THE LEGEND 40

1503 Words
Xiumin tengah bersembunyi di dalam goa, tempat ia membunuh para penghianat di masa lalu. Di saat dirinya masih menduduki tahta kerajaan Zhang. Namun sekarang berbeda, dirinya tak lagi dikenal di sana. Entah apa yang membuat namanya lenyap seakan di telan bumi. Xiumin hanya menghabiskan waktunya untuk bermeditasi, mengumpulkan kekuatannya kembali. Agar bisa membalas dendamkan sakit hatinya pada semua orang yang telah membuatnya tersingkir. Tiada lagi sahabat, yang ia harapkan hanyalah sang putra dan juga tahtanya kembali pada dirinya. Xiumin berusaha melawan iblis di dalam hatinya, yang selalu saja berbisik untuk membunuh Xiu Zuan. Ingin ia melakukan semua itu, agar terbebas kembali dari jeratan iblis biadap di dalam tubuhnya ini. "Xiumin ... bunuh Xiu Zuan, dan aku akan pergi dari tubuhmu." bisik sosok tak kasat mata itu dalam diri Xiumin. "Diam!!" teriak pria itu seraya menghempaskan kekuatannya, mengamuk ke segala arah, menghantam bebatuan besar di sana, hingga hancur tak berbentuk. "Keluar dari tubuhku!!" teriaknya bak orang hilang akal. Sedang di sisi lain, tanpa sepengetahuan Xiumin. Zhen tengah mengawasi gerak-geriknya dari kejauhan. Pemuda itu hanya menggelengkan kepalanya, merasa miris dengan sosok pria di kejauhan sana. Zhen tak hanya sendiri, ia bersama dengan Xiaotan. "Kenapa Raja Xiumin begitu mengerikan?" tanyanya lirih. "Begitulah dirinya, aku merasa kasihan padanya. Aku pikir dia akan berubah setelah kejadian yang dilaluinya." "Mungkin ini sudah menjadi jalan hidupnya, yang hanya dihantui oleh perasaan dendam." *** Xiu Zuan tengah bersama dengan Phoenix, mereka terlihat begitu akrab. Xiu Zuan juga terlihat nyaman bersama sosok itu, tanpa menyadari jika sedari tadi pemuda itu mengamati setiap inci gerak-geriknya. "Xiu Zuan," panggilnya. "Iya?" sahut wanita tersebut. "Bolehkah aku menjaga dirimu lagi?" Xiu Zuan terdiam, menundukkan wajahnya. Haruskah ia menerima tawaran pemuda-Phoenix ini?. "Bagaimana, hm?" tanyanya lagi. Xiu Zuan tak menyahut berlahan ia hanya menganggukkan kepalanya. Phoenix itu tersenyum, sedikit lagi maka Xiu Zuan akan menjadi miliknya. Pemuda itu berdiri dari tempat duduknya, beralih mengambil sesuatu dari balik kantung merah yang ia simpan di dalam kotak kecil berwarna emas. Phoenix mengambil isi dari dalam kantung merah tersebut, sebuah pil berwarna biru terang. Berlahan ia kembali mendudukkan tubuhnya di samping Xiu Zuan. Membuka genggaman telapak tangannya yang berisi pil tersebut. "Ini apa?" tanya Xiu Zuan, yang tak mengerti. Menatap pil berwarna biru yang disodorkan oleh pemuda-Phoenix di sampingnya. "Minumlah! Maka aku akan bersatu dengan jiwamu." Xiu Zuan merasa ragu, kembali menatap pemuda di sampingnya. Menyelami dalamnya pancaran mata hezel yang kini menatapnya dengan tatapan lembut. Seakan tersentuh oleh tatapan mata pemuda itu, Xiu Zuan berlahan mengambil pil dari telapak tangan Phoenix. Menatap ragu pil berwarna biru yang kini sudah beralih di tangan kanannya. Haruskah ia meminum obat ini?. Taka ada pilihan lain, dengan cepat ia memasukkan pil tersebut ke dalam mulutnya. Menelan paksa pil tersebut hingga kini masuk ke dalam kerongkongannya. Phoenix itu diam-diam menyembunyikan senyuman evilnya. "Akhirnya, kau menjadi milikku. Aku bisa menghancurkan Xiumin, lewat dirimu." batin pemuda itu tertawa dalam hati. Xiu Zuan merasakan keanehan dalam tubuhnya, entah mengapa rasanya begitu panas. Seolah ada api membara yang membakar tubuhnya. Dengan cepat Phoenix itu memejamkan matanya dan masuk ke dalam jiwa Xiu Zuan. Seiring bersatunya sosok pemuda tersebut dalam tubuh Xiu Zuan, berlahan tanda bunga lili yang berada di lengan kanan Xiu Zuan berubah warna menjadi hitam pekat. "AKKHHH!!!" teriak Xiu Zuan kesakitan, sembari menggeliat tak karuan. Kedua bola matanya berubah menjadi biru pekat, tanda bunga lili berwarna hitam di lengannya berlahan menjalar di sebagian tubuh Xiu Zuan, seakan bunga itu tumbuh di dalam tubuhnya. Xiu Zuan membanting tubuhnya, seakan tak merasa sakit sedikitpun oleh benturan- benturan benda keras di sekitarnya. Ia merasa tenggorokannya terasa kering, mencekik. Haus tak tertahankan, dengan langkah sempoyongan wanita itu berjalan menuju ke arah dapur. Mengambil air minum dalam tembikar, meminumnya begitu rakus. Bahkan air minum itu tak mampu melepaskan dahaganya. Hingga terpaksa Xiu Zuan mengguyur tubuhnya dengan air yang lebih banyak. Berharap rasa haus itu hilang. Xiu Zuan sudah kehilangan akal sehatnya, ia berlari keluar dari kediamannya. Menemukan sosok kelinci lucu, yang kini terlihat tengah berlarian tak jauh dari tempatnya berdiri. Entah punya kekuatan dari mana, hingga Xiu Zuan bisa berlari secepat kilat. Menangkap kelinci itu, menatapnya dengan tatapan mata begitu minat. Seakan tengah menemukan makanan lezat di hadapannya. Tanpa menunggu lama, Xiu Zuan langsung menggigit leher binatang itu. Menghisap darah binatang tersebut, meneguknya dalam beberapa tegukan. Xiu Zuan tersenyum, kala dahaga yang sedari tadi menyerang tubuhnya musnah seketika. Ia baru menyadari, jika yang ia butuhkan hanyalah darah. Bukannya air putih. Beberapa menit kemudian, wanita itu terjatuh tak sadarkan diri. "Ibu!" Zhang Xiang yang baru saja kembali ke kediamannya sontak terkejut saat mendapati sang ibu yang jatuh pingsan dengan darah membasahi sebagian bajunya dan juga bibirnya. Zhang Xiang takut, jika sampai sang ibu kenapa-napa. Sungguh, ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Xiu Zuan membuka kedua matanya, menatap bingung ke arah sang putra. Yang kini merengkuh tubuhnya erat. "Zhang Xiang? Apa yang terjadi?" tanyanya. "Ibu baik-baik saja?!" serunya, dengan senyuman merekah. "Memangnya apa yang terjadi?" Xiu Zuan masih belum menyadari, hal aneh yang terjadi pada dirinya. Zhang Xiang bingung harus menjelaskan bagaimana, ia sendiri juga bingung dengan keadaan sang ibu. Yang ia lihat hanya bekas darah di bibir sang ibu, dan bekas ceceran darah di baju wanita tersebut. Xiu Zuan mengikuti arah pandang sang putra. Tanpa sengaja ia melihat seekor kelinci yang terlihat mati mengenaskan di sampingnya. "Aaaaa!!!" teriaknya, memeluk erat tubuh sang putra. Ia syok, kenapa ada kelinci bersimbah darah di sana?. Dan bajunya, kenapa ada noda darah? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dirinya tak bisa mengingat apapun?. "Zhang Xiang, apa yang terjadi padaku?" tanya Xiu Zuan gusar, kedua matanya bergulir gelisah. Zhang Xiang hanya terdiam, memejamkan kedua matanya. Merasakan suhu tubuh sang ibu yang terasa sedikit berbeda. Aura ini, yah ... aura yang sama dengan aura tubuh Phoenix. Sontak kedua mata Zhang Xiang membelalak lebar. "Di mana Phoenix itu, Ibu?!" tanyanya mengintimidasi. Xiu Zuan bingung harus menjawab apa, ia sendiri juga tak tau di mana sosok itu berada. "Ibu tidak tau." Dengan segera, Zhang Xiang meraih lengan sang ibu. Menatap tak percaya tanda bunga lili yang kini sudah menjalar naik ke atas lengan ibunya tersebut. "Tidak, ini tidak mungkin." gumam pemuda itu, sepertinya ia sudah tau apa yang tengah terjadi pada sang ibu. "Ibu, kita harus menemui paman Zhen dan juga paman Minghau." tuturnya. Xiu Zuan tak ingin bertanya lebih banyak lagi, ia hanya mengangguk menyetujui permintaan sang putra. Keesokan harinya. Xiu Zuan bersama putra kesayangannya pergi menuju ke kota. Lebih tepatnya memasuki wilayah kerajaan Zhang. Guna menemui sosok sahabatnya. Kini mereka sampai di sebuah pondok kecil, di mana Zhen dan Minghau tinggal. Mereka sengaja merubah penampilannya dengan menyamar sebagai rakyat jelata. "Ada perlu apa kalian datang ke sini, hah?" panik Zhen, tak menyangka jika Zhang Xiang membawa sang ibu masuk dalam wilayah kerajaan Zhang. Zhang Xiang berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada sang ibu. Dan bermaksud meminta bantuan pria tersebut. Zhen begitu terkejut, ia berjanji akan membantu Xiu Zuan terbebas dari penderitaannya. Xiu Zuan menatap kosong banyaknya orang berlalu lalang di hadapannya. Hingga tiba-tiba terdengar bisikan dari dalam dirinya, suara bisikan itu seolah sudah menguasai otak dan hatinya. "Xiumin ... bukankah dia pria yang sangat kau benci?" bisikan itu semakin jelas. Xiu Zuan mencengkram erat ujung bajunya, rasa panas mulai mendera tubuhnya kembali. Rasa terbakar itu kian semakin menjadi. Berlahan kedua mata indah wanita itu berubah kembali, menjadi warna biru pekat. Rasa haus mulai terasa mencekiknya lagi. Dengan cepat ia berlari keluar, menatap lapar para manusia yang berlalu lalang di sana. Namun dengan cepat Zhang Xiang segera menghentikan langkah sang ibu. Merengkuh tubuh wanita tersebut, jangan sampai Xiu Zuan berbuat ulah dan berakhir mengacaukan wilayah ini. Sungguh, kekuatan Xiu Zuan tidaklah main-main. Wanita itu memberontak dan meraih pergelangan tangan Zhang Xiang. Menggigit pergelangan tangan pemuda tersebut, menghisap darah sang putra begitu rakus. Zhang Xiang hanya bisa berteriak tertahan. Merelakan darahnya diminum oleh sang ibu. Zhen membolakan kedua bola matanya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Begitupula dengan Minghau, ia juga tak kalah terkejut dengan apa yang di lihatnya ini. Apa yang terjadi pada Xiu Zuan? Kenapa wanita itu berubah menjadi sosok mengerikan seperti ini?. Setelah kenyang menghisap darah Zhang Xiang. Xiu Zuan berlahan melepas gigitannya, tubuhnya melemas tak berdaya. Zhen segera merengkuh tubuh lemas wanita tersebut. Sedang Zhang Xiang tengah mengobati luka di pergelangan tangannya. "Apa yang terjadi padamu, Xiu-er?" batin Zhen. "Paman, sebaiknya kita harus memecahkan masalah yang tengah menimpa ibuku." tutur Zhang Xiang. Zhang Xiang menunjukan perubahan warna pada tanda bunga lili di pergelangan tangan sang ibu, pada ke dua pemuda di hadapannya. Minghau terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus ia lakukan. "Lili hitam, melambangkan kebencian." gumamnya. "Apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Zhen. "Aku harus memastikannya. Aku tidak terlalu yakin. Zhang Xiang! Ikut denganku." pintanya segera bergegas pergi. Diikuti sosok pemuda yang lebih muda di belakangnya. Zhen segera memindahkan tubuh Xiu Zuan ke dalam kamarnya. Menghapus jejak darah yang masih membasahi area bibir wanita tersebut. Minghau menuju ke tempat di mana Liu Chang menetap. "Liu Chang!" panggilannya. Liu Chang yang tengah meramu obat pun segera bergegas keluar dari kediamannya. Melihat siapa gerangan yang bertamu di kediamannya ini?. "Minghau?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD