THE LEGEND 37

1064 Words
                Peperangan masih berlangsung begitu  menegangkan, empat lawan satu. Namun sayang, kawanan Xiumin masih kalah telak dengan kekuatan Lee Quei.  Entah sudah berapa kali tubuh Xiumin dan teman-temanya terpental tak tentu arah, atau bahkan bertabrakan dengan benda-benda keras di ruangan itu. "Hah ... hah!" engahnya. "Sial, kenapa iblis itu kuat sekali." Xiumin berucap dengan napas beratnya. Dan kini tubuh Xiumin sudah bertumpu di ke dua lututnya. Tenaganya benar-benar sudah terkuras habis. "Aku bahkan tak tau,  kekuatan apa yang dia miliki.  Ck, dimana Zhaoyang?  Kenapa dia belum kembali?!" gerutu Liu Chang, yang tak kalah babak belur di sekujur tubuhnya.  Sedang Zhen, Suho, beserta Xiaotan, jangan tanyakan lagi bagaimana keadaan mereka.  Mereka bahkan kini sudah terkapar tak berdaya dengan luka di sekujur tubuh mereka. "Zhaoyang belum kembali dari dunia masa lalu." sahut Xiumin dengan napas tersengal-sengal. "Apa kita harus mati mengenaskan di tangan iblis itu? Ch, menjijikan." decih Liu Chang. "Aku tak akan mati begitu saja.  Aku tak akan membiarkan iblis itu mengambil Xiu Zuan dariku!" gerutu Xiumin, geram. Lee Quei bersemirk,  ia memainkan samurai tajam di tangan kananya. Berjalan berlahan mendekati tubuh menggigil Xiu Zuan. "Xiu Zuan. Bagaimana kalau kita akhiri saja semuanya ini, hm?  Aku akan membunuh suamimu di depan matamu. Hahaha ... pasti akan sangat menyenangkan bukan?" ucap Lee Quei, diiringi tawa nistanya. "Sialan!!! Aku tak akan membiarkan iblis sepertimu membunuh suamiku, b*****t!!!" teriak Xiu Zuan sekuat tenaga. "Ckckck ... mulut manismu tak pantas berbicara kasar seperti itu, manisku," Lee Quei menundukan tubuhnya,  meraih dagu wanita di hadapannya, dengan ujung jemari telunjuknya.  Dan siap untuk mencumbu bibir ranum, yang kini sudah terlihat bergetar. "Cuih!! Aku tak sudi kau sentuh!" Xiu Zuan meludah tepat di wajah Lee Quei.  Tentunya hal itu membuat pemuda iblis tersebut begitu marah. "Kurang ajar!! Makhluk tak tau diutung!!!" teriak Lee Quei murka, emosinya sudah tak terkendali lagi. Dengan kasar pemuda itu memukul wajah tersebut, hingga membuatnya jatuh tersungkur. Xiumin yang menyaksikan itu menggeram marah.  Ia tak terima jika istri tercintanya diperlakukan kasar oleh orang lain.  Sedang dirinya saja memperlakukan wanita tersebut bak emas permata. "Hentikan b******n!! Jangan berani menyentuhnya dengan tangan kotormu!!" maki Xiumin.  Ia mencoba berdiri sekuat tenaga. Mengumpulkan semua sisa kekuatannya.  Berusaha meraih pedang disampingnya susah payah.  "Aku sudah muak melihat wajah-wajah menggelikan kalian. Dan, mari kita akhiri semuanya.  Ucapkan selamat tinggal untuk istri cantikmu Xiumin. Yang sebentar lagi akan menjadi milikku seutuhnya." Lee Quei mengangkat kedua tangannya.  Dan seketika gumpalan kabut bola hitam muncul di kedua telapak tangan pemuda tersebut.  Siap untuk menghantam ke arah Xiumin dan Liu Chang. Kedua pemuda itu sudah pasrah akan hal yang terjadi pada diri mereka berdua. Mereka memejamkan kedua matanya.  Mungkin ini sudah takdir untuk mereka,  harus mati di tangan iblis kegelapan itu.  CRASSSS!!! ARRGGHHHH!!! Kilatan cahaya putih menyilaukan datang begitu cepat. Entah apa itu, semua terjadi begitu cepat. Sebuah panah emas menembus d**a Lee Quei.  Hingga tubuh iblis itu musnah, berubah menjadi kepulan asap hitam kemudian menghilang. Xiumin dan Liu Chang berlahan membuka kedua matanya lebar-lebar.  Masih memproses apa yang sedang terjadi.  Mereka tak mati,  dan siapa yang menolongnya? Siapa yang mampu memusnahkan makhluk itu? Pertanyaan-pertanyaan seputar di dalam otak mereka masing-masing. "Akkhhh ... Xiumin!!! Tolong aku!" teriakan Xiu Zuan membuyarkan keterpakuan mereka berdua. "Xiu Zuan! Asshh ... sial!" Xiumin berusaha mendekati tubuh sang istri, menyeret tubuhnya yang kini mungkin sudah remuk luar dalam.   Hingga tiba-tiba sosok pemuda datang dan semakin menambah Xiumin kembali terkejut. "Hah, kenapa ayahku sangat lemah sekali di dunia ini?" sosok itu berdecih remeh di samping Xiumin, sembari menyeret pedang besarnya. "Zha-Zhang Xiang?! Bagaimana bisa kau datang ke sini?!" tanya Xiumin, masih dalam mode cengo.  Ditambah sifat Zhang Xiang yang berubah menjengkelkan. Membuat Xiumin menggeram tak suka,  siapa yang mengajarkan Zhang Xiang menjadi anak yang tak tahu sopan santun begini?. Gumamnya. "Ah. Nanti saja ceritanya.  Aku mau menolong ibuku dulu," Zhang Xiang bergegas pergi meninggalkan sang ayah dan beralih mendekati tubuh lemah sang ibu,  yang kini sudah mulai hilang kesadaran. Xiumin memelototkan kedua bola matanya. "Hai!! Aku juga orang tuamu jika kau lupa!!" teriak Xiumin tak terima. Hingga muncul kembali sesosok pemuda. "Hah ... hah! Maaf. Aku terlambat semuanya!" teriak seseorang yang baru datang. Dengan cengiran tak berdosanya. Xiumin dan Liu Chang sontak menoleh kearah sumber suara dengan tatapan tajam menusuk. "Sialan!! Kau baru datang. Sedang kami hampir mati, Zhaoyang!!" emosi Liu Chang. "Hehe ... maaf! Tadi aku sedang mengurus anak itu. Hah! Dia begitu menyebalkan." jengah Zhaoyang, menunjuk ke arah Zhang Xiang. "Hah, Paman Zhaoyang,  kenapa kau lambat sekali." Zhang Xiang menghela nafas, lebih tepatnya mengejek pemuda di depannya. Zhaoyang hanya bisa merolling bola matanya. "Bahkan kau meninggalkanku begitu saja bocah nakal!!" maki Zhaoyang. "Ah. Sudah,  cepat tolong ayah dan teman-temanya. Aku akan menolong ibuku terlebih dahulu." ucap Zhang Xiang, seraya menggendong tubuh sang ibu dan membawanya pergi. Mereka pergi meninggalkan tempat Lee Quei,  bergegas menuju ke rumah sakit. Selang beberapa menit kemudian. Sesampainya di rumah sakit. Xiumin dan teman-temannya langsung di tangani Dokter di sana, begitu juga dengan Xiu Zuan.  Yang sekarang sedang menjalani operasi.  Karena terjadi pendarahan pada kandungannya. Entah apa yang terjadi pada wanita tersebut dan juga calon bayi di dalam perutnya. Zhang Xiang menghampiri ruangan di mana sang ayah dirawat.  Sejujurnya ada kerinduan yang mendalam di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ia bahagia bisa bertemu dengan keluarganya kembali, terutama pada sang ibu.  Yang belum pernah ia lihat sama sekali semasa hidupnya. Ah! Ternyata ibunya sosok wanita yang sangat manis dan begitu cantik.  Andai Xiu Zuan bukan ibu kandungnya, sudah Zhang Xiang pastikan, jika ia akan menjadikan wanita itu miliknya. Berlahan Zhang Xiang mendekati brangkar pesakitan sang ayah. Menatap lamat, wajah lebam pria tersebut. Yang kini terlihat tengah memejamkan kedua matanya, efek obat penenang yang baru saja Dokter berikan padanya. "Ayah," lirih pemuda-Zhang Xiang tersebut. Tak ada sahutan dari sang ayah, Zhang Xiang hanya menunduk lesu. Meremas jemarinya. Ia sedih, kenapa harus datang terlambat. "Zhang Xiang, Paman yakin, jika ayahmu pasti akan baik-baik saja," seseorang menepuk bahu pemuda tersebut. "Aku takut Paman," bisiknya, malu jika terlihat lemah. Sosok tersebut tidak tak lain adalah Zhaoyang, hanya bisa tersenyum tipis. Mengelus pucuk kepala pemuda di hadapannya. "Kau sangat merindukan kedua orang tuamu, hm?" "Iya, aku sangat merindukan mereka," sahutnya, seraya melirik tajam ke arah sang ayah. Entah apa yang ada di dalam otak anak tersebut. Lirikan mata itu begitu sulit untuk ditafsirkan dengan kata-kata. Ada aura kebencian yang tertera di dalam iris gelap anak itu, entah ada maksud tersembunyi apa, tiada yang tahu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD