THE LEGEND 27

1713 Words
Setelah mereka ber-4 kembali ke tubuh masing-masing. Mereka lagi-lagi kembali dikejutkan dengan dengan menghilangnya raga Xiu Zuan. "Zhen! Jelaskan padaku. Di mana tubuh istriku?!!" teriak Xiumin, seperti orang kehilangan akal. "Sungguh, ini begitu rumit. Bisa kau jelaskan, Minghau?" Suho memijit pelipisnya.  Semua jauh dari ekspektasi perkiraan mereka. Kejadian tiba-tiba ini terjadi begitu cepat.  Membingungkan, sulit di pikir dengan logika. "Tubuh Xiu Zuan kemungkinan juga terbawa ke dalam dunia lain, masa depan. "Zhen! Kau punya kemampuan menyegel jiwa manusia, kan?  Tolong lakukan segel tubuh di tubuh Xiu Zuan, jangan sampai iblis itu menemukan keberadaanya." pinta Minghau. Tanpa menunggu lama, Zhen langsung berlari menuju ruang pribadinya, di mana terdapat puluhan burung merpati yang terperangkap di dalam sangkar.  Pemuda itu segera mengucap mantra dan memasukan jiwa Xiu Zuan ke dalam merpati itu, guna melindunginya.  Namun aneh, merpati itu tiba-tiba saja tak bergerak, Zhen terbelalak kaget, tidak mungkin Xiu Zuan tiada, gumamnya khawatir.  Zhen tak ingin menyerah begitu saja, ia akan tetap berusaha, kemudian menutup sangkar burung itu, dan berlahan memundurkan langkahnya.  Raut kesedihan yang tak bisa di artikan terpancar di wajah pemuda tersebut. "Ya, Tuhan ... tolong selamatkan Xiu Zuan.  Dia sudah banyak menderita, ku mohon selamatkan dia." Zhen rerisak, ia tak sanggup membayangkan apa yang terjadi pada Xiu Zuan. Berlahan Zhen menutup sangkar itu dengan kain putih. Dengan pelan ia memundurkan langkahnya, tatapan kedua matanya berubah sendu. "Bagaimana caraku mengatakan pada Xiumin? Aku tak sanggup melihatnya menderita," gumamnya dalam hati. Namun keajaiban terjadi,  sangkar itu tiba-tiba bergerak,  tanda adanya kehidupan di dalamnya.  Seulas senyum tertera di bibir Zhen, ia begitu bahagia. Tanpa menunggu lama, Zhen segera berlari menemui teman-temanya untuk memberitahukan kabar baik ini. Melihat atensi Zhen yang terlihat tengah berlari dari kejauhan, Xiumin segera menghampiri sosok itu, seraya menggendong bayi mungilnya. "Bagaimana keadaan Xiu Zuan, Zhen? Apa dia baik-baik saja?" tanyanya menggebu. "Iya. Xiu Zuan baik-baik saja. Sudah ku katakan, jika dia wanita yang kuat." Zhen mengambil alih bayi dalam gendongan Xiumin. Akhirnya Xiumin bisa bernapas lega,  setidaknya istri tercintanya masih bisa selamat. "Oiya. Xiumin, aku juga ingin memberitahumu sesuatu hal. Bahwa sebenarnya para kelompok suku Yang masihlah hidup,  aku masih menyimpan jiwa mereka, apa kau ijinkan? Jika aku membangkitkan hidup mereka lagi?" Xiumin membolakan kedua matanya,  seolah tak percaya apa yang diucapkan oleh pemuda di hadapannya. "Apa maksudmu Zhen? Mereka masih hidup?" "Iya. Aku menyimpan jiwa-jiwa mereka dalam tubuh burung merpati.  Kalau kau mengijinkan, aku akan melepas burung-burung itu dan suku Yang, akan kembali bangkit." "Lakukan Zhen! Setidaknya untuk sekedar menebus kesalahanku pada Xiu Zuan. Andai dia ada di sini, pasti dia akan sangat bahagia." Xiumin tersenyum sendu, sambil memandangi wajah tampan anaknya. *** Lima tahun telah berlalu. Putra Xiumin, yang telah diberi nama Zhang Xiang. Kini anak itu sudah tumbuh besar dan menjadi sosok anak balita yang sangat pintar dan juga begitu cerdas,  untuk anak seusianya. Biasanya bocah se-usia Zhang Xiang, hanya bisa menikmati hari-hari untuk bermain. Tapi tidak untuk bocah tersebut, dia sudah sangat lihai bermain pedang, bela dirinya bahkan juga tidak bisa diremehkan. "Minghau! Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Aku ingin bertemu dengan istriku." keluh Xiumin. Suami mana yang tak merindukan istrinya setelah berpisah selama bertahun-tahun. "Sebenarnya, aku mempunyai seorang sepupu, dia seorang penjelajah waktu." "Apa? Jadi, suku Zhi Zhu bukan hanya kau saja yang tersisa?  Kenapa kau tak bilang padaku?!" tanya Xiumin, tak percaya. "Kau pikir aku bodoh?!  Kalau aku memberitahumu mengenai dirinya, yang jelas kau pasti akan melenyapkannya saat itu!" ketus Minghau. Xiumin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Benar juga apa yang dikatakan pemuda ini. "Lalu, sekarang dia ada dimana?" tanya Suho, antusias. "Dia bersembunyi di dunia masa depan." jawab Minghau, santai. "Kenapa bersembunyi? Dasar pengecut." cibir Xiumin. "Dia tak memiliki ilmu sihir tinggi seperti kita, dia hanya memiliki kemampuan menjelajah waktu." "Apa kau bisa meminta tolong padanya? Untuk mengawasi Xiu Zuan di sana?" tiba-tiba Zhen bertanya. "Mungkin bisa." Xiumin tersenyum bahagia, setidaknya ada sedikit celah mengenai kabar istri tercintanya. Minghau segera bermeditasi, berusaha melakukan interaksi dengan sepupunya. Setelah beberapa saat kemudian, Minghau kembali membuka matanya.  Dengan tersenyum tipis, sudah dipastikan, jika tengah ada kabar baik. "Bagaimana, Hau?" tanya Liu Chang, penasaran. "Aku berhasil. Dia akan segera datang ke dunia kita?" serunya. Tiga hari kemudian.  Seseorang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang.  Zhaoyang, Dialah sosok sepupu-Minghau, dari masa depan. Sosok pemuda itu datang dengan menggunakan pakaian kasual yang aneh menurut Xiumin, beserta teman-temanya. "Minghau ... bagaimana kabarmu sepupuku?" Zhaoyang berlari dengan lebay-nya dan kemudian memeluk tubuh sang sepupu.  Xiumin sempat dibuat cengo dengan tingkah pemuda aneh itu. Yang terbilang sangat unik bin ajaib. "Kau yakin Liu Chang? Jika dia sepupu Minghau?" bisik Xiumin, di samping telinga Liu Chang. "Aku juga tidak tau. Aku juga baru melihatnya sekarang ini." "Dia sangat aneh. Seperti cacing kepanasan saja tingkahnya," bisik Zhen di samping telinga Xiaotan. Sedang Xiaotan hanya terkekeh geli. "Woah... aku tak menyangka, jika manusia di sini tampan-tampan. Andai kalian berada di duniaku,  pasti sudah ku rekrut kalian semua, menjadi artis terkenal." ucap Zhaoyang penuh semangat. "Krik ... krik ... krik ... (hening) Semua melongo dengan tidak elitnya.  Terlalu bingung dengan ucapan pemuda ajaib ini. Dia aneh, tak ada yang mengerti apa yang di maksudkan oleh pemuda itu. Zhaoyang yang menyadari keanehan dari tatapan mata teman-temanya, hanya celingak-celinguk tidak jelas. "Ahaha ... sudah lupakan ucapanku. Oiya. Kenapa kau memanggilku ke sini, Hau?" tanya Zhaoyang kemudian, memecah keheningan. Minghau segera menceritakan semua masalah yang kini tengah mereka hadapi. Dan bermaksud meminta bantuan Zhaoyang. "Kalau begitu lepaskan segel Xiu Zuan, agar dia terbebas di masa depan,  aku akan kembali dan menjaganya." ucap Zhaoyang, mantap. Zhen hanya mengangguk. "Setelah aku mengetahui keberadaan Xiu Zuan, maka aku akan segera kembali kesini, untuk mengajak kalian semua ke masa depan."  ucap Zhaoyang kembali.  Yang mana membuat Xiumin begitu semangat dengan pancaran mata berbinar. "Benarkah kita akan bertemu dengan Xiu Zuan?  Kau tidak bohong, Zhaoyang?" tanya Minghau antusias. "Dasar bantet! Kapan aku pernah berbohong padamu?" cerca Zhaoyang. Mereka bergegas ke ruangan pribadi Zhen,  mengambil merpati yang di dalamnya terdapat jiwa Xiu Zuan.  Kemudian mereka menuju ke perbatasan kerajaan Zhang, yaitu tembok besar.  Sekaligus Xiumin juga akan mengumumkan sesuatu yang hal yang mengejutkan, bagi rakyat Zhang. Xiumin tak lupa mengajak semua kelompok suku Yang, yang sudah di bangkitkan Zhen. Kemudian Xiumin melepaskan seekor burung merpati putih di tangan kanannya, dengan berderai air mata. "Semoga Xiu Zuan baik-baik saja di sana." doa Zhen. Semua orang menangis sedih, terutama kedua orang tua Xiu Zuan. Xiumin sangat merasa bersalah, kenapa Lagi-lagi semua sudah terlambat.  Namun ia berjanji akan membebaskan semua suku Yang, dan membuka gerbang tembok pembatas untuk semua wilayah. Tak ada lagi perpecahan antara kasta rendahan dengan kasta tertinggi. Semua setara kedudukannya. "Aku! Raja Zhang Wang Xiumin,  penguasa negri Zhang.  Mengumumkan, mulai detik ini.  Gerbang pembatas akan di buka,  dan suku Yang akan menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan Zhang. Kalian tak usah berpikir akan kekurangan,  karena hidup kalian akan dijamin oleh kerajaan ini. Mulai saat ini, Kerajaan Zhang mengibarkan bendera perdamaian." Sontak disambut gembira oleh semua orang.  Begitupun dengan para sahabat Xiumin, mereka tak menyangka jika Xiumin akan mengumumkan sesuatu yang mengejutkan seperti ini. *** 5 tahun kemudian. Setelah Zhaoyang kembali ke masa depan untuk menjaga Xiu Zuan, lima tahun yang lalu. Kini sesuai janjinya, pemuda itu kembali ke masa lalu. Dimana kerajaan Zhang berada. "Zhaoyang ... bagaimana keaadan Xiu Zuan? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sehat? Apa dia bahagia?" rentetan pertanyaan Xiumin lontarkan pada Zhaoyang. Membuat pemuda itu kebingungan untuk menjawabnya. "Astaga ... kau ini bertanya atau sedang mengintimidasiku sebenarnya?!" jengah Zhaoyang. "Maafkan aku, Zhao, aku hanya begitu bersemangat." kekeh Xiumin. "Sekarang jelaskan Zhaoyang! Apa yang terjadi di sana?!" kini Zhen yang angkat berbicara. "Apa kau mau menemui Xiu Zuan,  Xiumin?" tanya Zhaoyang, serius. "Kenapa kau masih tanya, Zhaoyang?! Tentu saja iya!" "Tapi, kau harus menerima kenyataan, bahwa Xiu Zuan tak akan mengenalimu, dia melupakan segalanya." DEGGG!!! Xiumin syok,  kenapa? Kenapa istrinya melupakannya?. Tapi Xiumin tak akan menyerah. Ia akan mendapatkan istrinya kembali. "Kami juga akan ikut denganmu, Xiumin!" sahut teman-temanya. Membuat Xiumin begitu terharu. "Terima kasih, untuk kalian semua," Xiumin begitu bahagia. Ia tak menyangka jika Minghau dan Liu Chang yang dulunya menjadi musuh bebuyutannya, sekarang malah berbalik menjadi sahabatnya. "Apa Xiu Zuan juga melupakan kami?" tanya Suho. "Mungkin tidak,  hanya saja ... Xiu Zuan akan mengenal kalian sebagai temannya saja di masa depan,  selebihnya ia tak akan mengingat kejadian lainya disini." jawab Zhaoyang. "Hei .. kenapa Xiu Zuan hanya melupakanku saja?! Ini tak adil!" gerutu Xiumin kesal. "Karena kau orang yang paling dicintainya." jawab Zhaoyang kemudian. "Sepertinya kau harus berjuang lagi, Xiumin, di masa depan." ejek Minghau. "Kita tak punya banyak waktu lagi. Kita harus secepatnya pergi ke masa depan. Aku tak bisa meninggalkan Xiu Zuan lama-lama. Asal kalian tau, iblis kegelapan itu sudah mengetahui keberadaan Xiu Zuan,  dan sampai detik ini dia masih mengejarnya. Bahkan di dunia nyata." jelas Zhaoyang. Yang mana membuat Xiumin geram. "Sial! Aku akan menjaga Xiu Zuan,  ayo kita segera pergi ke masa depan sekarang,  tapi tunggu! Bagaimana dengan putraku?" Xiumin bingung, harus mengajak anaknya atau tidak. Terlalu beresiko bila Zhang Xiang diajak. "Coba kau panggil dia. Aku tau, Zhang Xiang merupakan anak yang bijaksana." sahut Zhen, tenang. "Zhang Xiang ... Ayah akan menemui ibumu di masa depan,  Ayah akan menjaga ibu di sana,  apa kau mau ikut?" tanya Xiumin, lembut. "Tidak, Ayah ... aku sudah di takdirkan untuk menjadi penerus Ayah si sini.  Kalau aku ikut bersama Ayah, siapa yang akan memimpin kerajaan ini kelak? Aku akan tetap disini. Dan aku percaya, Ayah pasti bisa menjaga ibuku." ucap Zhang Xiang. Begitu bijaksana untuk bocah berumur 10 tahun.  Tapi itulah kenyataanya. Xiumin mengecup sayang kening putranya.  Ia akan merindukan putra kesayanganya itu pastinya.  Keputusan ini begitu berat.  Harus memilih antara anak dan istrinya. Xiumin mempercayakan Zhang Xiang pada orang kepercayaannya. Ryu,  sosok pemuda yang sudah Xiumin anggap sebagai adiknya sekaligus tangan kanannya. "Aku percayakan putraku padamu. Kendalikan kerajaan ini dengan baik,  setelah anakku umur 15 tahun, maka lantik dia sebagai putra mahkota, sekaligus pewaris kerajaan ini." pesan Xiumin. "Baik yang Mulia! Saya akan menjaga dan menjalankan amanat Anda," sahut Riyu. Mereka tak menunggu lama, Zhaoyang segera mengajak mereka menuju ke sebuah batu bukit tertinggi.  Semua rakyat mengantar kepergian kelompok sang raja sampai ujung gerbang pembatas.  Seraya melambaikan tangan mereka, tanda perpisahan. Sesampainya di ujung bukit batu tinggi tersebut,  sebuah cahaya putih menyilaukan datang, menjemput mereka.  Membawa tubuh mereka hilang dalam sekejap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD