THE LEGEND 19

1153 Words
Pandangan mata-raja kembali fokus ke depan. Xiumin merenungi kejadian yang menimpa dirinya. Kenapa mimpi ini begitu indah? Kenapa mimpi ini begitu menghanyutkan? Wanita dalam gendonganya ini mampu memberikan semua yang tidak pernah ia rasakan selama hidupnya. Mimpi terindah sepanjang hidup Xiumin.  Bolehkah jika ia menginginkan untuk tinggal di alam mimpi ini? Untuk selamanya. Andai kesempatan seperti di dunia mimpi ini benar-benar ada, Xiumin rela untuk melepas semuanya. Tak apa jika ia tak memiliki kekuatan. Tak apa dia tak menjadi raja. Asalkan ia bisa mendapatkan yang namanya cinta,  merasa dibutuhkan dan dimanjakan setiap saat. Sungguh ia rela melepas semuanya. *** Ini adalah mimpi yang kesekian kali. Xiumin terbangun di Minggu pagi. Sembari mengerjapkan kedua mata hezelnya. Ia menoleh ke samping dan mendapati Xiu Zuan, terlihat sedang mencari sesuatu. "Kau mencari apa, Sayang?" Xiu Zuan memutar bola matanya malas dan menenteng sepasang sepatu di kedua tangannya. "Cepat bangun! Tuan Xiumin pemalas, kau lupa? Bukankah kemarin kau mau lari pagi, cepat bangun agar badanmu sehat, dan aku akan melanjutkan memasak!" seru sang istri. Xiumin hanya menurut semua ucapan kesayanganya. Lari pagi bukanlah hal yang sulit bukan?. Lantunan ucapan Xiu Zuan dan segala kecerewetannya menjadi rutinitas yang menyenangkan untuk Xiumin. Ia bahagia ada yang memperhatikannya. Xiumin mengitari sekitar komplek perumahan yang tertata rapi. Walau udara di sini tak se-segar di negara Zhang. Xiumin memutuskan untuk berlari lebih jauh menuju sebuah perbukitan. Ia berhenti memandang jauh perumahan yang terjajar rapi. Dengan batangan besi yang menjulang tinggi. Xiu Zuan pernah mengatakan, jika benda itu disebut penangkal petir. Xiumin terkekeh geli. Kenapa orang-orang di sini sangat lucu. Begitu takutkah mereka pada petir?. Andai ia mengatakan pada semua orang, bahwa ia bisa menciptakan petir dan menunjukannya, apa orang-orang akan mati berdiri semua? Batin Xiumin tertawa. Setelah beberapa menit telah berlalu, Xiumin akhirnya memutuskan untuk segera kembali pulang. Sambil memikirkan sarapan pagi apa yang akan dibuat istri cantiknya?. Sesampainya di rumah, Xiumin langsung menuju ke ruang makan. Dan melihat banyak makanan lezat tertata rapi di atas meja makan. Tanpa basa-basi Xiumin langsung mencomot roti bakar yang sudah di siapkan Xiu Zuan. "Aishh ... Xixi, mandi dulu! Kau itu kebiasaan, dasar monster." Xiumin mendelikan matanya, ia sedikit tak suka dengan kata-kata Xiu Zuan. "Xixi ... cepat mandi! Akan ada orang sepesial yang akan datang!" ujar Xiu Zuan. Tanpa pikir panjang Xiumin akhirnya pergi ke kamar dan segera mandi. Setelahnya Xiumin kembali ke dapur dan memeluk tubuh sintal istrinya dari belakang, mencium ceruk leher wanita tersebut. Mencium aroma vanila yang telah menjadi candu baginya saat ini. "Sayang ... siapa yang akan datang ke rumah kita?" "Kau lupa?" tanya Xiu Zuan, memandang heran ke arah sang suami. "Em, siapa yang akan datang? Katakan!" Xiu Zuan tersenyum. "Kak Zhang Wang Yuwen." Xiumin terperangah, tubuhnya membeku seketika. Berusaha mencerna kata-kata Xiu Zuan, berharap ia salah pendengaran kali ini. "Siapa? Zhang Wang Yuwen?" tanya Xiumin, memastikan. "Iya! Zhang Wang Xiumin, kakakmu satu-satunya." ucap Xiu Zuan dengan senyum manisnya. Xiumin terdiam, matanya mulai terasa memanas. Kedua tangannya mengepal erat. Nama itu ... ia benar-benar benci. Ingatannya kembali pada masa-masa terdahulu. Mendengar nama pemuda itu saja, rasanya ia sangat muak. TING ... TONG ... TING ... TONG ... Suara bel pintu berbunyi. Membuyarkan hayalan Xiumin. Beda dengan Xiu Zuan, yang kini menampilkan berbinar kebahagiaan, dan langsung melompat ria membuka pintu. "Astaga ... dia datang lebih cepat dari perkiraanku!" serunya. Pintu terbuka, menampilkan sosok pemuda tampan. Sosok pemuda yang benar-benar Xiumin benci, ibarat sampai tiap helai rambut pemuda itu, Xiumin membencinya.  Ia sungguh tak tahan ingin sekali rasanya membunuh makhluk yang ada di depannya ini, saat ini juga. "Ah, Kakak ... kau bawa apa?" tanya Xiu Zuan riang, sambil mengajak Zhang Wang Yuwen masuk ke dalam rumahnya. "Es krim kesukaanmu, Sayang..." ucap Yuwen, sambil mengusap rambut Xiu Zuan lembut. "Manisnya ... terima kasih, Kak! Ah, iya itu ada Xiumin! Ayo kesana!" ajak Xiu Zuan. "Ayah dan ibu juga akan kesini sebentar lagi," ucap Yuwen. "Benarkah? Ini benar-benar membahagiakan, Kak!" pekik Xiu Zuan. Xiumin masih terpaku menatap tajam ke arah Xiu Zuan dan Zhang Wang Yuwen. Sungguh, ingin sekali memukul sosok pemuda yang sedang tersenyum lembut padanya. Kenapa ia harus bertemu dengan sosok yang memuakan dan bahkan sudah ia bunuh dengan keji sebelumnya, di dunia ini?. Dan apa mereka bilang ayah dan ibu? Ch! Menjijikan. Mereka semua yang telah menghancurkan hidup Xiumin sampai ke titik terbawah. Dan sekarang mereka di pertemukan kembali? Tidak, itu tidak akan terjadi, itu mustahil. BRAKKK!!! Xiumin menggebrak meja dengan napas memburu, ia tak bisa menerima kenyataan di hadapannya. Xiumin langsung berlari menuju kamarnya. Xiu Zuan dan Yuwen menjengit kaget dengan kelakuan Xiumin. "Ada apa dengan Xiumin? Kenapa dia seolah memendam dendam padaku?" tanya Yuwen bingung, karena tingkah Xiumin tak seperti biasanya. "Aku juga tak tau Kak, ah! Sudahlah ...  mungkin dia sedang ada masalah." ucap Xiu Zuan mencairkan suasana. Xiumin menatap pantulan bayangannya di depan cermin. Dan dia baru menyadari saat ini.  Bahwa dirinya terlihat lebih muda dan tampan. Mungkin berkisar selisih 5 tahun dari dirinya di kerajaan Zhang. CRANGGG!!! Xiumin memukul cermin di hadapannya, hingga kaca itu pecah berantakan. Tak menghiraukan ceceran darah yang mengalir di punggung telapak tanganya. Hatinya terlalu sakit mengetahui kenyataan hidup di dunia mimpi ini. Ia tak mau jika harus hidup rukun dan hangat bersama keluarganya. Mimpi yang dulunya ia anggap mimpi terindah sekarang berbalik menjadi mimpi buruk, teramat sangat buruk. Ia ingin keluar dari sini. Tak ingin bertemu dengan orang-orang biadap yang membuat hidupnya berantakan. Xiumin keluar dari kamarnya dan berlari keluar rumah, tak menghiraukan teriakan Yuwen dan Xiu Zuan di belakangnya. Satu yang ada di otak Xiumin saat ini. Ia harus keluar dari mimpi buruk ini secepatnya. Terus berlari dan berlari tak tentu arah. Hingga ia berhenti di sebuah jembatan. Dan melihat sungai yang terbentang luas di bawahnya. Tanpa menunggu lama, ia langsung melompat ke dalam sungai.  Jika pun harus mati, itu akan lebih baik dibanding ia harus bertemu dengan sekelompok manusia yang paling ia benci di setiap jengkal hidupnya. *** Xiumin terbangun dari tidurnya, dengan keringat bercucuran membasahi pelipisnya. Napasnya memburu. Berlahan ia meraup wajahnya kasar. Dan menoleh kesamping. Melihat sosok Xiu Zuan yang tertidur pulas. Ia ingin memastikan sudah kembali ke dunia nyata atau masih dalam ilusi yang mengerikan. Tangan kanannya gemetar, berlahan menyibak selimut yang menutupi tubuh sang istri. Berlahan tatapan mata tajam itu berubah sendu. Ia melihat perut buncit istrinya. Entah mengapa perasaannya terasa lega, napasnya mulai teratur dan ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Memejamkan kedua matanya sejenak. Pikirannya masih melayang pada mimpi yang mengerikan, yang baru saja ia alami. Ia tak mau kembali terseret dalam mimpi itu.  Sungguh itu sangat menyakitkan. Bagai terbunuh secara berlahan. Xiumin menidurkan tubuhnya kembali, mengusap wajah istrinya. Kemudian memeluk tubuh gembul itu, begitu erat. Berharap ia tetap ada dalam dekapan Xiu Zuan dan tak akan kembali ke dunia mimpi. Perut buncit Xiu Zuan menempel di d**a bidang Xiumin. Dan tiba-tiba Xiumin merasakan tendangan-tendangan kecil dari dalam perut istrinya. Tanpa sadar seutas senyum manis tertera di bibir sexy pemuda tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD