Pesta Ulang Tahun

1257 Words
Di malam itu, Tara berpamitan kepada ibunya untuk menghadiri pesta ulang tahun Tanu. Semula ibunya tidak mengizinkan Tara untuk pergi ke sana lantaran Tara adalah seorang gadis yang telah bertunangan. Jadi, tidak pantas bagi Tara untuk pergi ke luar saat malam hari. Namun, karena Sona telah menjemputnya ibu Parwati terpaksa mengizinkan Tara untuk pergi. Mereka telah berjanji tidak akan pulang larut malam. "Hati-hati di jalan! Ingat, jangan pulang terlalu malam!" ucap ibu Parwati berpesan. "Baik, Bu." Tara dan Sona membungkuk menyentuh kaki ibu Parwati meminta berkat. "Sudah-sudah! Sana berangkat!" Tara dan Sona pun tersenyum senang. Mereka meninggalkan kediaman Tara dan melaju menaiki bajai menuju rumah Tanu. Diperjalanan, "Sona, terima kasih kau sudah datang menjemputku. Kau tau, sebelumnya ibu tidak mengizinkan aku pergi," celoteh Tara di perjalanannya. "Iya, aku tahu. Itu sebabnya aku datang ke rumahmu, aku sudah tahu bibi pasti tidak akan mengizinkanmu pergi," balas Sona nyengir. Mereka sama-sama senang menikmati perjalanan. Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di kediaman Tanu. Tara dan Sona ke luar dari bajai, setelah membayar ongkos bajai tersebut mereka melangkah masuk ke dalam. "Sona, perasaanku menjadi tidak enak datang ke mari," bisik Tara sambil melangkah pelan. "Tidak enak kenapa?" "Aku tidak tau, tapi aku merasa akan terjadi sesuatu nanti." "Ah, kau ini terlalu naif. Ini 'kan hanya pesta biasa. Kau tau aku belum pernah datang ke pesta sebagus ini. Kau lihat ke sana!" Tunjuk Sona ke arah lampu-lampu yang berkelip. "Itu, itu sangat indah, bukan?" lanjut Sona sumringah. Tara hanya diam menanggapi. "Di luar saja sudah sebagus itu, apalagi di dalam. Pasti sangat mewah?" celetuk Sona sembari membayangkannya. Tara menatapnya dengan keraguan. "Ayo, kita ke dalam!" cetus Sona dan langsung menyeret tangan Tara ke dalam. Tara terpaksa menuruti perkataan sahabatnya itu. Hadiah kecil yang ia bawa masih diapitnya ke d**a. Sesampai di dalam, Suasana di dalam sudah sangat ramai. Tampak rumah Tanu telah di dekorasi indah sedemikian rupa. Tak hanya itu, dekorasi pesta sampai ke dekat kolam renang. Di sana, mereka menyiapkan seperti panggung untuk acara musik. Sona celingak celinguk mencari sosok Tanu, sedangkan Tara hanya planga plongo di sampingnya melihat tamu yang berlalu lalang. Dari kejauhan Sona melihat Tanu yang sedang bercengkerama dengan tamu lain. "Hai, Tanu!" sorak Sona sumringah dan melambaikan tangan. Tanu mengalihkan pandangannya saat mendengar teriakan Sona. Terukir raut wajah kesal di muka gadis itu. "Oh, ya ampun. Tamu kampungan itu akhirnya datang juga," bisik Tanu di dalam hatinya. Namun, Tanu telah berjanji kepada Shiv untuk berbuat baik terhadapnya. Sambil melenggak lenggok, Tanu berjalan menghampiri kedua gadis itu. "Hai! Akhirnya kalian datang juga," ucap Tanu sumringah dan tersenyum senang walau itu terpaksa. Sona tampak jelas sangat senang karena Tanu mulai baik terhadapnya. "Selamat ulang tahun, ya! Ini untukmu!" ujar Sona menyalami Tanu dan menyerahkan hadiahnya. Tanu tersenyum kecut melihat hadiah itu. Sebenarnya ia tidak terlalu berselera untuk melihat hadiah yang diberikan Sona karena ukurannya yang sangat kecil. "Oh, ya ampun, terima kasih, Kenapa repot-repot begini?" jawab Tanu berbasa basi. Ia tersenyum dan menerima kadonya dengan melentikkan jari jemarinya. Tara kemudian memberikan hadiahnya juga. "Tanu, ini hadiah untukmu. Jangan dilihat dari ukurannya tapi lihatlah ketulusan di dalamnya!" ujar Tara dengan kalimat menohoknya. "Oh, begitu ya? Terima kasih," Tanu menerima 2 kado dengan ukuran yang sangat kecil dari hadiah-hadiah yang lain. "Oh, ya ayo bergabung bersama yang lainnya! Aeehh tunggu dulu! Hei, ke mari!" Tanu menghentikan langkahnya dan memanggil pelayan. "Kalin 'kan baru datang, ini! Cicipi minumannya dulu!" ucap Tanu dan memberikan minuman kepada masing-masing mereka. "Ayo, kita ke sana!" ajak Tanu kemudian. Tanu lalu mengajak Tara dan Sona bergabung dengan yang lainnya ke dekat kolam renang. Di dekat kolam renang suasana juga tampak ramai. Alunan musik terdengar dari arah panggung. "Wah acaranya benar-benar sangat meriah," celetuk Sona sumringah. Gadis itu tampak sangat senang berada di pesta itu. Maklum, baru kali ini ia datang ke pesta. "Kau sangat menyukai pesta ini?" bisik Tara di sampingnya. "Tentu saja," ujar Sona lalu berjalan perlahan. "Hai, Sona! Ayo kita menari bersama!" Sergah Nitin yang tiba-tiba mengulurkan tangannya. Sona terperangah sekaligus terkesima. Baru kali ini seorang pria mendekatinya dan mengajaknya menari pula. "Ka-kau mengajakku menari?" tanya Sona seperti sedang bermimpi. "Tentu saja, ayo!" Karena terlalu senang Sona menuruti perkataan Nitin. Ia bergandeng tangan bersama Nitin ke dekat panggung. Di sana mereka menari layaknya sepasang kekasih. Tara seperti orang bodoh yang berdiri tanpa teman. Dari kejauhan ia melihat kursi kosong dan berniat untuk dusuk di sana. Namun, saat akan melangkah ke sana, Shiv menghalangi dirinya. Tara bergerak ke kanan untuk melewatinya namun Shiv juga bergerak ke kanan. Tara berbalik ke kiri dan ternyata Shiv juga ke kiri. "Apa kau tidak bisa mengalah sedikit, aku mau ke sana," ujar Tara merasa jenuh. "Kau yang menghalangi jalanku, bukan?" timpal Shiv dengan sorot mata yang tajam. Tara tidak ingin membuat masalah. Ia terpaksa menepikan badannya untuk membiarkan Shiv melewatinya. Setelah Shiv pergi, Tara melanjutkan langkahnya kembali menuju kursi yang ia tuju. Di sebalik tembok, Shiv berhenti abil memperhatikan gerak gerik gadis itu. "Kau harus membayar penghinaan waktu itu malam ini gadis bodoh," desis Shiv sambil tersenyum licik. Di panggung, seorang MC telah berdiri untuk memulai acara. Di sana tampak Tanu yang telah pernampilan elegan berdiri di depan kue ulang tahunnya. "Selamat malam, semua!" sapa MC tersebut. Semua teman-teman Tanu serta tamu lainnya pun ikut berdiri menyaksikan jalannya acara. "Ini adalah malam yang sangat spesial bagi sahabat kita yaitu Tanushree yang kini telah menginjak usia 19 tahun. Di hari ulang tahunnya ini, Tanu ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian semua dan yang pasti orang itu pasti sangat spesial di dalam hidup Tanu," ujar MC tersebut yang membiat semua orang penasaran. "Tanu cantik, silahkan!" pinta MC itu sembari memberikan mic. Tanu dengan raut wajah bahagia mengambil mic tersebut. "Malam ini aku ingin memperkenalkan kalian kepada seseorang dan yang pasti kalian sudah sangat mengenal orang itu. Namun, yang membuat pesta ini spesial adalah aku baru saja menjadi kekasih seseorang," ungkap Tanu dengan senyum bahagianya. Shiv yang mendengar ucapan Tanu dari jauh merasa malu pada dirinya. "Dasar Tanu si gadis norak, begitu saja diumumkan segala, heeeaah! Dari pada rencanaku gagal lebih baik aku mengikuti keinginan gadis itu." bisik Shiv di dalam hati. Kembali ke panggung. "Orang itu adalah ...?" ucapan Tanu terhenti membuat semua orang diam melongo. "SHIIIIVVV." Tanu bersorak mengucapkan nama Shiv. Pandangan semua orang pun tertuju pada Shiv, begitu juga dengan Tara yang menatap cuek. "Shiv, ke marilah!" pinta Tanu memanggilnya untuk naik ke atas panggung. Shiv harus menutupi rasa malunya dengan tingkah Tanu yang norak itu. Ia terpaksa berjalan perlahan menuju panggung. Sorak sorai dan tepuk tangan pun terdengar melihat keromatisan mereka, menurut mereka sih. Shiv berdiri di samping Tanu. Dengan cepat Tanu menyalipkan tangannya menggandeng tangan Shiv dan tersenyam senyum ke arah tamu. "Tanu, apa-apaan kau ini? Jangan norak dan membuat aku malu seperti ini," bisik Shiv ke sampingnya. "Shiv, ini bukan norak tapi ini seperti ultimatum. Bukankah kita sudah jadi sepasang kekasih?" balas Tanu pula dengan bisikannya. "Tapi tidak mengumumkannya di depan semua orang seperti ini, membuat malu saja. Jujur saja aku sama sekali tidak menyukainya." "Tapi aku menyukainya," sela Tanu mengedipkan mata genitnya. "Kalau tidak begini akan banyak wanita yang akan mendekatimu nanti dan aku tidak ingin itu terjadi. Kau hanya akan jadi milikku seorang, Shiv," bisik Tanu kembali. Shiv mendengus kesal mendengar bisikan Tanu. Mengapa ia jadi harus menuruti perkataan gadis itu, pikirnya. Namun, kali ini ia terpaksa melakukannya. Setelah rencananya selesai, ia juga akan selesai dengan Tanu. "Kau pikir kau bisa menundukkan diriku. Dasar gadis bodoh, aku hanya memanfaatkan dirimu saja untuk rencanaku, huuhh," gumam Shiv menatap sorot mata Tanu yang menggelikan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD