Adegan Panas

1328 Words
Tanu berpikir keras dalam mengambil keputusan. Pada akhirnya, ia menuruti perkataan Shiv dengan membiarkan lelaki itu melanjutkan rencananya. Tanu berdiri agak menjauh dari ranjang. Ia berdiri di samping Nitin yang bertindak sebagai kameraman. Shiv tengah bersiap-siap mengambil posisi yang pas, sedangkan Nitin bersiap dengan kameranya untuk mengambil gambar. Shiv naik ke atas tempat tidur. Ia menatap Tara yang tidak sadar diri di sampingnya. Perlahan Shiv menurunkan lengan baju Tara ke bawah agar terlihat seperti tanpa busana. Tanu melihat tindakan Shiv itu dengan mendengus kesal, hatinya menjadi panas melihat Shiv menyentuh-nyentuh tubuh Tara di depannya. Shiv lalu menyingkapkan selendang Tara hingga menampakkan bagian perutnya yang mulus. Sontak Shiv agak terkagum sejenak melihat hal itu. Namun, ia buru-buru mengembalikan pikirannya untuk rencana semula. Shiv mengalihkan pandangan pada Nitin. "Nitin, kau sudah siap untuk pengambilan gambar?" tanya lelaki itu. Nitin mengangkat jempolnya pertanda ia sudah siap untuk merekam. "Kau harus memastikan adegan itu seperti aslinya, harus terlihat nyata. Kau paham?" ucap Shiv lagi. "Ok, Shiv! Kau tenang saja! Soal rekam merekam aku jagonya," balas Nitin dengan gaya pecicilannya. Shiv lalu kembali bersiap-siap. "Ok. Kamera, action!" ucap Nitin memberi aba-aba. Shiv mulai melakukan adegan panasnya, ia mendekatkan kepalanya untuk mengendus bagian perut Tara yang tersingkap. Shiv memberikan kecupan pada pusar gadis itu hingga Tara mengernyitkan dahinya karena merasakan sentuhan asing itu. Shiv kemudian berlanjut mengendus tubuh Tara hingga ke bagian d**a dan leher gadis itu. Perlahan Shiv melingkarkan kedua tangannya ke bagian tengkuk Tara dan mengangkatnya ke leher Shiv. Shiv mendongakkan kepalanya ke atas seolah-olah Tara sedang mencumbui lekuk leher lelaki itu. Tanu merasa semakin kepanasan melihat adegan tersebut. Ia sampai meremas jari jemarinya karena menahan cemburu. Berlanjut pada adegan Shiv, lelaki itu meraih selimut dan menutupi tubuhnya yang separuh telanjang itu. Ia dan Tara sama-sama berada di dalam selimut. Posisi tubuh Tara sekarang sedang berada di bawahnya. Shiv menghimpit tubuh Tara dengan hati-hati agar tidak membangunkan kesadaran gadis itu. Ia dapat mencium hawa tubuh Tara dari jarak yang sangat dekat. Shiv lalu berlakon seperti sedang bercinta dengan Tara. Ia membumbui lekuk leher Tara dengan ciuman. Tara yang terpengaruh oleh obat tidur tidak dapat merasakan apapun saat Shiv melecehkan dirinya. Adegan tersebut berlangsung beberapa menit hingga pada akhirnya, "Ok!" Nitin kembali memberi tanda dengan jempolnya. Adegan pelecehan itu akhirnya usai, Shiv buru-buru berasak dari atas ranjang dan bergegas untuk melihat hasil rekaman yang dibuat Nitin. Shiv tersenyum senang setelah melihat hasil rekamannya. Tanu dan Nitin juga senang melihat hasil kerja mereka malam ini. "Bagus! Ini sangat bagus, hanya tinggal mengeditnya sedikit saja. Kita akan dapatkan hasil yang sempurna," lirih Shiv dengan raut wajah senang. "Kau sepertinya sangat senang sekali dalam berakting tadi? Bagaimana rasanya tubuh Tara? Kau sampai b*******h mencumbuinya," celetuk Tanu yang sedari tadi menahan api cemburu. "Hei, kenapa kau cemburu begitu? Itu hanya akting saja," timpal Shiv sumringah. "Benar. Lagipula kalau Shiv tidak terlihat berani seperti itu hasilnya tidak akan terlihat natural," sahut Nitin menimpali. "Huh!" Tanu melipat kedua tangannya ke d**a. Ia kembali mengerutkan dahinya melihat Shiv dan Nitin yang tampak sibuk melihat hasil rekaman mereka. "Aku heran kenapa kau melakukan rencana busuk ini kepada Tara? Untuk apa kau mempermalukan dirimu b******u dengan gadis kampungan itu?" tanya Tanu masih penasaran. "Kau tidak perlu tau, yang jelas ini adalah senjata bagiku. Aku akan menggunakan senjata ini di waktu yang tepat," ucap Shiv sambil mengeluarkan memori kamera tersebut. "Oh, benarkah? Hmm, sekarang aku mengerti, kau melakukan semua ini pasti karena kau dendam kepada Tara karena dia bersaksi karena kasusmu waktu itu, 'kan?" ucap Tanu menerka-nerka. Shiv sontak meraih tangan Tanu dan memplintirnya ke belakang. "Kau jangan sekali-kali mengingatkan aku pada peristiwa itu lagi," ketus Shiv dengan nada tidak suka. Tanu berusaha untuk melepaskan cengkeraman tangan Shiv. Ia meringis karena merasakan sakitnya cengkeraman lelaki itu. "Uft! Shiv, lepaskan tanganku!" ringisnya. Shiv dengan kasarnya melepaskan plintirannya. Tanu mengelus-elus tangannya yang terasa kebas. "Ayo! Kita harus merapikan kembali gadis itu sebelum seseorang datang ke mari," ucap Nitin membubarkan percakapan Shiv dan Tanu. Shiv menyimpan memory card itu ke dalam dompetnya. Ia lalu mendekati tempat tidur tempat Tara masih terbaring. Shiv mengambil selendang Tara dan menutupi tubuh gadis itu lagi, ia juga menaikkan kembali lengan baju Tara yang diturunkannya tadi. "Kau ini perhatian sekali. Kau yang membuka bajunya kau juga yang menutupinya lagi," celetuk Tanu yang melihat hal itu. "Tutup mulutmu!" Tanu memutar-mutar bola matanya dengan jengkel. Shiv lalu mengangkat tubuh Tara hingga lelaki itu kembali mencium hawa tubuh gadis itu. Ia menatap wajah Tara yang masih terlelap. Di sisi lain, Sona mondar mandir mencari keberadaan Tara. Nitin meninggalkannya kembali seperti sebelumnya. Gadis itu juga melihat jam di pergelangan tangannya sudah hampir menunjukkan pukul 11 malam. "Oh, ya ampun! Ini sudah hampir larut malam. Ke mana Tara? Bibi pasti akan marah," gumam gadis itu mencari Tara. "Apa Tara pulang duluan, ya?" ucap Sona terus bergumam. "Ah, tidak mungkin, Tara 'kan bukan orang yang seperti itu," lanjutnya pula. Di saat Sona tengah kebingungan mencari keberadaan Tara, seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Hai, Sona!" Sona yang terkejut pun berbalik. "Tanu!" "Ada apa? Kau terlihat kebingungan?" tanya Tanu yang berpura-pura melihat kebingungan gadis itu. "Aku sedang mencari Tara. Apa kau melihatnya?" "Oh, kau mencari Tara, ya? Hmm, di mana ya?" ucap Tanu berpura-pura celingak celinguk mencarikan temannya itu. "Hmm ...hei bukankah itu Tara?" sahut gadis itu sambil menunjuk ke sebelah kanan. Sona mengalihkan pandangan pada arah yang ditunjuk Tanu. Tampak di sana Tara sedang duduk sambil menopang kepalanya ke atas meja. "Tara!" gumam Sona. Gadis itu lalu bergegas menghampiri Tara. Tanu tampak tersenyum-senyum melihat keluguan Sona yang sangat parah. "Mereka sama-sama bodoh, pantas saja mereka berteman." bisik Tanu di dalam hatinya. Ia pun berlalu pergi meninggalkan pemandangan itu. Sona melihat Tara yang tertidur. "Ya, ampun! Memang dasar tukang tidur." celetuk Sona sambil geleng-geleng kepala. "Tara, Tara! Hei, ayo bangun! Apa kau akan tidur di sini sepanjang malam?" ucap Sona mengoyang-goyangkan tubuh sahabatnya itu. "Tara, ayo bagun! Nanti bibi memarahi kita, ini sudah hampir jam 11 malam!" Lanjut Sona lagi mengguncang tubuh Tara. "Uuhh! Apa?" Tara tersentak namun kepalanya masih terasa pening karena pengaruh obat. "Kau ini bagaimana? Kita datang ke sini untuk berpesta, bukannya tidur," sahut Sona lagi. Tara memegang dahinya karena kepalanya masih terasa pusing. "Sssshhhtt," desis Tara memegang dahinya. Sona menatapnya heran. "Kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Sona mulai khawatir melihat kondisi Tara. "Aku tidak tau. Tiba-tiba kepalaku sakit sekali," desis Tara masih pusing. "Oh, ya ampun! Maafkan aku. Aku pikir kau tadi tidur karena mengantuk, kenapa tadi kau tidak bilang kalau kau sakit dengan begitu kita bisa pulang lebih awal," pungkas Sona panjang lebar. Sona lalu membantu Tara berdiri. "Ayo! Aku akan memapahmu ke luar," ucap Sona membantu sahabatnya itu. "Terima kasih," Sona dan Tara berjalan perlahan meninggalkan pesta ulang tahun Tanu. Saat mereka mencapai pintu ke luar, tampak Tanu menghampiri mereka. "Hei, kalian berdua mau ke mana? Pestanya masih belum selesai," sergah gadis itu menghentikan langkah mereka. "Iya, Tanu. Kami minta maaf ya aku harus membawa Tara pulang. Dia sepertinya sedang tidak enak badan," balas Sona menjelaskan. Tanu menatap Tara yang masih tampak lemas. "Oh, tidak apa-apa. Oh, ya terima kasih ya kalian sudah mau datang ke pestaku ini," ujar Tanu dengan muka duanya. "Iya, sama-sama. Kami permisi dulu, sampai jumpa!" Sona lalu membawa Tara pergi. Dari jauh Tanu tersenyum kecut melihat kepergian mereka. Terlebih lagi setelah ia ikut andil dalam rencana Shiv. Tanu hendak kembali ke pestanya, namun langkahnya terhenti saat melihat Shiv dan Nitin juga akan meninggalkan pestanya. "Shiv!" Shiv dan Nitin menghentikan langkah mereka. Tanu berjalan mendekatinya. "Kalian berdua mau ke mana? Pestanya 'kan belum usai," ujar Tanu. "Tanu, aku mendapat telpon dari adikku, nenekku sakit lagi. Jadi, aku harus kembali secepatnya," jawab Shiv berdalih. Ia mengedipkan sebelah matanya ke arah Nitin agar sahabatnya itu ikut meyakinkan Tanu. "Benarkah?" "Ii-iya. Tadi Nisha telpon, nenek sakit." timpal Nitin pula. Tanu tidak punya alasan untuk menghentikan Shiv saat ini. Shiv pasti mengutamakan kesehatan neneknya saat ini, pikir Tanu. "Ya sudah, semoga nenek cepat sembuh ya," Shiv dan Nitin saling melemparkan senyuman kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD