Part 2

1128 Words
Rasya kembali ke hotel tempat ia menginap, dia merasa tenggorokannya terasa kering setelah berlarian sepanjang jalan. Gadis itu masuk ke dalam kafe yang ada di dalam hotel tempat ia dan teman-temannya menginap. Gadis itu menikmati segelas es mentimun nipis. Dia membaca beberapa desain pada layar ponselnya. "Sraakk!" Seseorang menarik kursi dan duduk di sampingnya sambil menopang dagunya dengan santai. Rasya mencium aroma pria menyebalkan yang tadi dia temui di stupa candi. Dia bisa mencium aroma parfumnya saat pria itu mendorong tubuhnya ke dinding stupa. Dengan santainya Yudha Manggala menarik gelas minuman milik Rasya, lalu meneguknya. "Aku bahkan belum meminumnya sama sekali!" Gerutu Rasya dengan bibir cemberut. "Satu lagi, yang sama dengan ini!" Teriak Yudha Manggala pada seorang pelayan. Pelayan tersebut segera menundukkan kepalanya dan mengirim kembali segelas minuman yang sama. "Bukankah kita sudah selesai?!" Teriak Rasya hingga mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh orang di dalam kafe tersebut. Yudha mengatupkan kelopak matanya beberapa kali, sambil menggaruk alisnya sendiri. "Apa maksudmu berkata begitu?" Yudha memegangi pergelangan tangannya. Karena dia tidak mau terlibat salah paham dengan Rasya Natasya. "Iya maksudku, kita sudah impas! Apa lagi?" Tanya Rasya seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Yudha pada pergelangan tangan kanannya, tapi pria itu tidak mau melepaskannya begitu saja. "Belum Rasya! Kamu harus membayar mahal, apalagi barusan kamu membuat orang di sini salah paham. Mereka berpikir kalau kita memiliki hubungan khusus!" Geram Yudha dengan wajah kesal. "Siapa suruh anda duduk di sini, dan menggangguku? Ini tidak sepenuhnya salahku." Elak Rasya, karena dia sudah kehilangan pekerjaannya. Jadi gadis itu merasa tidak punya alasan lagi untuk berhubungan dengan pria di depannya itu. "Rasya! Rasya!! Sepertinya aku harus membuatmu lebih menderita dari sekedar kehilangan pekerjaan!" Sergah Yudha lagi. Rasya menghela nafas berat mendengar ucapan pria di depannya itu. "Aku harus apa? Pak Ceo! Aakkhhhh!" Rasya memekik karena Yudha meremas pergelangan tangannya lebih keras dari sebelumnya. "Kamu harus menjadi asistenku! Di Surabaya! Sepulang liburan ini! Dan tunjukkan berapa nomor kamar hotelmu! Aku harus mengantarkan berkas untuk kamu pelajari selama liburan ini." Jelasnya sambil menghirup minumannya tanpa melepaskan genggaman tangannya. "Anda membuatku gila. Bagaimana jika aku menolak?" Tanyanya lagi, dia tidak mau bersama dengan pria menyebalkan itu, apalagi sepanjang waktu bekerja bersama-sama dengan dirinya di dalam perusahaan. Ini adalah mimpi buruk baginya, karena jelas-jelas pria itu ingin membalas dendam padanya. "Tidak ada pilihan selain iya, Rasya!" Tersenyum penuh arti menatap wajah cantik penuh amarah di depannya. "Baiklah ini nomor kamar hotelku." Rasya mengeluarkan card kamarnya, menunjukkan pada Yudha. Pria itu tersenyum puas, dia segera melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan gadis itu. "Apakah semendadak ini? Bukannya harus melalui transfer tenaga kerja dan lain-lain?" Tanya Rasya karena tidak mengerti sama sekali. Bagaimana pria di depannya itu dengan mudahnya mengambil gadis itu sebagai asisten pribadinya. Yudha mengangkat tangan kanannya, dia menunjukkan layar ponselnya di sebelah wajah tampannya dengan senyuman khas sosok Yudha Manggala. Rasya sempat tercengang kagum melihat pria tampan itu, tapi dia tidak ingin membuka hatinya lebih dari itu. Karena dia tahu sekalipun dia meraih penghargaan beberapa tahun terakhir tetap saja posisinya masih sangat jauh di bawah Yudha Manggala. Pada layar telepon tersebut ada log panggilan Yudha pada kepala perusahaan tempat Rasya bekerja. Gadis itu tidak bisa berkata apapun lagi. Sekarang atasannya adalah pria di depannya itu. "Baiklah, kapan anda mengirimkan berkasnya?" Tanyanya pada Yudha. "Malam ini, karena sore ini aku ada meeting penting dengan staf-ku." Ujarnya sambil tersenyum melihat ke arah arloji pada pergelangan tangannya, dia tidak lagi terlihat marah seperti tadi pagi. "Pak Ceo?" Panggil Rasya saat pria itu berdiri dari tempat duduknya. Yudha tersenyum sambil menoleh ke arahnya. "Ada apa?" "Bolehkah saya tahu siapa nama anda?" Tanyanya dengan kikuk. "Yudha Manggala." Sahutnya sambil melambaikan tangannya, meninggalkan meja Rasya Natasya. "Dia tadi terlihat seperti pemeran pria b******k di dalam sebuah novel! Kini wajah dan senyum patennya terlihat seperti seorang hero ganteng yang menyelamatkan sanderanya ketika akan tenggelam! Kenapa dia lebih menakutkan daripada ceo-ceo arogan di dalam komik! Kenapa begitu cepat berubah! Atau jangan-jangan dia memiliki kepribadian ganda!? Ah sudahlah Rasya! Lupakan saja, dan semoga dia juga lupa untuk datang mengantarkan berkasnya." Gumam Rasya sambil melangkah menuju kasir untuk membayar tagihan minumannya. "Minuman anda sudah dibayar oleh pacar anda nona." Ujar kasir tersebut. "Pacar?" Rasya membelalakkan matanya, dia balik bertanya pada kasir itu. "Iya, tuan tadi bilang anda adalah pacarnya." Jelasnya lagi pada Rasya. Gadis itu berjalan limbung menuju kamar hotelnya. Sampai di sana dia menjatuhkan tubuhnya, "Apa maksudnya? Dia bilang aku adalah pacarnya saat membayar tagihan? Apakah kasir itu berbohong padaku?! Pasti aku ditipu! Dia bilang aku pacarnya? Itu mustahil, sebelumnya dia marah-marah karena aku bilang kita sudah selesai!" Keluhnya kemudian tertidur. "Huaahh siapa sih ketuk-ketuk pintu!" Keluhnya sambil mengaduk rambutnya yang acak-acakan, lalu melangkah menuju pintu kamar hotelnya. Dia lupa kalau memiliki janji temu dengan Yudha malam ini. "Kraaakk.. astaga! Brakkk!" Ujarnya lalu menutup pintu kembali dalam sekejap mata. "Dia? Astaga! Aku lupa! Aku punya janji untuk bertemu dengannya!" "Kraaakk!" Membuka pintu kamarnya kembali. "Masuklah, aku mandi dulu." Ujarnya sambil menutupi wajahnya karena menahan rasa malu tingkat seribu derajat Celsius. Yudha tersenyum melihat gadis itu menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya, karena dia tidak ingin Yudha melihat bagaimana wajahnya saat ini. "Hem." Sahut Yudha sambil duduk di tepi tempat tidur gadis itu. Pria itu melihat lembaran-lembaran kertas dalam genggaman tangannya. Beberapa dia letakkan di sebelahnya. Rasya sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan baju kimono. Rambut gadis itu masih basah. Ragu-ragu dia mendekati Yudha, berdiri di depan pria itu. Yudha mengangkat wajahnya, menatap wajah bersih tanpa make up di depannya. "Ini berkasnya, kamu bisa mempelajarinya." Ucapnya sambil mengulurkan berkas pada genggaman tangannya. Rasya segera menerimanya dan membacanya satu persatu sambil menghenyakkan tubuhnya di sebelahnya. Yudha menatap gadis di sebelahnya, Rasya terlihat serius mempelajari semua berkas yang dia berikan. "Bagaimana apakah ada yang kamu tanyakan?" Tanyanya pada Rasya setelah satu jam menemaninya di dalam kamar tersebut. Gadis itu menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak ada pertanyaan sama sekali. Lalu Yudha mencoba mengajukan pertanyaan padanya. Dengan cepat gadis itu segera menjawab pertanyaan darinya tanpa kesulitan sama sekali. Karena Rasya memang sangat ahli di bidangnya. Gadis tersebut juga meraih prestasi yang tidak main-main di perusahaan tempat ia bekerja selama ini. Jadi kualitas kerjanya tidak perlu diragukan lagi. Yudha diam-diam kagum pada gadis cerdas di sebelahnya itu. Sudah beberapa jam berlalu, tak terasa mereka bicara ke sana-sini hingga waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi sepertinya Yudha sedang hanyut karena percakapan mereka berdua. "Sudah malam pak ceo?" Ujar Rasya mencoba untuk mengingatkan padanya agar pria itu segera keluar dari dalam kamarnya. "Lalu?" Tanya Yudha seolah-olah dia tidak mengerti maksud ucapan gadis di sebelahnya itu. "Bukannya anda harus kembali ke kamar anda sendiri?" Tanya Rasya padanya. "Ahhhhh.. aku lelah sekali Rasya!" Ujar Yudha sambil merebahkan tubuhnya ke belakang hingga dia kini tidur terlentang di atas tempat tidurnya. "Apa-apaan ini!" Gumam Rasya dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD