantal!" Ucap Chaca. "Udah itu doang?" Tanya Rio. "Hem"  Rio menurut, cowok itu berjalan untuk membeli sesuai pesanan Chaca, sedangkan gadis itu duduk di salah satu bangku yang disediakan sekolah sebagai bangku kantin. Tak menunggu waktu lama, Rio kembali dengan dua kantung plastik yang dibawa nya "Yok kekelas udah mau bel" "Pesanan gue?" Tagih Chaca sebari menjulurkan tangannya dengan muka dibuat imut. "Udah ayo jalan aja, biar gue yang bawa" ucap Rio menyuruh Chaca bangkit dari duduknya. Chaca menurut, mereka berjalan berdampingan seakan-akan mereka telah kenal sejak lama. Kembali lagi, Chaca tipikal cewek yang sangat friendly jadi, tak heran jika ia mudah akrab dengan orang baru. "Lo beli apa aja? Banyak banget kayaknya?" Tanya Chaca sebari mengintip kantung plastik yang dibawa Rio. "Gue kan udah bilang kalo gue mau beli cemilan buat ngemil nanti" "Gue minta satu boleh?" "Tadi katanya cuma pengen roti bantal sama air mineral" "Ck, pelit lo" "Iya cebol, nanti gue kasih" "Enak aja lo manggil gue cebol, tiang listrik!" Ejek Chaca. "Gak gue kasih nih?" "Iya iya, Rio ganteng deh" ucap Chaca. Lagi-lagi Rio hanya tersenyum simpul. Chaca masih tak sadar jika sedari tadi pemilik tato gantungan mimpi itu mengawasinya sebari tersenyum miring. "Lo orang pertama yang berani ngebangunin gue!" Ucapnya dengan tatapan yang terus mengarah pada gadis pendek dengan senyum super lebar nya itu. °°° "Ambil!!" "Ye, dikasih bukannya ber terima kasih malah ngebentak!" Keluh Chaca mengambil kembali roti bantal dan air mineral yang tadi dibelikan Rio waktu istirahat dari hadapan cowok bertindik itu. Chaca sengaja memberikan roti dan air mineral yang dibelikan Rio kepada Rian, gadis itu merasa bersalah karena telah membangunkan Rian tidur tadi.  Meskipun tak modal namun Chaca tulus memberikan nya. "Taroh lagi!" Ucapnya tegas, Chaca mengkerutkan keningnya. "Udah ditolak, di minta lagi? Punya malu gak om?" Ejek Chaca. "Taro lagi atau Lo abis sama gue dalam hitungan ketiga?" "Minta nya yang bener dulu" "1" ucap Rian mulai mendekatkan tubuhnya kearah Chaca padahal didepan sana sudaha dan guru yang mengajar. "Gak lucu Ri, duduk yang bener!" "Dua?" "Oke oke, gue taro lag-" "Telat, gue udah ngehitung sama tiga" Brak "Aaaaaa" jerit Chaca kaget tak kala kursinya terjatuh kebelangan saat satu kaki kursi yang diduduki Chaca patah. Tentu saja itu ulah Rian, cowok itu menendang satu kaki kursi membuat Chaca hilang keseimbangan. Yang membuat Chaca bingung, Rian tak merasa kesakitan ketika menendang kursi hingga patah, padahal kursi yang Chaca duduki terbuat dari kayu yang akan sakit jika ditendang. "Chaca kenapa?" Tanya buk Luthfi yang tengah mengajar. Chaca bangkit dengan mengelus-elus punggungnya "Gak papa buk" ucap Chaca berbohong. Mata Chaca melirik kearah Rian yang malah dengan santainya melahap roti bantal yang tadi direbutkan oleh nya dan Chaca. "Sekarang gue mau duduk dimana?" Tanya Chaca dalam hati. "Maaf buk" "Ya Chaca?" "Kursi saya patah, gimana?" "Lah kok bisa patah tuh gimana? Parasaan tubuh kamu gak gemuk?" "Tadi saya mainin, terus patah" "Ya sudah duduk di samping Chiko dulu aja, nanti pulang sekolah kamu ambil kursi di gudang belakang sekolah" "Saya?" "Terserah kamu, kalo kamu mau minta tolong ke temen kamu juga boleh" ucap buk Luthfi. "Iya buk"  Chaca mengambil tas berwarna birunya, lalu berjalan menuju bangku disamping Chiko. "Itu trik elo supaya duduk di samping gue?" Tanya Chiko sinis ketika baru aja Chaca duduk di sampingnya. Chaca memandang Chiko sekilas "Terserah elo sih mau berpendapat gimana, kalo lo mau gue cepet pindah bangku lagi, lo harus tolongin gue ngambil kur-" "Lo pikir gue peduli? Gue gak mau tau, besok elo harus udah pindah tempat duduk!" "Terus gue pulang sama siapa? Lo mau nungguin gue?" "Cih, gue punya urusan sama Silfi, lo tunggu di depan komplek. Jangan pulang sendiri nanti gue di tanyain sama ayah elo, gue gak mau!" Ucapnya. "Gue emang cinta sama elo, tapi sorry gue gak bodoh!" Tegas Chaca. "Oh ya?" "Hem, kurang jelas?" Chiko diam, Chaca tersenyum penuh kemenangan. °°° See you next part dear..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD