sebelum menjelang pernikahan, JESSICA pun menemui pondok pesantren tempatnya dulu belajar di sana, temu kangen Dengan para guru maupun dan juga santriwati dan santriwan, yang dulu pernah ia, ajar,
menempuh dua jam karena macet dari Cianjur ke Bandung, suasana Bandung yang begituh sejuk suasana pegunungan yang sangat Adam, yang selalu Jessica rindukan suasana-suasana ini, Jessica pun turun dari mobil bus, langsung menarik nafasnya, karena ia, sudah lama sekali rasanya baru ke Bandung lagi, ke tempat dimana ia dulu mondok, pondok pesantren AL ikhlas, yang 5 tahun pernah Jessica tinggalkan tepat setelah ibunda pantinya meninggal dunia, Jessica pun mengikutkan keinginan bundanya agar ia bisa taat dalam agama,
meskipun saat-saat itu Jessica baru berumur 11 tahun, namun kepustakaannya sudah bulat untuk tinggal di pesantren,
Jessica pun akhirnya masuk kepondok pesantren al ikhlas, setelah melihat-lihat tempat yang ia selaluh rindukan,
"apa kabar dengan Gus Arkan, lama sekali tidak berjumpa dengan beliau, andai saja"
(sudahlah Jessica kamu tak boleh mengingat-ingat Gus Arkan,")
ucap dalam hati Jessica saat mengingat kembali kenangan bersama Gus Arkan sewaktu kecil dahulu, ada perasaan yang merindukan namun harus di kubur dalam-dalam,
saat masuk ke dalam mau bertemu dengan umi dan kiyai, Jessica pun tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang Jessica kenal dia adalah sahabatnya Jessica sedari Jessica tinggal di pondok pesantren itu,
"sica."
siapa lagi yang memanggilnya, dia adalah gadis cantik, dia adalah Ning Nadya,
"astagfirullah, Ning Nadya, assalamualaikum Ning"
ucap kaget berlangsung salam kepada Ning Nadya, sahabat Jessica,
"waalaikum salam, maafkan aku sica, aku terlanjur kaget saat melihatmu, sehingga tidak memberi salam dahulu"
"tidak apa Ning Nadya, sica, juga datang tiba-tiba wajar Ning Nadya, kaget, karena kedatangan sica, karena sudah lama kita tak berjumpa Ning, Ning Nadya apa kabar"
tanya Jessica tulus sambil menanyakan kabar sahabatnya itu, tak lama Ning Nadya pun langsung merangkul Jessica ke pelukannya sambil menangis, menahan rasa rindu yang membara sejak lama,
"aku baik-baik saja, hiks... aku merindukanmu sica"
ucap tangis Ning Nadya kepada sahabatnya Jessica, Jessica pun mengusap -usap undak Ning Nadya,
"sudahlah Ning, jangan bersedih sica pun sudah ada di sini, dan bagaimana kabar Gus Arkan dan umi serta Abi Ning"
"Abi dan umi Alhamdulillah sehat, kabar mereka pun baik, tetapi dengan kakaku Gus Arkan, dia terlihat tidak baik-baik saja, saat kamu tinggalkan,"
"lalu dimana Gus Arkan Ning, sedari tadi sica masuk tidak ada Gus Arkan, padahal biasanya jam segini Gus Arkan, sedang berada di mushola, tadi sica ke mushola tidak ada,"
ya jauh sebelum Jessica masuk ke dalam pesantren Jessica lebih dulu singgah di musholla, karena mau melakukan sholat dahulu, sambil mencari Gus Arkan, yang biasanya sehabis sholat jujur pasti akan mengaji sampai ke asar,
tetapi tadi tidak ada,
"Gus Arkan, kakaku, sekarang dia sedang melakukan kuliah di Mesir, seminggu setelah kamu pergi dari pesantren, beliau pun langsung meminta ijin pergi kuliah ke Mesir, yang pernah menjadi cita-cita kamu, kakaku ingin menghujatkan, cita-cita yang kamu inginkan"
ucapan lolos dari bibir manis Ning Nadya, seorang anak kiyai yang di hormati semua para santri,
Jessica pun langsung meneteskan air mata, karena terharu Gus Arkan menghujudkan cita-cita yang dahulu Jessica mau, sangat bohong jika hatinya tidak rindu dengan Gus Arkan, namun ia, juga mau menikah ia, tak boleh merindukan seseorang yang bukan menjadi takdirnya,
"ada apa sica kamu ke pesantren,?"
pertanyaan Ning Nadya, pun membuat Jessica terdiam, tetapi tak lama langsung bersuara, meskipun hatinya berkata jangan,
"Ning Nadya, sebenernya sica ke pesantren ini, mau memberi tahukan sesuatu, bahwa sica akan segerah menikah, sebelum sica menikah, sica ingin memberitahukan langsung kepada Gus Arkan, dan juga umi serta Abi, tetapi Gus Arkan tidak ada,"
Ning Nadya pun langsung melemas, karena kabar yang Jessica beritahukan sungguh menyakitkan, bukan tak bahagia mendengar kabar itu, namun ia, tau bagaimana perasaan kakaknya, kepada Jessica, padahal niat kakaknya setelah lulus kuliah di Mesir ingin melamar Jessica menjadi istrinya, tetapi sayang sudah keduluan orang lain, pupus sudah harapan Ning Nadya, yang ingin sahabatnya menjadi Kaka iparnya dan pupus sudah harapan Gus Arkan, mengagumi Jessica sedari dahulu,
Jessica dan Ning Nadya pun langsung menemui sang umi serta abinya, Jessica pun langsung bersalaman kepada dua orang tua yang dari dulu di HH hormati nya itu,
"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh umi serta Abi"
ucap salam Jessica, dan di jawab langsung oleh keduanya,
"waalaikum salam nak sica"
"apa kabar umi serta Abi"
"Alhamdulillah baik nak, umi serta Abi kabar baik, kamu sendiri bagaimana sayang"
"Alhamdulillah sica baik umi"
"sica ada apa nak kamu datang ke pesantren ini"
pertanyaan sang Abi pun membuat Jessica langsung menjawabnya, meskipun ada hati yang sakit,
"sica ke sini mau memberikan kabar baik umi serta Abi, bahwa Jessica akan segerah menikah,"
ucapan Jessica pun membuat sang umi langsung melemas, namun sang Abi langsung memegang tangan sang istri, guna memberikan semangat untuk istrinya itu sambil berbisik,
"umi bolehka Abi yang menjadi wali nikah sica, karena sica tidak punya orang tua, ataupun wali nikah, sica bingung, harus bagaimana umi"
melihat Jessica menangis sang umi, yang sudah menganggap Jessica anak sendiri pun menjadi tanda tanya, ada apa gerangan sang anak ingin menikah, padahal umur sica Masi belasan tahun,
"umi akan mengijinkan Abi untuk menjadi wali nikah sica, tetapi umi mohon ceritakan semuanya, dengan sebenar-benarnya, mengapa sica mau menikah secepat ini,"
perkataan sang umi pun membuat Jessica langsung menganggukkan kepalanya tanda setuju, sica pun mulai cerita semuanya, yang telah terjadi kepadanya, hingga harus menikah secepat ini,
tidak di sangka, semua penuh tangis, setelah sica bercerita, musibah itu,
di follow ya kak,
Ig: Selviya_enjelusta35
tiktok: selviyaenjelista 1
bersambung.....