10 - Ungkapan cinta.

1504 Words
  Setelah menikmati makan malam bersama, Reno dan Nesya tidak langsung tidur. Keduanya memutuskan untuk pergi menonton di home theater yang berada di lantai bawah tanah. Rumah kedua orang tua Nesya terdiri dari, 3 lantai dan 1 lantai bawah tanah yang memang di khususkan untuk home theater.   Saat ini, Reno dan Nesya sudah berada di home theater bawah tanah. Keduanya belum memutuskan tentang film apa yang akan mereka tonton.   "Abang, kita mau nonton film apa?" Nesya duduk di sofa, sementara Reno sedang menata makanan ringan sekaligus minuman yang ia bawa di meja, tepat di hadapannya. Makanan sekaligus minuman yang Reno bawa cukup banyak, cukup untuk keduanya. Toh keduanya juga masih kenyang, jadi tidak akan terlalu banyak mengkonsumsi makanan, meskipun makanan tersebut hanyalah makanan ringan.   "Bagaimana kalau film jaman dulu?"   "Film apa tuh?" Nesya penasaran, karena film jaman dulu itu memang sangat banyak, bukan satuan, apalagi ratusan, tapi ribuan, atau bahkan mungkin jutaan. Benar bukan?   "365 DNI."   "Enggak mau!" Nesya menolak dengan tegas usulan Reno. Nesya jelas tahu film apa yang baru saja Reno sebutkan, karena ia pernah mendengar riview film itu dari teman-temannya.   Nesya sama sekali tidak pernah menonton film tersebut, tapi semua teman-temannya, rata-rata sudah menontonnya dan sering kali membicarakan film tersebut. Jadi Nesya sudah tahu bagaimana alur ceritanya meskipun ia tidak pernah melihat atau menontonnya secara langsung. Semua itu karena teman-temannya sering membahas film tersebut, jadi Nesya sampai tahu bagaimana alur ceritanya. Bukan hanya teman-temannya, tapi pada saat film itu rilispun, hampir semua social media membahas tentang film tersebut. Film yang begitu fenomenal pada masanya.   "Kenapa enggak mau?" Sebenarnya Reno juga hanya bercanda, ia sama sekali tidak serius ketika mengajak Nesya untuk menonton film tersebut.   Jujur saja, Reno sudah menontonnya, tapi hanya 1 kali dan itupun mungkin sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu. Ck, ternyata sudah lama sekali. Padahal ia merasa kalau film itu masih baru, tapi ternyata sudah hampir 4 tahun berlalu.   "Kalau Abang mau nonton ya nonton aja, Nesyamah enggak ikutan." Nesya beranjak dari duduknya, berniat pergi keluar dari home theater, tapi Reno menahan bahunya, lalu kembali mendorongnya agar duduk.   "Enggak, Abang enggak akan nonton film itu."   "Beneran ya?" Reno mengangguk dan Nesya pun mengurungkan niatnya untuk pergi.   "Terus maunya nonton film apa?" Reno duduk di sofa yang sama dengan Nesya, tapi berada di ujung sofa.   Awalnya Nesya bingung, kenapa Reno duduk cukup jauh darinya, tapi begitu tahu apa yang Reno lakukan, Nesya terkejut bukan main. "Abang ih, awas," lirih Nesya seraya mengangkat kepala Reno dari atas pangkuannya. "Duduk aja, sandaran di sofa," lanjutnya, memberi saran agar Reno duduk dan menyandarkan kepalanya di sofa, bukan dipangkuannya.   Nesya bisa merasakan irama detak jantungnya yang berdebar dengan sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Penyebabnya karena kepala Reno yang kini berada dalam pangkuannya.   Dulu saat mereka masih kecil, hal seperti ini sudah biasa dan sering kali terjadi. Baik itu dirinya yang bersandar di pangkuan Reno, ataupun sebaliknya. Tapi ketika mereka sudah sama-sama beranjak dewasa, mereka sudah tidak lagi melakukan hal seperti ini.   Ini kali pertama mereka melakukannya, setelah sekian lama tidak melakukannya. Itulah alasan kenapa Nesya merasa begitu gugup, dan detak jantung berdebar dengan sangat cepat. Nesya sendiri tidak tahu kenapa ia merasa gugup, dan berdebar-debar, tapi yang pasti karena Reno.   "Abang pegal kalau harus duduk, jadi Abang baring aja di pangkuan kamu." Reno mengabaikan ucapan Nesya yang memintanya untuk menyingkir dan tetap membaringkan kepalanya di pangkuan perempuan itu.   Nesya menghela nafas panjang, memilih untuk tidak lagi melarang Reno agar berbaring tepat di atas pangkuannya. Kedua tangan Nesya kini malah berada tepat di atas kepala Reno, memainkan rambut Reno yang lebat sekaligus hitam. Rambut Reno itu sangat halus juga harum, membuat Nesya jadi betah untuk memainkannya.   "Jadi ... mau nonton film apa?" Reno kembali mengulangi ucapannya karena Nesya belum juga menjawab pertanyaannya.   "Terserah Abang, tapi jangan film yang aneh-aneh ya." Nesya akhirnya memasrahkan semuanya pada Reno, karena ia sendiri tidak tahu film apa yang ingin nonton. Tidak banyak genre film yang ia sukai, karena itulah ia sendiri jadi bingung.   Reno akhirnya memilih untuk menonton film kartun, karena menurutnya itu sangat aman, baik itu untuknya maupun untuk Nesya.   Selama film tersebut tayang, Reno dan Nesya sama-sama tertawa, merasa gemas dengan tingkah jahil dari para tokoh kartun yang mereka tonton.   Reno tiba-tiba berbalik menghadap Nesya, dengan kedua tangan yang kini melingkari pinggang perempuan tersebut.   "Abang ih, geli." Nesya tak kuasa untuk menahan tawanya ketika deru nafas hangat Reno menerpa perutnya. Tentu saja deru nafas hangat Reno bisa masuk karena piyama yang ia kenakan itu berkancing.   Reno hanya bergumam dan memilih untuk memejamkan matanya, masih dengan kedua tangan yang bertengger di pinggang Nesya.   Sama seperti Reno, Nesya juga melakukan hal yang sama. Nesya menyandarkan kepalanya di sofa, dengan mata yang juga terpejam. Padahal film yang mereka putar belum selesai, tapi keduanya sudah sama-sama memejamkan mata.   Setelah 15 menit berlalu, Reno mendongak dan ia melihat kedua mata Nesya terpejam di iringi dengan deru nafasnya yang tampak teratur, itu artinya Nesya sudah tidur. Padahal, tadi sore Nesya sudah tidur, tapi sekarang tidur lagi. Reno pikir Nesya akan begadang semalam suntuk. Jika Nesya begadang, maka Reno akan dengan senang hati menemaninya.   Reno melepas kedua tangannya dari pinggang Nesya, lalu ia pun mengangkat kepalanya yang sejak tadi berada dalam pangkuan Nesya.   Pria itu merubah posisinya menjadi duduk, dan kini menyamping, menghadap Nesya. Reno terus memperhatikan wajah Nesya, yang terlihat sangat cantik. Bibirnya yang tipis tapi begitu merah alami, lalu hidungnya yang mancung, dan masih banyak lagi hal lainnya yang selalu membuat Reno terpana.   Reno melirik jam yang terpasang kokoh di dinding, menghela nafas panjang begitu tahu kalau waktu sudah menunjukkan pukul 8 lewat 20 menit. Kenapa waktu cepat sekali berlalu? Padahal Reno merasa kalau ia dan Nesya baru saja terbangun.   "Nesya," gumam Reno sambil menepuk ringan wajahnya. Kini atensi Reno sudah kembali tertuju pada Nesya.   Nesya hanya bergumam, sama sekali tidak membuka matanya, apalagi membalas panggilan Reno.   Reno memutuskan untuk menggendong Nesya, sama seperti tadi sore. Reno juga kembali membawa Nesya ke kamarnya, dan tentu saja ia menggunakan lift, bukan tangga. Pinggangnya bisa encok kalau ia sampai menggendong Nesya melalui anak tangga yang jumlahnya sangat banyak.   Reno duduk di samping kanan Nesya yang kini sudah terbaring di tempat tidur. Tangan kanan Reno terulur, membelai lembut puncak kepala Nesya.   "Kamu tahu, rasa cinta Abang sama kamu bukan seperti seorang Kakak pada adiknya, tapi sebagai pria pada wanita," lirih Reno dengan raut wajah sendu. "Abang mencintai kamu dan Abang berharap kalau kamu juga memiliki perasaan yang sama dengan Abang," lanjutnya dengan senyum miris yang kini menghiasi wajahnya.   Setelah sekian lama, Reno akhirnya berani untuk mengungkapkan perasaannya, meskipun saat ini Nesya sedang tertidur. Justru karena Nesya sedang tidur, Reno berani untuk mengatakannya, karena jika Nesya masih bangun, maka Reno tidak akan berani untuk mengatakannya.   Reno ingin sekali mengungkapkan perasaannya pada Nesya saat Nesya sadar, tapi ia takut, takut kalau Nesya tidak memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Tapi hal yang paling Reno takutkan adalah, Nesya yang akan menjauhinya begitu tahu kalau dirinya memiliki perasaan lebih pada perempuan itu.   Reno yakin kalau Nesya akan menjauhinya, karena setelah perempuan itu tahu tentang perasaannya, pasti semuanya tak akan lagi sama. Nesya pasti akan merasa canggung, dan enggan untuk berdekatan lagi dengannya. Itulah yang Reno takutkan, tapi ada hal lain yang Reno takutkan, yaitu, ia takut kalau Nesya tidak memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.   Siapkah Reno patah hati? Jawabannya adalah tidak! Reno sama sekali tidak siap untuk patah hati, karena rasa cintanya pada Nesya sama sekali tidak berbalas. Reno tidak siap, benar-benar tidak siap dan tidak akan pernah siap. Reno tidak mau kehilangan Nesya, karena itulah ia memilih untuk memendam perasaannya dan tidak memberi tahu Nesya.   Jika ada yang bertanya, sejak kapan Reno mencintai Nesya? Maka jawabannya adalah sejak dulu, lebih tepatnya sejak Nesya berusia 17 tahun.   Sejak saat itu Reno memiliki perasaan yang berbeda pada Nesya dan hanya Arsalah yang mengetahui tentang hal ini. Setahu Reno, hanya Arsa yang mengetahui tentang rasa cintanya pada Neysa.   Reno sudah meminta agar Arsa tidak memberi tahu siapapun tentang hal ini, termasuk kedua orang tua mereka. Reno harap kalau Arsa tidak memberi tahu siapapun tentang perasaannya pada Nesya, karena ia tidak mau hubungan keluarga mereka yang sudah terjalin dengan begitu erat malah merenggang karena dirinya.   Reno menunduk, mengecup dalam-dalam kening Nesya. Nesya nukam hanya mengecup kening Nesya, tapi ia juga mengecup hidung mancung Nesya.   Setelah menyelimuti tubuh Nesya dengan selimut, dan juga memastikan kalau AC kamar menyala, Reno keluar dari kamar Nesya, lalu memasuki kamarnya yang berada tepat di depan kamar milik Nesya.   Kini Reno sudah berbaring di tempat tidur dengan posisi terlentang. Kedua matanya terpejam, sedang membayangkan jika ia dan Nesya menjalin sebuah hubungan. "Apa yang harus Abang lalukan agar kamu sadar kalau Abang mencintai kamu Sya?" lirih Reno sendu.   Reno tidak tahu sampai kapan ia akan menyimpan semuanya, karena akhir-akhir ini ia selalu memberi Nesya kode agar perempuan itu sadar kalau dirinya memiliki perasaan lebih. Tapi sepertinya Nesya bukanlah perempuan yang peka, jadi tidak menyadari kode-kode yang ia berikan.   Ya, sejak dulu, Nesya memang kurang negutu peka. Jadi Reno mewajari ketidakpekaan Nesya atas kode-kode yang ia berikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD