PART VII

1745 Words
        Hari ini aku sudah berjanji akan menemani Kania dan Rania. Kenapa nama mereka seperti kembar menurutku, tapi sayang itu hanya pandanganku saja. Yapp kali ini kita akan belanja, sebenarnya aku tidak ingin belanja karna aku tidak tau apa yang mau ku beli, lagian aku tidak ingin hidup berfoya-foya dan menghabiskan uang Mas Randy aku bukan tipe perempuan yang suka belanja dan menghabiskan uang suami.         Kami akan bertemu langsung di pusat perbelanjaan dan kalian pasti tau aku kesini sama siapa yang pasti sama supir yang di berikan Mas Randy untuk mengantarkanku kemana saja. Siang ini kami juga akan sekalian makan siang, Kania dia datang sendiri karna tadi dia kerumah ibu mertuanya untuk menitipkan anak pertamanya, sedangkan Rania akan datang dari kampusnya karna pagi tadi dia kuliah.         Aku sedang berkeliling untuk melihat-lihat dan aku berhenti di toko pakaian pria, sebelum aku masuk ada pesan masuk dan itu dari Kania yang menanyakanku dimana dan aku memberitau dimana posisiku, setelah membalas aku masuk ke toko pakaian itu, aku menyusuri dan sesekali melihat pakainnya. Aku ingin sekali membelikan sesuatu untuk Mas Randy.         Aku melihat kemeja dan aku sangat suka dengan kemeja berwana merah maroon dan biru garis-garis aku sudah membayangkan ini akan sangat bagus jikalau di pakai oleh Mas Randy aku tersenyum membayangkannya dan kemudian ada yang menepuk bahuku dan aku melihat ternyata itu Kania. Aku tersenyum dan memeluknya.     "Mau beli untuk Randy?" Kania bertanya kepadaku dan aku mengangguk.     "Sayang suami ternyata makanya sampai ingat sama suami." Kania berbica dengan memelas.     "Memang harus seperti itu Kania, kalau apa-apa harus ingat suami."     "Beruntung sekali Randy punya istri kayak kamu yang mau mengurusnya dan ingat sama dia, bukan seperti istrinya yang pertama yang ga punya otak yang bisanya cuma habisin uang suaminya untuk kesenangan pribadi."         Kania mengucapkannya sangat sakartis, jikalau sudah menyangkut Mbak Mia entah mengapa Rania dan Kania selalu tidak suka dan bawaannya selalu marah. Aku tersenyum saja dan gatau mau nanggapin apa, aku melihat harganya dan sangat mahal sekali, satu kemeja saja sudah bisa membayar uang kuliah adikku, aku jadi pasang wajah masam.     "Mahal sekali harganya, aku tidak jadi membelinya."     "Kamu dikasih kartukan sama Randy?" Kartu apa maksudnya? Kartu kredit dan debitkan? Walaupun begitu aku tetap mengangguk.     "Yampun Carissa, jangan terlalu polos banget kamu beli ini aja ga akan buat suamimu itu bangkrut seketika, kamu memakai untuk beli ini, uang itu ga ada arti apa-apa sama Randy. Lagian suamimu itu orang kaya dan dia pengusaha masak iya memakai baju yang murah, harus pakai baju yang mahal dong ini tuntutan pekerjaan Ca. Udah deh gausah mikir santai aja."     "Beneren Kania? Ini ga akan jadi masalahkan?"     "Trust me Carissa. Kamu mau pakai tiap hari untuk beli apapun itu ga akan menjadi masalah sama Randy dan itu ga akan buat dia bangkrut." Kata-kata Kania jadi membuatku malu sendiri dan menggaruk kepalaku yang ga gatal.     "Kamu pilih saja sekalian dasi yang cocok untuk ke meja itu, celananya juga buruan." Aku tersenyum kemudian mengangguk.         Aku mencari dasi dan celana yang cocok untuk kemejanya. Setelah selesai kami kekasir untuk membayar aku memberikan kartu kredit yang pernah diberikan Mas Randy padaku, setelah kemeja sudah dimasukkan ke dalam paper bag kami keluar kemudian aku mengecheck hpku. Ternyata ada pesan masuk dari Rania mengatakan bahwa dia sangat lapar dan dia berada di tempat makan dia menunggu kami disana. Kami pun kesana menghampiri Rania setelah kami ketemu aku dan Kania memesan makanan, dan pesanan Kania banyak sekali katanya karna dia tidak makan sendiri ada anak di dalam dirinya maka aku hanya mengangguk saja.     "Aku hari ini akan belanja baju. Aku sudah bosan dengan baju-bajuku yang di dalam lemari. Kakak ipar belanjakan aku ya, aku takut kalau pakai kartuku mama akan marah-marah padaku."     "Tapi uang Kakak ga ada Rania, gimana mau bayarin kamu."     "Pake kartunya Kak Randy kak, ngapain pakai uang Kakak. Kartu Kak Randy itu banyak lagian itu gakan habis dalam sekejap dan Kak Randy ga akan marah kalau kakak memakainya."     "Aku sudah bilang hal itu padanya tapi dia tidak percaya padaku." Yah Kania tadi udah bilang itu tapi tetap saja aku tidak enak bagaimanapun aku segan memakai uang Mas Randy terlalu berlebihan.     "Tapi aku sangat segan memakai uang Mas Randy terlalu berlebihan."     "Yaampun ngapai segan kak, Mas Randy itu suaminya Kakak, Kakak berhak pakai uang Mas Randy, percaya sama aku Kak."     "Yaudeh iya iya" Akhirnya aku pasrah.     "Makasih kakak ipar." Rania yang berada disampingku seketika memelukku dan mencium pipku aku pun tersenyum Rania baik padaku dan aku senang mempunyai adik ipar sepertinya.     "Kak apakah kakak sudah hamil anak Mas Randy?"         Aku yang tiba-tiba ditanya seperti itu dan aku sedang meminum minumanku terkejut dan tersedak sehingga aku batuk-batuk dan Rania menepuk punggungku sedangkan Kania tertawa. Apakah ada yang lucu?     "Kamu baru ditanya seperti itu udah kayak gini bagaimana yang lain?" Apa maksud dari Kania? Aku tidak mengerti.     "Maafkan aku karna sudah mengejutkan kakak." Aku mengangguk.     "Apakah kamu sudah melakukannya sama Randy?" Apa maksud Kania?     "Melakukan apa?" Jujur aku gatau dan mereka berdua tertawa dan aku menatap mereka.     "Melakukan s*x? Melakukan hubungan suami istri? Apakah sudah?" What? Aku terdiam karna aku malu pada saat ini.     "Lihat kak, pipimu merah sekali, kakak malu ya." Apakah sungguh merah? Aku memegang pipiku dan mereka tertawa aku jadi bete karna mereka terus mentertawakanku.     "Sudah-sudah jangan bahas ini lagi."     "Sepertinya mereka sudah melakukan tapi kurang usaha Rania."     "Bagaimana ga kurang usaha Mas Randy selalu pulang malam, selagi pulang cepat mala tidur cepat." Seketika mereka semua tertawa, apa ada yang salah? Aku terdiam dan ahhh ya Tuhan aku baru sadar atas omonganku pantas saja mereka tertawa. Dan mereka masih saja menertawaiku, ahhh jahat.     "Baiklah-baiklah kalau begitu kamu harus membeli sesuatu hari ini untuk kamu pakai supaya suamimu itu tidak tidur cepat."     "Membeli apa?"     "Apakah kamu tau Rania maksudku apa?" Rania berfikir kemudian dia tersenyum dan menjetikkan jarinya.     "Tau dan kakak harus membelinya, aku akan membelikannya juga untuk kakak hitung-hitung kado dariku."     "Aku juga aku akan membelikan banyak untukmu kali ini aku akan beli agak banyak karna aku yakin umurnya nanti tidak akan lama karna Randy akan menghancurkannya hitung-hitung ini kado pernikahan yang ku berikan pada kalian aku juga tidak datang di pernikahan kalian kan." Aku semakin bingung dengan Rania dan Kania, apa yang ingin mereka berikan untukku?     "Apa yang ingin kalian berikan padaku? Kasih tau dulu itu apa?"     "Sudah lihat saja nanti" Kata Kania dan mereka tertawa, mereka membuatku bingung.         Selesai makan kami berbelanja kira-kira tiga jam kami berbelanja, dan kami pulang. Aku dan Rania pulang ke rumah mama karna katanya Mas Randy akan menjemputku di sana, sedangkan Kania dia dijemput oleh suaminya. Kami tiba di rumah mama dan jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, di ruang tamu aku melihat mama dan papa saja, Mas Randy tidak ada tapi mobilnya ada di luar, aku salam papa kemudian memeluk dan mencium mama dan duduk di samping mama.     "Ma, Mas Randy dimana?" Tanyaku kepada Mama.     "Ada di atas, sepertinya sedang tidur, kamu banguni kita akan makan malam."         Aku tersenyum kemudian aku naik ke atas. Aku masuk ke dalam kamar dan gelap sekali mungkin Mas Randy sudah tidur sewaktu tadi masih terang, aku menghidupkan lampu kamar dan menutup tirai jendela dan duduk di samping Mas Randy dan memperhatikan wajahnya, sepertinya Mas Randy sangat kelelahan aku tidak tega sebenernya membangunkannya tapi haruskan?         Mas Randy harus minum vitamin juga. Aku menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya kemudian beralih ke keningnya dan menciumnya. Kemudian aku tersenyum Mas Randy menggeliat dan perlahan-lahan membuka matanya Mas Randy menyesuaikan dengan terangnya lampu kemudian Mas Randy melihat kearahku.     "Kamu sudah pulang?"     "Udah mas. Mas Randy kelelahan ya, Mas Randy tidurnya nyenyak sekali." Mas Randy tersenyum dan kemudian duduk bersandar di kepala ranjang.     "Tiga hari ga masuk, laporan banyak yang belum di periksa."     "Istirahat yang cukup dan makan yang teratur mas. Ayo kita ke bawah mama menyuruh kita kebawah untuk makan malam." Mas Randy membawaku ke dalam pelukannya dan menciumi kepalaku. Mas Randy kenapa tiba-tiba seperti ini.     "Baru berapa jam tidak bertemu, aku sangat merindukanmu. Kamu pake magnet apa hingga buat aku terus menempel padamu dan tidak ingin lepas?" Aku tertawa karna perkataan Mas Randy.     "Mas Randy bisa saja, ayo kita ke bawah mama papa udah nungguin kita."     "Sebentar lagi, kamu merusak suasana aku sangat merindukanmu." Aku terkekeh dengan Mas Randy, tumben sekali Mas Randy seperti ini. Setelah Mas Randy puas dengan keinginannya kita turun ke bawah. Mama, Papa dan Rania sudah di bawah menunggu. Kita duduk di kursi kita masing-masing.     "Lama sekali kalian di atas" Mama yang memulai percakapan.     "Mama tidak pernah muda saja, mungkin Mama dan Papa lebih dari ini lamanya apabila sudah berdua di kamar."         Papa tertawa apalagi Rania, dia sangat senang dengan ekspresi masam oleh Mama. Aku tersenyum dan memberikan nasi dan lauk buat Mas Randy kemudian untukku dan kami mulai memakannya. Mama memulai percakapan kembali.     "Bagaimana Carissa, kamu udah ada tanda-tanda hamil?" Aku yang mendengarkannya terkejut dan terbatuk-batuk Mas Randy memberikanku air minum untuk ku minum dan menepuk-nepuk punggungku.     "Belum ada ma, nanti jikalau udah ada Carissa bakalan kasih tau mama."     "Kalian harus terus usaha dong, jangan ga usaha. Kamu juga Randy jangan terlalu sibuk dengan kerjaan, kamu juga harus usaha sama istri kamu, jangan biarin istri kamu menganggur dong."         Rania tertawa sekeras-kerasnya pada saat itu, Papa tersenyum-senyum melihat ke arah Mas Randy, aku? Entahlah aku tidak tau bagaimana wajahku sekarang.     "Mama tenang aja setelah ini Mas Randy akan berusaha sekuat tenaga dan tidak lama kita akan mendengar Kak Carissa akan hamil, percaya sama Rania." Rania menepuk-nepuk dadanya untuk membangga-banggakan diri.     "Percaya sekali kamu" Itu suara Mas Randy.     "Kita lihat saja nanti, jikalau hal itu terjadi kakak akan membelikan tas yang ku impikan ya? Apakah kakak berani?"     "Oke kakak berani." Kenapa mereka jadi taruhan seperti ini.         Pagi ini aku sedang menyiapkan sarapan untuk Mas Randy, aku sedang meletakkannya di atas meja dan Mas Randy sedang menuruni tangga aku tersenyum dan Mas Randy menghampiriku mencium keningku dan aku memakaikan dasinya.     "Kamu yang belikan kemeja dan dasinya?" Aku tersenyum kemudian mengangguk.     "Bagus, Mas suka dengan pilihan kamu."     "Seriusan Mas Randy suka?" Mas Randy tersenyum kemudian mencium keningku kembali.     "Tapikan Mas, Maaf ya aku pakai uang Mas beli ini sama Rania minta dibelikan sesuatu jadi kayaknya uangnya Mas Randy habisnya banyak." Mas Randy mengelus pipiku.     "Gapapa sayang, kamu bebas mau pakai uang Mas berapa aja selagi itu untuk hal yang baik silahkan, Mas tidak akan marah. Tapi kenapa Rania minta sama kamu? Dia sudah punya kartu dari Papa."     "Katanya dia takut di marahin mama karna terlalu boros."     "Dasar memang anak itu tidak pernah berubah. Rania jangan terlalu di manja." Aku tersenyum dan mencium pipi Mas Randy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD