Pertunangan Tak Terduga

1503 Words
Pemuda itu adalah Gerald Gravandra. Putra semata wayang pasangan Hanum dan Andra Gravandra. Gerald datang terlambat malam itu. Gerald mendudukkan tubuhnya, tepat di hadapan Nadia. Sesuai perintah dari sang bunda. Nadia yang menunduk sedari tadi, hanya membalas salam orang tersebut tanpa berniat untuk mengangkat kepalanya. Pikirannya sedang kalut saat itu. Memikirkan cara bagaimana perjodohan konyol tersebut tidak akan sampai ke jenjang pernikahan. Terlebih, bayangan orang tua kejam yang tega menjodohkan gadisnya dengan pria tua bangka. Ia takut, papinya tega menjodohkan dirinya dengan orang tua hanya karena harta. Terlalu takut, hingga membuat Nadia tidak terlalu fokus dengan suara pria tadi, yang jelas masih terdengar muda. "Wah ... anak kamu tampan sekali, mirip sekali dengan kamu Ndra,” ujar Papi Bram memuji. "Oh, jelas Bram. Siapa dulu dong ayahnya," jawab Ayah Andra menyombongkan dirinya. Gelak tawa terdengar saat itu. Nadia masih setia menundukkan wajahnya, sembari fokus memainkan ponselnya. Tiba-tiba, Nadia merasa kesal saat membaca pesan yang dikirim oleh sang kekasih. Arjuna, sang kekasih yang semula ia minta tolong untuk menjadi penyelamat, justru mengabaikan dirinya. Pemuda itu tak bisa hadir di rumahnya karena suatu urusan penting masalah dalam keluarga. "Malas gue. Sebenarnya dia itu serius gak sih, sama gue." Nadia berucap dalam hati. Nadia menyipitkan matanya. Kala pesan yang kirim di grup khusus dirinya, Caca, dan Kiki sahabatnya muncul di atas layar. Seketika Nadia mengepalkan tangannya, saat melihat foto yang dikirim Caca saat itu. Foto sang kekasih–Arjuna, yang tengah bersama para gadis di sebuah bioskop. "Sialan! Jadi ini yang lo maksud urusan keluarga, Ar? Lo lihat saja nanti, gue akan balas semua perbuatan lo!" umpat Nadia dalam hati. Ya, Nadia memang sudah memiliki seorang kekasih yang juga cukup tampan dan populer. Dia merupakan seorang ketua tim basket dari sekolah lain. Pikiran Nadia malam itu bertambah kalut. Arjuna kekasihnya tega mengkhianatinya, ditambah lagi dengan perjodohan ini. Nadia terus meminta dan berdoa dalam hati agar perjodohan tersebut batal. Meski bgitu, Nadia ingin sekali membalas perbuatan Arjuna, tetapi ia takut jika pria yang dijodohkan kepadanya saat itu, tak lebih tampan dari Arjuna. Nadia masih terus menunduk, dengan rasa takut dan kekhawatiran yang menyelimuti dirinya. Terlebih perasaannya saat itu mulai tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk sebentar lagi. "Ehem, kalau begitu ... langsung mulai saja ya, niat baik kita ini, bagaimana?" tanya Ayah Andra memecah suasana, dan dibalas anggukan oleh para orang tua. "Begini ... sebelumnya, 'kan kita sudah membicarakan hal ini. Jadi, sekarang kita tinggal tanyakan langsung kepada anak-anak kita tentang perjodohan ini," ucap Ayah Andra lagi. "Kalau kami, sih, sebagai orang tua sangat setuju. Iya 'kan, Mi?" ucap Papi Bram, yang dibalas anggukkan oleh sang istri. "Ya, sudah, kalau begitu sekarang kita tanya anak-anak kita saja, ya. Kalau kamu gimana, Nak? Apa kamu bersedia ayah jodohkan dengan putri teman ayah ini?" tanya Ayah Andra kepada putranya–Gerald. "Aku mengikut ayah dan bunda saja. Pilihan kalian, pasti yang terbaik untukku," jawab Gerald dengan bijak. Membuat para orang tua tersenyum lega. Ya, Gerald tidak kaget, sama halnya dengan Nadia. Pria itu juga sebelumnya sudah diberi tahu oleh sang ayah sore tadi, perihal dirinya yang akan dijodohkan. "Lalu, bagaimana dengan putrimu?" tanya Ayah Andra kepada Papi Bram. "Kamu tenang saja Ndra, putriku sudah setuju jauh sebelum kita berangkat ke sini," jelas Papi Bram. "Alhamdulillah," terdengar suara lega dari semua orang. "Bisa-bisanya papi memfitnahku!" ucap Nadia menggerutu dalam hati. "Sekarang semua sudah setuju. Jadi, mari kita makan. Gerald, Nadia ... ayo, Nak ... kita makan!" ucap Bunda Hanum mengajak putra dan calon menantunya. Tubuh Nadia membeku. Gerald? Seperti tidak asing nama itu. Ya, kini ia teringat seseorang sekarang, tapi tidak mungkin. Bisa saja orang lain, ya, orang lain yang kemungkinan namanya sama. Pikir Nadia. Setelah Nadia mendongak, jantungnya terasa berhenti berdegup saat itu juga. Kedua bola matanya seketika membulat sempurna, saat menangkap sosok pria yang tengah duduk di hadapannya saat itu. Pria yang sangat ia kenali selama ini, yaitu ketua OSIS yang paling dia benci di sekolahnya. Perasaan Nadia kembali kecewa. Semua tidak seperti yang dia harapkan sebelumnya. Namun tak mengapa, dari pada pria tua ubanan, yang selalu terbayang-bayang di pikirannya sejak tadi. Malam itu Gerald terlihat sangat tampan dan dewasa. Memakai kemeja lengan panjang berwarna biru tua, sangat kontras menyatu dengan kulit putih bersihnya. Rambut hitam yang tertata rapi, dengan wajah yang nyaris sempurna. Akan tetapi, itu semua tak berarti apa-apa di mata Nadia. Ketampanan Gerald yang sering menjadi alasan ekspektasi Caca, bahkan juga direbutkan gadis-gadis di di sekolahnya, sama sekali tidak terlihat oleh Nadia. Dunia tak selebar daun kelor. Mengapa harus Gerald, pria yang harus dijodohkan dengan dirinya. Pikir Nadia. Gerald yang selama ini, suka memberinya hukuman berlebihan di sekolah, membuatnya sangat tidak suka. Baginya, ketua OSIS itu terlalu berlebihan dan angkuh. "Lo tahu 'kan, kalau yang mau dijodohin sama lo itu, gue orangnya?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya. Jemarinya refleks terangkat menunjuk wajah Gerald saat itu. Kedua orang tua Gerald hanya menggelengkan kepalanya melihat reaksi wajah Nadia yang terkejut saat itu. Mereka sudah tahu, bahwa Nadia dan Gerald bersekolah di sekolah yang sama. "Nadia!" tegur Mami Evi mengingatkan putrinya, yang to the point itu. Kedua orang tau Nadia dan Gerald saat itu sangat fokus berbincang. Sedangkan Nadia, gadis itu terus menggerutu tak jelas. Wajahnya terlihat sangat muram. Hanya Gerald yang sedari tadi terus diam dengan wajah dinginnya. Bukan hanya Nadia yang kaget mengetahui kenyataan, tetapi juga Gerald yang tak menyangka jika gadis yang akan menjadi istrinya, adalah seorang gadis pembuat onar di sekolahnya. Gadis yang hampir setiap hari menguji kesabarannya itu. Gerald sama halnya dengan Nadia, yang tidak menyadari gadis yang duduk di hadapannya sedari awal ia datang. Karena ia pun sama, hanya fokus pada ponsel di tangannya. Kini otak Gerald berputar memikirkan persoalan banyak hal. Pasalnya, tanggung jawab Gerald setelah menikah akan lebih berat, selain menjabat ketua OSIS dengan periode yang masih lumayan panjang, Gerald juga mempunyai tanggung jawab yang akan diberikan Ayah Andra kepadanya, perihal perusahaan nantinya. "Ya, kami sudah tau dari sebulan yang lalu, kalau kalian itu bersekolah di sekolah yang sama. Bahkan mami dan papi kamu sengaja mendaftarkan kamu di sekolah itu. Makanya kami sepakat menjodohkan kalian, apa lagi kami memang sudah merencanakan perjodohan ini sejak kalian masih kecil dulu. Lagi pula, Gerald juga dapat menjaga kamu Nadia. Mami kamu itu suka khawatir saat jauh dari kamu." Papi Bram menjelaskan panjang lebar alasan dirinya menjodohkan putrinya. "Halah. Kalau khawatir harusnya ada di samping gue. Pencitraan banget sumpah!" umpat Nadia dalam hati. “Kamu harus tahu, kalau kalian sudah resmi menikah nanti. Perusahaan papi dan mertuamu akan semakin melambung tinggi,” sambung Papi Bram. Nadia tercekat, saat mendengar penuturan papinya. Lagi-lagi demi bisnis, pikirnya. "Tapi, Nadia enggak—“ Ucapan Nadia dipotong oleh Mami Evi. "Percayalah, Nak! Ini yang terbaik buat kamu, mami dan papi melakukan ini karena kami sayang sama kamu. Gerald anak yang baik dan dia juga bertanggung jawab," kata Mami Evi meyakinkan Nadia. Nadia melirik ke arah Gerald. Kesalnya, pria itu terlihat tenang-tenang saja. Entah hanya akting, atau memang pria angkuh itu memang sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Sudah pukul 01.00 dini hari, sejak Nadia kembali dari pertemuan tadi. Namun, Nadia belum juga bisa memejamkan matanya. Gadis itu menatap cincin yang melekat di jari manisnya. Tak pernah terpikir dalam benak sebelumnya, bahwa ia akan menjadi tunangan seorang pria. Pria yang sangat ia benci dan ia anggap rival sejati di sekolah. Ya, Nadia telah resmi menjadi tunangan dari Gerald Gravandra saat ini. Pertemuannya di restoran tadi, ternyata berlangsung dengan lamaran sekaligus. "Huh ....” Nadia menarik napasnya dalam, lalu mencoba memejamkan kedua matanya. Entah bagaimana cara Nadia bersikap besok di hadapan Gerald, yang sekarang berstatus sebagai tunangan itu. Lelah bergulat dengan pikirannya sendiri, hingga akhirnya Nadia terlelap ke alam mimpi. Sama halnya dengan Gerald yang juga belum terlelap malam itu. Gerald tengah berbaring di atas tempat tidurnya, dengan pandangan menatap langit-langit kamarnya. Pikiran Gerald tengah kacau saat itu. Di satu sisi Gerald tengah berpikir tentang keinginannya menolak perjodohan ini, tetapi dia tidak punya keberanian dan tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya terutama sang bunda. Di sisi yang lain, Gerald juga tengah memikirkan perubahan sikap gadis bernama Kana Putri, yang bernotabene sebagai sahabatnya sejak kecil. "Huh." Gerald menarik napasnya dan membuangnya dengan kasar. Jemarinya bergerak mengacak rambutnya. Malam itu Gerald benar-benar frustrasi. Bagaimana tidak, setelah dia harus menghadapi kenyataan pahit tentang perjodohan itu. Dia juga dibuat kaget atas perubahan sikap Kana. Secara tiba-tiba saja, Kana seperti memberi kode padanya. Sebagai seorang pria, ia cukup tahu sinyal-sinyal yang kadang diberikan oleh wanita. Gerald benar-benar bingung dengan perasaannya. Di sisi lain dia memang merasa nyaman dekat dengan Kana, tetapi Gerald yakin bahwa perasaan nyaman itu tak lebih sebatas pertemanan saja. Apalagi, waktu kecil keduanya sering menghabiskan waktu bersama. Gerald tidak mungkin mengatakan itu pada Kana, tentu saja Kana akan kecewa, ditambah sifat lemah lembut Kana yang membuat Gerald tidak tega. Sama halnya dengan Nadia, Gerald yang semula sulit terlelap, akhirnya tertidur tanpa disengaja. Lelah yang menyerang tubuh dan pikirannya secara bersamaan, membuat ketenangan Gerald memang terusik. Tanpa diketahui Gerald, Bunda Hanum sejak tadi ada di balik pintu kamar Gerald. "Maafkan bunda, Nak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD