Chapter 2

870 Words
Hingar bingar musik khas country terdengar mengalun diruangan aula sebuah hotel bintang lima, seorang kenalanku mengundangku kepesta lepas lajangnya. Tentu saja aku datang, aku tidak pernah melewatkan satu pesta pun. Tanganku meraih sebuah gelas panjang berisi red wine, aku menyerap minumanku perlahan, sambil berkeliling menyapa satu persatu orang yang kukenal, aku suka bergaul, berkumpul dan bercanda bersama banyak orang, walau tidak ada satu pun dari mereka yang dapat kupercaya, tapi aku tetap bisa merasa nyaman bersama dengan mereka. Aku tersenyum, mengobrol dengan ramah. Bahkan keperempuan yang kubenci sekalipun, selama tidak ada kontak fisik aku tidak keberatan. Berbeda dengan saudara-saudaraku yang memlilih untuk menolak pergaulan, membunuh wanita yang nekat menyentuh mereka. Pliz itu mengerikan dan berlebihan.. tidak heran banyak orang yang ingin mereka mati. Aku sih tidak, aku memiliki lebih banyak teman dari pada musuh, itu yang membuat hidupku lebih berwarna dan bahagia. Hingga ekor mataku melirik seorang pria tampan berambut ikat, so sexy.. aku berjalan mendekatinya.. tersenyum menyapanya. "Hai tampan.. mau mengobrol denganku?" Ajakku ramah seraya mengodanya. Pria itu menatapku dari ujung kaki sampai keujung kepala, ia menaikan satu alisnya. Membuatku tanpa sadar mengigit bibir bawahku, ia terlihat lebih tampan dari dekat. "Well.. kita sama-sama pria, kamu tidak salah mengodaku?" Ucapnya sakaristik dengan suara serak yang membuatku h***y. Aku berjalan mendekatinya, nyaris d**a kami bersentuhan, kuelus d**a bidangnya yang dilapisi setelah jas hitam itu perlahan, mendekatkan bibirku ketelinganya. Meniup pelan membuatnya mendesah lirih, efek dari sentuhan kecilku, okey.. baiklah dia punya jiwa gay sekitar 15%. "Tidak tampan.. ingin mencoba sesuatu yang baru? ini akan terasa nikmat. Sesuatu yang baru selalu menyenangkan untuk dicoba.." godaku sedikit mendesah dalam kalimatku. Ia meneguk ludahnya gugup, ia terpancing. Bagus.. aku lalu berjalan menjauhinya sambil menyerap wineku kembali, memberi kedipan mata mengisyaratkan agar ia mengikutiku.. dan yeah!! Sitampan berambut ikal mengikutiku!! Kami telah berpindah kesebuah kamar dihotel yang sama, kamar yang sudah kubooking sebelum datang kepesta, aku selalu melakukannya bila diundang kepesta diaula hotel, selalu sedia kamar lebih dahulu, jadi tidak perlu repot-repot menerima tatapan menilai dari resepsionis ketika aku membawa seorang pria booking bersama denganku. Kuciumi bibir tebalnya, sambil mengelus d**a bidangnya melepas satu persatu kancing bajunya, pria itu merespon dengan baik, ia berbalik menciumiku rakus, meremas bongkahan pantatku dengan tangan kekarnya.. oh great!! Pria macho memang yang terbaik!! Aku pasrah membiarkannya melepas pakaianku, menyandarkan tubuhku ketembok, bermain dileherku.. "Tik.. tik.. tik.." Hingga sebuah suara aneh menyadarkan jiwaku yang sudah hanyut dalam buaian pria tampan ini. Sentuhannya terhenti, pria itu membalikkan badannya mencari asal suara itu. "Holy s**t!! Sialan kau banci!! Kau berniat menjebakku!!?" Bentak marah menuduh pria tampan itu lalu pergi meninggalkanku sambil memperbaiki pakaiannya. "Sialan kau Elanor!! Kau membuat pria tampan itu pergi!!" Bentakku kesumber suara aneh itu. Elanor duduk menyilangkan kakinya diatas tempat tidur, tangan kirinya memegang stop jam, tangan kanannya memegang handycam. Dengan wajah santai sialannya itu ia kembali membalas makianku dengan kata-kata memuakan. "Wah.. kali ini tidak jadi lagi? Kenapa selalu sering berhenti ditengah-tengah?" "Memangnya itu salah siapa!? Lagi pula untuk apa barang-barang itu?" Aku mulai emosi. Elanor memutar matanya malas "Salahmu yang tidak jago mengodanya.. dan ini? Tentu saja untuk merekam aktifitasmu barusan, juga untuk menghitung berapa lama kamu melakukan foreplay sebelum masuk keacara inti" kurang ajar!! "Kau melanggar privasiku Elanor!! Dan bagimana bisa kau masuk kedalam kamar ini tanpa kusadari!!" Bentakku kembali, kepalaku sudah seperti gunung berapi yang akan meletus. "Orang sepertimu mana punya privasi, ayolah Marv.. kau bahkan bisa tidur dengan orang yang baru kau kenal kurang dari 10 menit. Lagi pula mudah sekali masuk kekamar yang kau booking, tinggal bilang keresepsionisnya bahwa kau memintaku menunggumu dikamar. Semua resepsionis hotel yang pernah kau sewa kamarnya tahu sejalang apa kelakuanmu.." Jelasnya Elanor santai sambil mengotak-atik handycamnya. "Kali ini kubunuh kau Elanor!!" Aku sudah kehilangan kesabaran, dia mengganguku, dia menghinaku!! Aku menyerangnya dengan sebuah pukulan dirahangnya, namun sialnya dia mampu menangkisnya dengan mudah. Elanor menarikku hingga jatuh keatas ranjang. Mengambil tali dari dalam sakunya, mengikat tangan dan kakiku, menyumpal mulutku dengan sapu tangannya. Sialan!! Sialan!! Kalau tahu akan begini jadinya hidupku, harusnya aku ikut saja waktu Vian dan Dean mengajakku berlatih beladiri, sekarang aku menyesal karena selalu menolak latihan itu dan memilih pergi berkencan. "Hum... ummm.. " Protesku tidak jelas karena mulutku yang disumpal. "Tenang saja Marv, kita akan keaparmentmu. Aku akan mengukur tiap inci tubumu disana, meteranku tertinggal saat kamu mengusirku tempo hari.. aku tidak akan melukai atau melecehkanmu. Hanya sedikit uji coba untuk risetku mengerti?" Ucapnya santai sambil menepuk kepalaku. "Ugh...hum.." Protesku kembali, meronta-ronta mengeliat seperti seekor ulat. "Bagus kau mengerti!! Ayo pergi!!" Elanor kembali berbicara monolog mengabaikan fakta ketidak sukaanku padanya. Apanya yang mengerti sialan!! Aku bilang tidak!! Aku tidak sudi jadi bahan eksperimenmu!! Makiku ke Elanor, namun yang terdengar hanya gumanan seperti "Humm.. ummm.. humm.." yang membuat setan ini seenaknya mengarti ucapanku sesuka hatinya. "Kau sudah tidak sabar? Baguslah.. kelinci pintar..." Kata Elanor sambil bersenadung. Ia kemudian mengangkutku seperti karung beras diatas pundaknya, berjalan dengan santai kearah parkiran mengabaikan berbagai mata yang memandangnya dengan terkejut. Dan terkutuklah petugas hotel yang percaya begitu saja saat Elanor mengatakan bahwa dia tidak menculikku, bahwa aku yang memintanya mengikatku untuk sensasi permainan kami! Apakah sejalang itu imageku dimata orang lain!? Aku tidak jalang!! Aku hanya menikmati hidupku.. Arghh!! Demi santa clause!! Aku hanya ingin Elanor menghilang dari hidupku!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD